• Login
  • Register
Selasa, 24 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Menjadi Perempuan

Mubadalah Mubadalah
23/04/2018
in Kolom
0
menjadi perempuan

menjadi perempuan

12
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Bagaimana pendapat ibu, mengenai fenomena saat ini, banyak anak anak usia muda yang menjadi pekerja seks komersial. Apakah ini bagian dari emansipasi perempuan yang kebablasan?” “Apakah ini yang dimaksud menjadi perempuan seutuhnya?”

“Bagaimana pendapat ibu mengenai problem karaoke di pati yang melibatkan para perempuan pendamping karaoke yang “nyambi-nyambi”, apakah ini juga bentuk emansipasi perempuan yang kebablasan?”

“Maaf bu… akhir akhir ini sering saya dapati istri istri yang tidak lagi memiliki hormat kepada suami karena adanya emansipasi wanita. Bagaimana pemecahannya menurut ibuk?”

“Saya perempuan lulusan S1 yang sekarang menjadi ibu rumah tangga. Saya “malu” karena sering disindir oleh keluarga dan tetangga, ngapain sekolah tinggi tinggi kalau hanya jadi ibu rumah tangga. Bagaimana menurut ibu kondisi yang saya alami ini?”

Demikian beberapa pertanyaan yang dilontarkan audiens saat talkshow  memperingati hari kartini, pada Kamis, 20 April 2017, ketika saya bersama ibu Endah menjadi narasumber di radio PAS FM Pati.

Baca Juga:

Menjadi Perempuan dengan Leluka yang Tak Kutukar

Kartini Tanpa Kebaya

Kebaya, dari Pakaian Hingga Simbol Perlawanan Perempuan

Perempuan dan Akar Peradaban; Membaca Ulang Hari Kartini Melalui Buku Sarinah

Sungguh, pertanyaan pertanyaan tersebut membuat saya tertegun. Betapa masih jauhnya jarak pemahaman masyarakat terhadap apa yang dimaksud sebagai emansipasi. Dan sungguh begitu kagetnya saya pagi ini, sàat seseorang justru memaknai maraknya bisnis terkait pekerja seks komersil sebagai akibat dari emansipasi wanita yang dianggap kebablasan.

Saya sendiri memaknai kesetaraan sebagai  kondisi dimana perempuan memiliki potensi dan peluang yang sama untuk secara sadar melakukan pilihan pilihan dalam hidupnya. Apakah pilihan itu adalah pilihan sebagai ibu rumah tangga, pilihan sebagai saudagar, pilihan sebagai guru atau pilihan pilihan lainnya. Kondisi sadar terhadap pilihan yang dilakukan ini tentu saja hanya dapat terjadi jika perempuan memiliki peluang untuk menyelami potensi diri dan memiliki peluang untuk mengasah potensi itu.

Agak sedih juga saat mendengar keluhan seorang perempuan lulusan perguruan tinggi yang malu karena akhirnya “hanya” menjadi ibu rumah tangga. KENAPA HARUS MALU?? bukankah seharusnya kita justru merasa malu, jika sebagai ibu kita tidak mendidik diri dengan baik. Ibu adalah madrasah bagi keluarganya. Pendidikan bagi seorang perempuan bukanlah dimaksudkan hanya semata mata untuk memenuhi tuntutan lapangan pekerjaan. Namun, dalam ranah apapun setiap perempuan wajib menjadi pintar karena ia adalah madrasah bagi keluarganya dan Madrasah bagi masyarakatnya.

Tak perlu phobia terhadap emansipasi perempuan. Karena itu hanya akan membuat kita menjadi terjebak dalam pikiran pikiran negatif sehingga menyulitkan kita dalam memahami persoalan sosial yang sesungguhnya. Kepandaian perempuan tidak akan merugikan siapapun. Karena perempuan yang pandai adalah berkah bagi semesta. Dan karena perempuan pandai adalah berkah bagi kehidupan generasi penerus kita.

Lebih jauh, mengenai peringatan tanggal 21 April, peringatan hari Kartini itu sendiri seharusnya memang tidak dimaksudkan sebagai saat untuk memitoskan seorang Kartini. Banyak pula syakwasangka tentang penetapan Hari Kartini ini. Namun, apapun itu, daripada menghabiskan energi untuk memelihara prasangka buruk. Akan lebih bermanfaat jika kita mau mengambil hikmah dari kehidupan seorang hamba Alloh yang ditakdirkan wafat saat melahirkan anak pertamanya itu.

Memperingati hari Kartini semestinya digunakan sebagai momentum untuk menyerap semangat seorang perempuan muda bernama Kartini yang dikaruniai Alloh kehidupan kurang dari 26 tahun hidup di dunia. Namun dengan singkatnya usianya itu, Kartini dapat memaksimalkan potensinya untuk memberikan  manfaat kepada sesama. Semoga kita termasuk orang orang yang dicintai-NYA. Orang-orang yang tak gampang terjebak dalam syakwasangka. Orang-orang yang mampu mengambil hikmah dan kebijaksanaan dalam setiap peristiwa. Semoga Alloh ridlo. Amin.

SELAMAT HARI KARTINI

*catatan ini ditulis Bu Nyai Tutik N. Jannah satu tahun kemarin, dan saya bagikan ulang..

Tags: hari kartinikartinimenjadi perempuan
Mubadalah

Mubadalah

Portal Informasi Popular tentang relasi antara perempuan dan laki-laki yang mengarah pada kebahagiaan dan kesalingan dalam perspektif Islam.

Terkait Posts

Korban KBGO

Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi

23 Juni 2025
Spiritual Awakening

Spiritual Awakening : Kisah Maia dan Maya untuk Bangkit dari Keterpurukan

23 Juni 2025
Khadijah

Nyai Awanillah Amva: Jika Ingin Istri Seperti Khadijah, Muhammad-kan Dulu Dirimu

22 Juni 2025
Teman Disabilitas

Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

21 Juni 2025
Jangan Bermindset Korban

Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

21 Juni 2025
Cinta Alam

Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

21 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hakikat Berkeluarga

    Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spiritual Awakening : Kisah Maia dan Maya untuk Bangkit dari Keterpurukan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Salim dan Debat Agama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Stigma Tubuh Perempuan sebagai Sumber Fitnah
  • Membedah Hakikat Berkeluarga Ala Kyai Mahsun
  • Menyoal Tubuh Perempuan sebagai Fitnah dalam Pemikiran Fikih
  • Korban KBGO Butuh Dipulihkan Bukan Diintimidasi
  • Seksualitas Perempuan dalam Fikih: Antara Penghormatan dan Subordinasi

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID