• Login
  • Register
Senin, 12 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Menguak Sisi Patriarki dalam Series Maid

Patriarki memberikan banyak dampak negatif bagi perempuan, oleh karenanya perempuan harus memperjuangkan dan memberdayakan dirinya sendiri

mahdiyaazzahra mahdiyaazzahra
06/11/2021
in Film
0
Nikah

Nikah

167
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Beberapa hari lalu saya baru merampungkan series Maid yang sedang trending di Netflix. Maid mengungkapkan permasalahan rumah tangga yang patriarki, dan jarang dibahas. Kekerasan emosional yang berupa intimidasi, bentakan disertai merusak barang-barang, hingga tertutupnya akses keuangan.

Perusakan membuat korban ketakutan, takut terkena barang, takut anak terkena imbas, takut untuk melawan karena menghindari kejadian tersebut. Padahal ketakutan untuk menghindari kejadian itu tidak mengubah keadaan.

Setelah saya amati, Sean yang merupakan suami Alex memiliki berbagai sisi patriarki yang masih dianut. Hal ini lah yang menyebabkan berbagai masalah dalam rumah tangganya. Berikut penjabarannya:

  1. Nafkah dan Akses Keuangan

Pernikahan memberikan konsekuensi kewajiban nafkah pada laki-laki. Nafkah ini berupa kebutuhan pokok keluarga (sandang, pangan, papan), nafkah kebutuhan pribadi istri (kesehatan, skincare, dan lain-lain), nafkah akses keuangan (hobi, aktualisasi diri, pendidikan). Dalam hal ini Sean tidak memenuhi nafkah istri, bahkan tidak memberikan akses keuangan.

Padahal sebagai individu, perempuan perlu diberi akses terhadap keuangan karena ia butuh bereksplorasi. Nafkah itu tidak harus dipisah, namun sebisa mungkin dipenuhi dan tidak diabaikan. Sean benar-benar melupakan kebutuhan Alex, sehingga Alex merasa tertekan dan tak bisa keluar dari situasi tersebut.

Baca Juga:

Film Ipar Adalah Maut: Seberapa Bahayakah Ipar bagi Rumah Tangga Kita?

Benarkah Suami Bertanggungjawab atas Nafkah Keluarga?

Istri itu Bukan Pembantu Menurut Islam

Kodrat Perempuan dan Fleksibilitas Peran

Ada scene dimana Alex kembali ke rumah Sean, lalu ia dipecat dari tempat bekerja. Untuk sementara Alex menumpang di rumah Sean, sedangkan Sean merasa mereka rujuk. Ketika Alex membutuhkan uang untuk daycare dan pulsa, Sean tak bisa memenuhi dan meminta Alex mengalah dan tetap tinggal di rumah.

Hal ini bukan solusi karena Alex juga butuh bekerja dan butuh uang, tapi ia tak bisa karena harus mengasuh anak dan tak punya pulsa. Solusinya Alex bisa bekerja saat akhir pekan, saat Sean libur. Padahal saat akhir pekan, jarang orang memerlukan cleaning service.

  1. Pengasuhan Anak Menjadi Tanggung Jawab Ibu Sepenuhnya

Pengasuhan dan pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama. Baik ayah maupun ibu memilki peranan penting dalam tahapan pertumbuhan anak. Namun dalam hal ini, Sean berperan sebagai ayah yang memenuhi kebutuhan material anak saja. Sean sudah bekerja dan memberi nafkah dan menurutnya itu sudah cukup.

Hal ini terlihat ketika Sean tidak peduli dengan biaya daycare anaknya. Ia tidak ikut membayar daycare sehingga Alex harus selalu mendapatkan uang setiap hari jika ia menitipkan anaknya di daycare.

  1. Pendidikan Ibu Tidak Penting

Sean marah ketika mengetahui Alex diterima untuk berkuliah. Ia marah karena Alex tidak mendiskusikan hal tersebut karena mereka berarti harus berpisah. Jika ia berpikir bahwa pendidikan seorang ibu itu penting, ia pasti akan melunak dan berdiskusi dengan Alex.

Ada banyak pilihan, misalnya dengan Sean mengikuti Alex pindah ke kota tempat Alex kuliah. Sean tidak memiliki pekerjaan tetap, pekerjaan sebelumnya pun adalah bartender. Pekerjaan yang bisa ia lakukan di mana pun. Tak ada jenjang karier yang menjanjikan di kota tempat ia tinggal saat ini, seharusnya ia bisa mengambil keputusan bijak bagi keluarganya.

  1. Keputusan Diambil Laki-laki Sepenuhnya

Sean mengambil semua keputusan penting dalam keluarga. Ia melarang Alex pergi kuliah, mengembalikan mobil pinjaman Alex sehingga membuat Alex tidak memiliki akses mobilitas. Ia juga tidak memberi kebebasan serta akses keuangan untuk Alex memenuhi kebutuhannya. Ia tidak menanyakan dan berdiskusi dengan Alex ketika mengambil keputusan menyangkut keluarga mereka.

Beruntung di serial Maid tersebut terdapat shelter penampungan korban KDRT, Alex pergi ke sana dan mendapatkan banyak bantuan. Kondisi seperti Alex ini banyak terjadi pada orang-orang baik di Indonesia maupun di luar negeri. Perempuan menempati posisi yang tidak berdaya sehingga membuat mereka tidak bisa keluar dari kondisi tersebut.

Lembaga-lembaga pemberdayaan perempuan juga belum banyak, apalagi penampungan atau rumah aman bagi korban KDRT. Patriarki memberikan banyak dampak negatif bagi perempuan, oleh karenanya perempuan harus memperjuangkan dan memberdayakan dirinya sendiri. []

 

 

Tags: film keluargakebahagian keluargaNafkah Keluargaperan keluargaPondasi KeluargaSeries MAID
mahdiyaazzahra

mahdiyaazzahra

Mompreneur. Soap maker. Zerowasterian. Pesantren Digital Rafiqutthullab. Bisa disapa di instagram @mahdiyaazzahro

Terkait Posts

Film Pendek Memanusiakan Difabel

Film Pendek Memanusiakan Difabel: Sudahkah Inklusif?

7 Mei 2025
Film Aku Jati Aku Asperger

Komunikasi Empati dalam Film Aku Jati Aku Asperger

5 Mei 2025
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri: Bagaimana Sistem Pendidikan Kita?

3 Mei 2025
Otoritas Agama

Penyalahgunaan Otoritas Agama dalam Film dan Drama

25 April 2025
Film Indonesia

Film Indonesia Menjadi Potret Wajah Bangsa dalam Menjaga Tradisi Lokal

17 April 2025
Film Bida'ah

Film Bida’ah: Ketika Perempuan Terjebak Dalam Dogmatisme Agama

14 April 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pekerja Rumah Tangga

    Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Vasektomi untuk Bansos: Syariat, HAM, Gender hingga Relasi Kuasa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengirim Anak ke Barak Militer, Efektifkah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Waisak: Merayakan Noble Silence untuk Perenungan Dharma bagi Umat Buddha
  • Islam Hadir untuk Gagasan Kemanusiaan
  • Apakah Barak Militer Bisa Menjadi Ruang Aman bagi Siswi Perempuan?
  • Ibu, Aku, dan Putriku: Generasi Pekerja Rumah Tangga
  • Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version