• Login
  • Register
Selasa, 26 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Keke Bukan Boneka; Ekspresi Aktualisasi Diri

Aspiyah Kasdini RA Aspiyah Kasdini RA
08/06/2020
in Aktual
0
Keke Bukan Boneka

Keke Bukan Boneka

51
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubaadalahnews.com,- Prinsip-prinsip Islam menolak segala ekspresi yang dikategorikan sebagai ujaran kebencian (hate speech) karena sifatnya yang destruktif. Di antara prinsip yang dengan jelas menolak ujaran kebencian adalah ajaran tauhid dan prinsip saling menghormati antar sesama manusia.

“Aku bukan bonekamu, bisa kau suruh-suruh dengan seenak maumu,

Aku bukan bonekamu, bisa kau rayu-rayu, kalau kau bosan, pergi dan menghilang,

Keke bukan boneka boneka boneka.”

(Rahmawati Kekeyi Putri Cantika)

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Open Mic 16 HAKTP 2022: Ruang Refleksi Menyatukan Suara Perempuan
  • Sesama Perempuan kok Merasa Tersaingi? Katanya Kesetaraan Gender!
  • Yuk Pahami Makna “Woman Supporting Woman”
  • Keluar dari Pusaran Bullying ala Lea “Zahra” dan Cinta Laura

Baca Juga:

Open Mic 16 HAKTP 2022: Ruang Refleksi Menyatukan Suara Perempuan

Sesama Perempuan kok Merasa Tersaingi? Katanya Kesetaraan Gender!

Yuk Pahami Makna “Woman Supporting Woman”

Keluar dari Pusaran Bullying ala Lea “Zahra” dan Cinta Laura

Berada di peringkat nomor satu pada laman Youtube Indonesia dan kemudian dihapus, menjadikan lagu “Keke Bukan Boneka” yang memiliki 18 juta penonton menjadi bahan pembicaraan netizen +62. Komentarnya pun beragam, ada yang menjatuhkan dan ada pula yang membangkitkan.

Tidak berhenti pada kolom komentar saja, pembicaraan lagu ini bahkan mendapat perhatian khusus dari para musisi dan pakar musik Indonesia. Hal ini disebabkan adanya persamaan antara lagu tersebut dengan lagu “Aku Bukan Boneka” ciptaan Novi Umar yang dinyanyikan oleh Rini Idol pada tahun 2007 silam.

Terlepas dari kontroversi yang ada, ada hal menarik yang perlu diperhatikan dari perkara ini. Dalam pembicaraan antara Anji dan Kekeyi yang terdapat dalam akun Youtube Dunia Manji, Kekeyi mengungkap bahwa lirik tersebut merupakan ungkapan dan curhatan hatinya atas kisah cintanya yang kandas bersama mantan kekasihnya, Rio Ramadan. Kekeyi juga menambahkan, ia tidak tahu-menahu jika lagunya memiliki kesamaan dengan lagu yang dinanyikan Rini Wulandari.

Dalam video tersebut juga Keke memohon maaf jika lagunya pada akhirnya menimbulkan konflik, dan apa yang ia lakukan adalah murni untuk menghibur para fansnya. Dengan menangis ia menanggapi orang-orang yang berkomentar buruk tentangnya, terutama mengenai fisiknya.

“Aku tahu mereka ngatain apalah, aku jelek, apalah, oke lah, gak masalah lah ya, aku juga jujur, aku memang dari sananya kayak gitu. Tapi aku mau membuktikan walaupun aku jelek aku harus bisa berkreasi. Aku jelak, aku pendek, aku gemuk, aku gak bisa apa-apa, tapi aku harus berkreasi. Aku harus membuat mereka tahu ini lho aku, kayak gitu. Walaupun mereka jijiklah istilahnya, atau gimanalah dengan karya yang aku ciptakan, okelah, terserah gitu, ya tetep aku fikir, ya tetep aku masukin ke hati dan aku jadiin itu motivasi, supaya aku maju gitu lho. Aku mau membuktikan kalau aku ‘gak sekedar jelek doang lho, aku ‘gak sekedar gemuk doang lho, aku ‘gak sekedar menjijikkan doang lho, tapi istilahnya aku ada karya yang kalian juga menikmati, aku niatnya itu doang.”

Cezzzzz, mendengar kalimat ini telinga dan seluruh badan serasa dijewer, ngaca sama diri sendiri ternyata belum banyak berbuat untuk kebahagiaan dan memaksimalkan potensi diri. Jadi teringat dengan postingan Mbak Zahra Amin, Pemimpin Redaksi Mubaadalah, di akun Instagramnya tentang inferior yang kemudian diakhiri dengan penekanan terhadap rasa syukur dan cara bagaimana kita mencintai diri sendiri, menerima kelebihan dan kekurangan diri, serta bermanfaat bagi sesama.

Disadari atau tidak, masih banyak di antara kita yang sulit untuk bangkit, bahkan menyerah dengan keadaan, sehingga kondisi justru semakin terpuruk dan tidak merubah apapun. Padahal, tidak ada yang lebih mengenal diri sendiri dan dapat memenuhi segala hal yang menjadi kebutuhan, selain diri sendiri yang bersangkutan.

Apa yang dilakukan Keke terhadap lagu ciptaannya merupakan salah satu ekspresi untuk bangkit dari kondisi dan keterpurukan yang dialami olehnya. Keke berhasil menunjukkan kepada khalayak umum, bahwa ia juga manusia, ia layak berkarya, ia juga layak mendapat pujian, rasa cinta dan dukungan dari sesama.

Jika meminjam teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow, Keke mencoba untuk memenuhi lima tingkatan kebutuhan dasar dalam hidupnya, yakni kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan rasa kasih sayang, kebutuhan mendapatkan penghargaan, dan aktualisasi diri.

Tidak tanggung-tanggung, ia mampu untuk mengekspresikan diri dengan seluruh kemampuannya untuk menjadi apa yang ia inginkan. Makanya tidak aneh ketika ia merasa cacian dan hinaan untuknya itu tidaklah menjadi sesuatu yang harus dipermasalahkan, melainkan menjadi motivasi positif untuk mengembangkan potensi diri.

Jauh sebelum Abraham Maslow menyampaikan teori tersebut, intelektual Muslim juga telah mengkaji hal serupa, khususnya para pakar Psikologi Islam (Tasawuf). Sebut saja Abul Qasim Abdul Karim Hawazin al-Qusyairi al-Naisaburi, atau lebih dikenal dengan sebutan Imam Qusyairi, di antara sekian konsep Tasawuf yang dibahas, konsep syukur merupakan konsep yang cocok dalam pembahasan kali ini. Perihal syukur, Imam Qusyairi mengutip QS. Ibrahim ayat 7:

واذ تأذن ربكم لئن شكرتم لأزيدنكم ولئن كفرتم ان عذابي لشديد

“Jika kamu sekalian bersyukur, maka Aku (Allah) akan memberikan tambahan nikmat kepada kamu sekalian.”

Menafsiri ayat ini, Imam Qusyairi mengatakan bahwa perbuatan baik hamba adalah taat kepada Allah, sedangkan perbuatan baik Allah adalah memberikan kenikmatan dengan memberikan pertolongan sebagai tanda syukur.

Hakikat dari syukur bagi hamba ialah ucapan lisan dan pengakuan hati terhadap kenikmatan yang telah diberikan oleh Tuhan. Lantas bagaimana kita dapat bersyukur sedangkan yang Ia berikan bukanlah suatu kenikmatan?

Perlu digaris bawahi, bersyukur itu tidak selalu tentang apa yang menurut indera kita dikategorikan sebagai kenikmatan, melainkan juga pada hal sebaliknya. Berdasarkan hal ini maka kemudian muncullah term berbeda mengenai orang-orang yang bersyukur.

Pertama, syakir, ialah orang yang mensyukuri sesuatu yang ada, atau dengan kata lain mensyukuri pemberian. Kedua, syakur, ialah orang yang mensyukuri sesuatu yang tidak ada, mensyukuri penolakan, dan mensyukuri cobaan.

Ketika makhluk mampu bersyukur seperti yang dijelaskan di atas, maka hal tersebut akan memberikan pengaruh kepada keadaan rohaninya, sehingga yang bersangkutan tidak akan merasakan keterpurukan, rendah diri, ataupun tidak berguna bagi sesama. Dengan cara demikian, secara tidak langsung ia akan mendapatkan ketenangan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi dirinya sendiri dan juga bagi orang-orang yang berada di sekelilingnya. []

Tags: Anti KekerasanCyber Bullyingwoman supporting woman
Aspiyah Kasdini RA

Aspiyah Kasdini RA

Alumni Women Writers Conference Mubadalah tahun 2019

Terkait Posts

Hari Santri 2023

Jelang Hari Santri 2023, Kemenag Harap Jadi Momen Glorifikasi Pesantren

17 September 2023
Stabilitas Wakaf

Pengembangan Instrumen Wakaf Dinilai Efektif Jaga Stabilitas Sosial Ekonomi Masyarakat

11 September 2023
Suara Perempuan Pemilu

Suara Perempuan untuk Pemilu 2024: Pertegas Pemilu yang Setara, Adil dan Inklusif

29 Agustus 2023
Perempuan Nasional

5 Rekomendasi Kongres Perempuan Nasional Semarang

27 Agustus 2023
Kongres Perempuan Nasional

Kongres Perempuan Nasional Hasilkan Maklumat Semarang dan 5 Rekomendasi

27 Agustus 2023
Ponpes Kebon Jambu

Ponpes Kebon Jambu Merdeka Sampah Plastik di Hari Kemerdekaan Indonesia

17 Agustus 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kasus Rempang

    Kasus Rempang, Investasi yang Kurang Humanis?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melihat Relasi Pertemanan dalam Lagu “Teman-temanku Udah Nikah Aku Masih Nonton SpongeBob”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menekuk Konstruk “Semua Lelaki Sama Saja” dalam Sajian Film Redeeming Love

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Moralitas Rumah Tangga dalam Teladan Nabi Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bekerja adalah Bagian dari Ibadah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Misrepresentasi Tafsir Ayat Tabarruj di Media Sosial
  • Bekerja adalah Bagian dari Ibadah
  • Kawin Tangkap Adat Sumba dalam Lensa Keislaman
  • Melihat Relasi Pertemanan dalam Lagu “Teman-temanku Udah Nikah Aku Masih Nonton SpongeBob”
  • Kasus Rempang, Investasi yang Kurang Humanis?

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist