Mubadalah.id – Penduduk lansia pada smseter pertama 2023 menurut Data Susenas berjumlah 11,75 persen. Naik 1,3 persen dari tahun sebelumnya.
Dari jenis kelamin, jumlah perempuan lansia lebih banyak dibandingkan laki-laki (52,82 : 47,72 persen). Lalu dari segi domisili lansia di perkotaan lebih banyak daripada perdesaan (55,35: 44,65 persen).
Dari sisi umur, 63,59 persen dari lansia masuk ke dalam kelompok lansia muda (60-69 tahun). Jumlah ini menurun bersama naiknya usia menjadi lansia madya (70-79 tahun) berjumlah 27,76 persen, dan 8,65 persen lansia tua (80 tahun ke atas).
Hal yang penting untuk kita cermati adalah bahwa sekitar tiga dari sepuluh rumah tangga menampung lansia sebagai anggota rumah tangga, dan separuh di antaranya (55,32 persen) adalah kepala rumah tangga yang sebagian besarnya (65,25) persen berstatus kawin. Hanya 7,10 persen yang tinggal sendirian seperti saya. (https://www.bps.go.id/id/publication/2023/12/29/5d308763ac29278dd5860fad/statistik-penduduk-lanjut-usia-2023.html hal vii, hal viii)
Bagaimana membaca statistik ini kita lihat dengan dimensi gender di bulan Ramadan? Jamak kita ketahui bahwa secara de facto beban pekerjaan di bulan Ramadan bertambah terutama untuk pekerjaan tak berbayar di rumah tangga. Meskipun frekuensi memasak berkurang dari tiga kali (Sarapan, Makan Sang, Makan Malam) menjadi dua kali ( Buka puasa dan Sahur). Namun volume pekerjaannya bisa bertambah.
Melihat dengan Dimensi Gender
Dimensi gender dalam mengamati situasi rumah tangga di Bulan Puasa penting untuk kita lihat. Sebab meskipun kewajiban ibadah puasa berlaku sama bagi lelaki dan perempuan, namun beban pekerjaan di sepanjang bulan puasa tidak berlaku sama pada mereka. Secara de facto beban pada perempuan bertambah dua atau tiga kali lipat dari hari-hari biasa.
Selama bulan puasa, jam tidur kaum perempuan berkurang. Terlebih jika tidak ada supporter ART atau masih punya balita menyusui. Pada lansia hal serupa juga terjadi. Mereka harus bangun lebih awal untuk menyiapkan sahur, dan tidur lebih akhir karena harus membersihkan perlengkapan dapur setelah berbuka atau setelah sahur.
Di sang hari, sebagaimana terlihat dalam statistik, sebagian mereka adalah pencari nafkah. Itu berarti mereka tak memiliki waktu yang cukup untuk istirahat. Memasuki minggu ketiga bulan puasa beban mereka bertambah karena harga-harga merayap naik.
Jadi, tidaklah mengherankan jika banyak perempuan mengajukan gugatan cerai setelah Lebaran. Pengadilan Cibinong tahun 2023 mencatat, jumlah perkara talak atau gugat dari yang biasanya hanya 25 perkara perhari di sepanjang bulan Puasa bisa naik menjadi 100 perkara setelah Lebaran.
Secara umum alasan perceraian adalah nafkah yang tak memadai serta percekcokan dalam rumah tangga.
Beban Perempuan
Bulan Puasa, pada perempuan memang sebuah ujian iman yang luar biasa besar. Sebuah ujian iman yang seharusnya dirasakan oleh laki-laki. Namun konstruksi gender menyebabkan beban itu lebih berat dipikul kaum perempuan karena peran-peran gendernya sebagai perempuan.
Mereka tentu ingin meningkatkan amalannya dengan memperbanyak ibadah namun dalam waktu yang bersamaan mereka harus menanggung beban lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa.
Jadi masih masuk akalkah, jika di dalam ceramah-ceramah Ramadan ada penceramah yang keukeuh menyatakan kelak perempuan adalah penghuni neraka yang paling banyak? []