• Login
  • Register
Kamis, 24 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Pertanyaan Kunci Metode Mubadalah dalam Isu Khitan

Tentu saja validasi teks harus didahulukan. Karena mubadalah hanya bekerja untuk teks yang dianggap valid dan otoritatif untuk menemukan maknanya yang selaras dengan visi dan prinsip umum Islam. 

Redaksi Redaksi
16/12/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Khitan Mubadalah

Khitan Mubadalah

568
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Khitan bagi laki-laki dalam hukum fikih itu wajib atau minimal sunah. Apakah dengan metode mubadalah, hukum khitan berlaku bagi perempuan, karena keduanya subjek setara?

Bukankah khitan merupakan syariat Nabi Ibrahim as. yang turun kepada Nabi Muhammad Saw., ia berlaku untuk laki-laki, dan karena itu, juga berlaku untuk perempuan?

Bukankah ada Hadis yang berbicara khitan bagi laki-laki, yang berarti secara mubadalah juga untuk perempuan? Kalau khitan itu baik bagi laki-laki, berarti juga baik bagi perempuan?

Dalam metode mubadalah perlu mempertanyakan tentang makna yang terkandung di dalam teks atau hukum, yang bisa dikaitkan dengan prinsip dan norma-norma umum dalam Islam.

Kira-kira makna apa yang terkandung di dalam hukum khitan bagi laki-laki? Apakah perempuan memiliki anggota tubuh yang sama dengan laki-laki, sejenis kulit dengan khitanan dari laki-laki? Apakah perempuan akan memperoleh manfaat yang sama sebagaimana praktik khitan pada laki-laki?

Baca Juga:

Menemukan Makna Cinta yang Mubadalah dari Film Sore: Istri dari Masa Depan

Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

Tentu saja validasi teks harus kita dahulukan. Karena mubadalah hanya bekerja untuk teks yang kita anggap valid dan otoritatif untuk menemukan maknanya yang selaras dengan visi dan prinsip umum Islam.

Kita akan mengawali diskusi fikih klasik terlebih dahulu, lalu fikih kontemporer, terutama terkait dengan teks-teks Hadis. Terakhir bagaimana perspektif mubadalah melihat diskusi mengenai hal ini.

Ragam Pandangan Fikih Klasik dan Kontemporer

Dalam fikih klasik, Mazhab Syafi’i dan Hanbali memandang hukum khitan bagi laki-laki itu wajib, sementara Hanafi dan Maliki menghukumi sunah. Sementara khitan bagi perempuan itu wajib menurut Mazhab Syafi’i, dan makruh menurut tiga mazhab yang lain.

Perbedaan pandangan ini karena perbedaan memandang dan memahanj teks al-Qur’an dan Hadis yang berhubungan dengan isu khitan.

Banyak ulama berpendapat tidak ada satupun teks Hadis terkait khitan yang bisa kita jadikan rujukan untuk khitan bagi perempuan. Sehingga perdabatannya bisa semakin tajam, termasuk mengundang para ulama fikih kontemporer.

Dalam fikih kontemporer, di samping beberapa ulama yang mengikuti pernyataan ulama fikih klasik, juga banyak mengembangkan ijtihad ulang dan baru.

Fatwa MUI tahun 2008 memandang khitan perempuan sebagai bagian dari syiar Islam, yang tidak boleh dilarang. Tetapi juga tidak wajib dilakukan. Jikapun dilakukan, harus dengan syarat ketat tidak menimbulkan dharar (dampak buruk dan rusak), tidak memotong atau melukai klitoris, hanya menghilangkan sedikit saja selaput yang menutup klitoris.

Beberapa ulama di Timur Tengah dan Indonesia melarang praktik khitan perempuan. Karena faktanya secara medis menimbulkan dampak buruk dan rusak (dharar) bagi perempuan.

Praktik khitan perempuan, dalam bentuk apa pun, tidak memiliki manfaat sama sekali bagi kehidupan biologis dan psikis perempuan.

Secara anatomis, perempuan tidak memiliki anggota tubuh yang dianggap lebih atau menutupi sesuatu, sebagaimana laki-laki, yang perlu dibuang atau dikhitan. Sedangkan dalil-dalil yang ada, sebagaimana dikatakan para ulama Hadis, tidak ada yang kuat, valid, dan tidak bisa menjadi rujukan.

Fatwa ini secara resmi mengadopsi dari Majelis Fatwa Mesir sejak tahun 90-an. Bahkan Februari tahun 2020, lembaga Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah Universitas Al-Azhar, Kairo kembali mengeluarkan fatwa larangan khitan perempuan yang tertandatangani oleh Syekh al-Azhar, Dr. Ahmad Tayyib.

Ulama lain, seperti Abdul Wahab Khalaf, Muhammad Syaltut, Ali Jum’at, Yusuf al-Qardhawi juga mengeluarkan pandangan serupa. []

Tags: Isu KhitankuncimetodeMubadalahPertanyaan
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Masa Depan Anak Bangsa

Menjaga Anak, Menjaga Masa Depan Bangsa

24 Juli 2025
Perlindungan Anak

Perlindungan Anak Sejak dalam Kandungan

24 Juli 2025
Hak-hak Anak

Menghargai Hak-hak Anak

23 Juli 2025
Keadilan

Standar Keadilan Menurut Dr. Nur Rofiah, Bil. Uzm

23 Juli 2025
Nafkah Suami

Suami dan Istri Sama-sama Bisa Memberikan Nafkah Keluarga

22 Juli 2025
Saling Mengenal

Laki-laki dan Perempuan Diperintahkan untuk Saling Mengenal, Bukan Saling Merendahkan

22 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Disfungsi Institusi Pernikahan

    Viral Pegawai PPPK Ramai-ramai Gugat Cerai Suami: Disfungsi Institusi Pernikahan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengglobal: SUPI ISIF Jalani PIT di Malaysia dan Singapura

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF Buka Kolaborasi Akademik Global Lewat PIT Internasional

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Zina dilarang Agama?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Nyanyi Sunyi dalam Rantang”: Representasi Perjuangan Perempuan Melawan Ketidakadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perjalanan Penerimaan dari Film Sore: Istri Masa Depan
  • Menjaga Anak, Menjaga Masa Depan Bangsa
  • Para Suami, Jangan Biarkan Kembang Layu di Atas Ranjang
  • Perlindungan Anak Sejak dalam Kandungan
  • “Nyanyi Sunyi dalam Rantang”: Representasi Perjuangan Perempuan Melawan Ketidakadilan

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID