• Login
  • Register
Jumat, 1 Desember 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Kontribusi Santri dalam Menjaga Lingkungan Hidup

KH Mohammad Dian Nafi’, pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Muayyad Windan Sukoharjo, misalnya, mempelopori lahirnya Santri Sahabat Bumi (SSB)

Ahmad Asrof Fitri Ahmad Asrof Fitri
26/05/2022
in Publik
0
Kontribusi Santri dalam Menjaga Lingkungan Hidup

Kontribusi Santri dalam Menjaga Lingkungan Hidup

192
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Santri merupakan aset berharga bangsa Indonesia. Yang telah memberikan kontribusi besar bagi Indonesia. termasuk dalam hal ini menjaga bumi. Nah berikut kontribusi santri dalam menjaga lingkungan hidup.

Problematika lingkungan hidup dan menjaga kelestarian hayati yang terus berkembang menjadikan banyak pihak tergugah, serta mengambil peran dalam pencarian solusinya. Dalam ranah akademik, telah banyak ilmuwan yang mengkaji secara saintifik tentang proyeksi bumi di masa yang akan datang.

Para ulama dari berbagai negara juga memberikan sumbangsih pemikiran dan gagasannya mengenai persoalan lingkungan hidup, menjaga kelestarian hayati baik dalam tinjauan Al-Quran, Hadis, maupun fiqih. Beberapa di antaranya bahkan telah mengambil langkah nyata dengan mendirikan lembaga internal pesantren yang memiliki orientasi pada penguatan peran santri terhadap persoalan hayati.

Daftar Isi

      • Santri Sahabat Bumi dan Kontribusi Santri dalam Menjaga Lingkungan Hidup
  • Baca Juga:
  • Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang
  • Fatimah Al-Banjari Mengajar Santri Laki-laki dan Perempuan
  • Menilik Perjuangan Ulama Perempuan di Komunitas
  • Saatnya Mencegah, Memilah, dan Mengolah Sampah
  • Pengembangan Ekonomi Berbasis Hayati
Santri Sahabat Bumi dan Kontribusi Santri dalam Menjaga Lingkungan Hidup

KH Mohammad Dian Nafi’, pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Muayyad Windan Sukoharjo, misalnya, mempelopori lahirnya Santri Sahabat Bumi (SSB). Organisasi santri ini tidak hanya fokus pada problem lingkungan, melainkan juga tawaran solusinya melalui program ketahanan pangan berbasis pertanian organik. Penggunaan bahan kimiawi dalam pertanian yang berakibat pada penurunan tingkat kesuburan tanah menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi pendirian SSB.

Di samping itu, banyak lahan pertanian belum digarap secara optimal, akibat cara tanam yang masih “tradisional” dan belum diintegrasikan dengan sains dan teknologi. Apalagi di daerah perkotaan yang padat penduduk, ketersediaan areal pertanian sangat terbatas. Bahkan, di beberapa kota, tidak sedikit lahan pertanian dialihfungsikan menjadi pemukiman warga, kompleks pertokoan, hingga pabrik.

Baca Juga:

Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang

Fatimah Al-Banjari Mengajar Santri Laki-laki dan Perempuan

Menilik Perjuangan Ulama Perempuan di Komunitas

Saatnya Mencegah, Memilah, dan Mengolah Sampah

Akumulasi dari kondisi-kondisi tersebut berpotensi tidak hanya mengancam kelestarian lingkungan hidup, melainkan juga ketersediaan pangan di masa mendatang. Karena itu, alternatif metode pertanian yang ditawarkan dalam SSB ialah melalui bercocok tanam dengan konsep urban farming atau yang juga disebut urban agriculture.

Food and Agriculture Organization (FAO), organisasi PBB yang konsen di bidang pangan dan pertanian, memaknai urban farming sebagai “industri” yang memproduksi, memproses, dan memasarkan produk dan bahan nabati, terutama dalam merespons permintaan harian konsumen di perkotaan. Konsep ini menerapkan metode produksi intensif, dengan memanfaatkan dan mendaur ulang berbagai sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan hewan ternak.

Dalam implementasinya, para anggota SSB dipantik untuk kreatif dalam memakai dan mendayagunakan fasilitas yang ada, meski dalam kondisi lahan yang terbatas. Salah satu langkahnya dengan menggunakan media tanam berupa polybag. Pupuk diperoleh dari beragam bahan organik, seperti kotoran hewan ternak dan humus. Anggota SSB juga dibekali cara pembuatan mikroorganisme lokal yang dapat dipakai untuk memproduksi pupuk organik cair, dekomposer, dan pestisida nabati.

Pengembangan Ekonomi Berbasis Hayati

Program SSB tidak hanya berkutat pada praktik penanaman di area terbatas dan proses penyiapan pupuknya, melainkan berlanjut hingga ke tahap implementasi industri produk organik dengan memerhatikan aspek ekonomi dan bisnis. Kedua ihwal ini penting untuk dimasukkan dalam program pembelajaran, sebab tanpa adanya keuntungan secara finansial, aktivitas pertanian sulit bertahan secara simultan.

Secara umum, ada tiga tingkatan praktik ekonomi dan bisnis yang didalami oleh para santri. Pertama, produksi pangan organik. Dengan berguru langsung kepada para petani di Kopeng, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, santri anggota SSB belajar secara langsung mengenai ilmu pengolahan tanah, penanaman tanaman di lahan terbuka, pemanenan, sampai pengemasan produk. Dalam tahap ini, anggota SSB memperoleh pengalaman penting terkait aspek produksi tanaman organik.

Kedua, pemasaran produk. Dalam tahap ini, santri diajak terlibat membantu para petani dalam menawarkan sayuran dan tanaman organik. Proses tawar-menawar antara petani dan pengelola supermarket menjadi salah satu hal penting yang dipelajari santri.

Dengan cara ini, santri memahami bagaimana membangun komunikasi bisnis yang dapat menghasilkan kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak. Kemitraan tersebut juga secara tidak langsung membuka peluang bagi para santri untuk membangun jejaring usaha.

Ketiga, distribusi produk. Pada tingkat ini, anggota SSB diberi tanggung jawab oleh lembaga mitra dari kalangan petani organik untuk mengelola distribusi sayuran organik ke supermarket tertentu. Dalam proses tersebut, santri ditugaskan untuk memastikan pasokan produk organik ke berbagai pasar modern dan toko retail tercukupi. Maka, dalam kondisi-kondisi tertentu, santri bahkan ikut melakukan quality control terhadap pangan organik, sehingga kualitas produk terus terjaga dan mampu menjamin kepuasan konsumen.

Demikian penjelasan tentang kontribusi santri dalam menjaga lingkungan hidup. Semoga bermanfaat. [Baca juga: Gerakan Lingkungan Hidup, 5 Dekade Pasca Deklarasi Stockholm]

Tags: Isu LingkunganKeadilan EkologisPertanian OrganisPondok PesantrenSantriSantri Sahabat Bumi
Ahmad Asrof Fitri

Ahmad Asrof Fitri

Alumni Pesantren Mahasiswa Al-Muayyad Windan Sukoharjo. Saat ini, selain mengajar, juga aktif melakukan penelitian dan menulis buku. Aktivitasnya dapat diikuti di Instagram: @a.asrof.fitri

Terkait Posts

Korban Kekerasan Seksual

7 Langkah agar Korban Kekerasan Seksual Segera Pulih

1 Desember 2023
Femisida

Feminisida: Pelenyapan Nyawa yang tidak Netral Gender

1 Desember 2023
Nyai Fadilah

Nyai Fadilah Munawwaroh: Ulama Perempuan Muda yang Aktif Menyuarakan Bahaya Perkawinan Anak

30 November 2023
Toleransi

Islam Ajarkan untuk Bersikap Toleransi dengan Mereka yang Berbeda Agama

30 November 2023
KDRT

KDRT Itu Bukan Aib Keluarga yang Harus Ditutupi

30 November 2023
Kekerasan Israel

Menguak Dalih Kekerasan Israel lewat Topeng Agama

30 November 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anxiety

    Menyikapi Anxiety dengan Romanticizing Life ala Stoicisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menilik Pendekatan Tafsir Ala Qiraah Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Fadilah Munawwaroh: Ulama Perempuan Muda yang Aktif Menyuarakan Bahaya Perkawinan Anak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadapi Tantangan Abad ke-2: Lakpesdam Menyelenggarakan Muktamar Pemikiran NU

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Seni Hidup Berdampingan dengan Orang yang Menyebalkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Bu Nyai Azizah, Sosok Wanita Inspiratif dari Tanah Semarang
  • 7 Langkah agar Korban Kekerasan Seksual Segera Pulih
  • Feminisida: Pelenyapan Nyawa yang tidak Netral Gender
  • Hadapi Tantangan Abad ke-2: Lakpesdam Menyelenggarakan Muktamar Pemikiran NU
  • Menilik Pendekatan Tafsir Ala Qiraah Mubadalah

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist