• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Kasih Sayang Wali Songo pada Anak-Anak Melalui Tembang Dolanan

Permainan itu diajarkan dengan penuh kebahagiaan, selepas bermain Sunan Giri akan memberikan wejangan sesuai pembelajaran agama dasar tentang iman kepada Tuhan Allah dan juga semua nabi-Nya

Mambaul Athiyah Mambaul Athiyah
24/07/2021
in Keluarga, Rekomendasi
0
Anak

Anak

282
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saya termasuk orang yang berkembang dari seorang anak menjadi manusia dewasa, dan kita semua juga sama. Menikmati proses perkembangan secara normal dari orok, jadi bernyawa, terus lahir dan akhirnya semakin besar.

Sebagai manusia dengan momen menyenangkan saat anak-anak dulu, jelas memori atas kenangan yang demikian juga sangat banyak. Saya tidak langsung saat anak-anak dulu menjadi agent of change atas berkembangnya komik Jepang, Manga serta serial kartun made in Japan yang seringkali kita lihat setiap hari Minggu, meskipun lewat jendela salah satu tetangga terkaya di daerah saya, karena tidak memiliki uang buat bayar. Yang bayar, jelas masuk ke dalam rumah, menikmati film kartun dengan nyaman, juga diberikan kipas angin besar yang anginnya bisa membuat hilang kutu di rambut terbang ke kepala tetangga, saking kencangnya.

Selama menjadi agent of change itu, apa ya yang dirasa? Saya merasa apapun buatan mereka adalah The Best. Mungkin itu pula yang membuat kecenderungan diri sendiri hingga seusia tua ini pasti memilih peralatan rumah tangga yang cenderung bermerk dari negeri matahari terbit itu. Ada yang samaan? Berarti kita pernah jadi agen ‘pemasaran’ mereka secara tidak sengaja.

Pintarnya mereka membuat target market anak-anak. Mereka berlomba-lomba menciptakan manga, komik dan produk film kartun mereka agar lebih jaya lagi dan lagi. Hanya saja, dulu kami juga tidak lupa bermain di luar ruangan dengan beraneka ragam permainan tradisional. Maklum, zaman itu belum serba ada seperti sekarang.

Namun, tidak banyak yang menyadari bahwa cara penanaman kecintaan kepada sesuatu itu juga dipakai oleh para Wali Songo zaman dulu. Mereka menciptakan tembang dan dolanan anak-anak bernapaskan agama karena menyadari bahwa anak-anak adalah generasi penerus mereka kelak, bahwa anak-anak itu agent of change yang akan meneruskan misi mereka dari mulut ke mulut.

Baca Juga:

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

Membangun Kehidupan yang Sehat Dimulai dari Keluarga

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

Sunan Giri, contohnya. Beliau membidik anak-anak sebagai kelanjutan dari generasi mendatang yang bisa melaksanakan kegiatan keagamaan di masa yang akan datang. Jika mereka dicekoki oleh pemahaman berisi hal-hal klenik maka, akan menjadi manusia yang apriori terhadap agama.

Sebaliknya, jika sudah dikenalkan pelan-pelan maka, anak-anak kelak akan tahu bahwa agama adalah sumber kebahagiaan, harus diraih dengan penuh kebahagiaan karena apa artinya agama kalau pemeluknya tidak bahagia. Dan itu, oleh Sunan Giri dibaca dengan tepat dan cermat.

Keesokan harinya, Sunan Giri datang membawa sebuah permainan kepada anak-anak yang banyak berkumpul di sekitar Kedaton. Lalu diajarkanlah permainan itu dengan riang gembira. Cublak-cublak Suweng dan Jelungan namanya.

Permainan itu diajarkan dengan penuh kebahagiaan, selepas bermain Sunan Giri akan memberikan wejangan sesuai pembelajaran agama dasar tentang iman kepada Tuhan Allah dan juga semua nabi-Nya. Anak-anak menyukai permainan bikinan Sunan Giri tadi, dan Sunan Giri melakukan metode dakwahnya dengan tanpa mencolok tetapi memberi kesan yang mendalam.

Adapun maksud cublak-cublak Suweng itu adalah penanaman nasehat moral bahwa manusia tidak boleh mengejar sesuatu hingga terbawa nafsu, harus baik kepada alam, jangan rakus, untuk menjadi bermanfaat harus mengosongkan nurani dari segala ambisi dunia. Lebih dari itu, kebahagiaan yang dicapai dalam hidup maka dia lah yang menang dalam kehidupan ini.

Semua makna yang terkandung dalam permainan cublak cublak suweng ini menunjukkan benar tidaknya cara kita dalam hidup, selain itu, jangan hanya karena fokus kepada dunia jadi lupa akhirat.

Apakah makna ini merasuk ke dalam hati anak-anak? Kenyataannya permainan penuh kebahagiaan ini akan menjadi fase mereka menuju dewasa, ketika fase lebih naik lagi maka mereka akan mulai mencerna kenangan mereka dan mulai mencari makna permainan cublak cublak suweng yang diajarkan. Sehingga, mereka akan memulai semuanya lagi dengan proses berpikir dan menuju kepada kebaikan yang lebih hakiki.

Metode dakwah seperti ini ternyata paling ciamik. Karena permainan itu berpengaruh pada psikologis anak-anak dan bisa membentuk karakternya.

Membaca kasih sayang para wali zaman dulu ini membuat kita merefleksikan diri tentang permainan apa yang cocok disajikan kepada anak-anak milenial zaman sekarang. Saat mereka lebih akrab dengan mobile legend, fire fyer, serta masih banyak permainan ‘kasar’ lainnya yang lebih parah yang kalau tidak didampingi, tidak diarahkan maka akan menjadi blunder di masa depan.

Apakah tidak ada permainan yang bagus buat anak-anak kita warisan Nusantara? Jawabnya, banyak. Hanya saja banyak yang sudah tidak tertarik dan jumlah yang tertarik jauh lebih sedikit daripada yang tidak suka. Apa sebenarnya yang salah? Tetap harus ada penelitian lebih lanjut, tidak bisa semata menyalahkan gadget, mungkin kita sebagai orang tua juga sudah terlalu lelah untuk mengarahkan, lebih sibuk dengan dunia orang dewasa. Wallahu A’lam.

Allahumma Sallimna ya Allah, selamatkan anak-anak kita dari dampak negatif  era digital pada generasi milenial. Mereka memang berhak mendapatkan kebahagiaan dari arah manapun dengan cara apapun, tetapi tetap harus disisipkan pendidikan moral kepada mereka.

Miris rasanya jika mereka justru lebih fasih mengucap ‘cuk’, ‘njir’, ‘anjay’, ‘njing’ atau kata kotor lainnya yang diambil dari pergaulan mereka dalam menikmati hak bermain bersama temannya, dan mulai lupa cara mengucapkan ‘nuwun sewu’, ‘maaf’, ‘permisi’, salam dan lainnya karena permainan di sekitar mereka memang sudah lose control, hanya berfokus pada profit top up tapi penuh dengan konten kekerasan.

Coba tengok kanan kiri kita, jika sekecil mereka sudah mengatakan “Dunia ini keras, Lur.” Maka, fiks anak-anak kita sekarang sudah dewasa sebelum waktunya, latah, dan terbawa arus trend semata. Namun, kita juga patut bersyukur jikalau masih ada anak-anak berprestasi yang memiliki akhlak yang baik di antara yang sudah bikin cemas seperti tadi.

Allahumma Sallimna ya Allah, Sallimna Ya Rabbi, Sallimna ya Rabbal Alamin. Selamat menyongsong hari anak nasional 2021. Semoga generasi milenial anak-anak kita ini bisa semakin unggul dalam iman, islam, takwa dan juga dalam segala karya serta tetap mengedepankan akhlak yang mulia. Amin.

Lirik lagu Cublak-Cublak Suweng

Cublak-cublak Suweng

Suwenge ting gelenter

Mambu ketundhung gudel

Pak empong lera lere

Sapa ngguyu ndeliake

Sir sir pong dhele kopong

Sir sir pong dhele kopong. []

Tags: anak-anakDakwah Wali SongoHak Pengasuhan Anakhari anak nasionalIslam NusantarakeluargaTembang DolananWali Songo
Mambaul Athiyah

Mambaul Athiyah

Pengasuh Ponpes Maslakul Huda Lamongan Jawa Timur

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Geng Motor

Begal dan Geng Motor yang Kian Meresahkan

29 Juni 2025
Keluarga Maslahah

Kiat-kiat Mewujudkan Keluarga Maslahah Menurut DR. Jamal Ma’mur Asmani

28 Juni 2025
Fiqh Al-Usrah

Fiqh Al-Usrah Menjembatani Teks Keislaman Klasik dan Realitas Kehidupan

28 Juni 2025
Sejarah Indonesia

Dari Androsentris ke Bisentris Histori: Membicarakan Sejarah Perempuan dalam Penulisan Ulang Sejarah Indonesia

27 Juni 2025
Sakinah

Apa itu Keluarga Sakinah, Mawaddah dan Rahmah?

26 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID