• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Prinsip T3 dan Refleksi Hari Santri

Sejarah mencatat fakta bahwa santri selalu menjadi garda terdepan dalam upaya melawan penjajah di tanah air

Suci Wulandari Suci Wulandari
22/10/2023
in Publik, Rekomendasi
0
Refleksi Hari Santri

Refleksi Hari Santri

963
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Prinsip T3 adalah prinsip yang harus santri pegang di manapun mereka berada. Apa itu T3? Tahsinul aqwal (mbagusi ucapan), tahsinul af’al (mbagusi perbuatan), dan tahsinul ahwal (mbagusi kondisi batin dan tingkah laku).

Dalam refleksi Hari Santri 22 Oktober ini, saya ingin menjelaskan tentag prinsip T3 ini dari K.H. Mukhossis Nur. Beliau adalah ulama besar pimpinan Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin, Sirau, Banyumas.

Santri harus menerapkan dan mengamalkan T3 di manapun berada. Menjadi santri tidak sekadar belajar ilmu pembiasaan dalam pondok dan ilmu alat untuk membaca kitab kuning, tapi juga belajar menjadi manusia yang mengemban tugas sebagai khalifah fil ardh yang menebarkan kebaikan kepada siapapun dan dimanapun.

Cerita Perjuangan Santri dan Tuan Guru dari Lombok

Sejarah mencatat fakta bahwa santri selalu menjadi garda terdepan dalam upaya melawan penjajah di tanah air. Saya yakin, melalui refleksi hari santri ini, seorang santri adalah ia yang berani berjihad, dan sudah memegang teguh prinsip T3 dalam dirinya.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, kyai dan para santri telah mulai berjuang untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Perjuangan panjang sejak tahun 1821-1903 ini tampak pada perang Sumatra Barat, perang Jawa, Perang Aceh, dan perang-perang lainnya.

Baca Juga:

Pesan Pram Melalui Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer

Menyemai Kasih Melalui Kitab Hadis Karya Kang Faqih

Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

Ki Hajar Dewantara: Antara Pendidikan dan Perjuangan Kelas Pekerja

Pasca proklamasi kemerdekaan, para penjajah ingin kembali menguasai Indonesia. Dalam kondisi ini, lahirlah “Resolusi Jihad” pada 21-22 Oktober 1945, oleh Mbah Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Mbah Hasyim menyerukan kewajiban berjihad untuk mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, melawan penjajah yang masih ada di tanah air.

Selanjutnya, pada 10 November 1945, di bawah komando Kyai Wahab Hasbullah dan para kyai besar lainnya, para santri se-Jawa dan Madura bertempur melawan penjajah di Surabaya.

Hal yang sama juga terjadi di Lombok. Pada tahun 1947, Maulana Syeikh Zainuddin Abdul Madjid, pendiri Nahdlatul Wathan, menyerukan pada santri dan tuan guru untuk melakukan penyerangan terhadap NICA (Nederlandsch Inde Civil Administratie) yang berusaha menancapkan kembali kekuasaannya.

Beliau membentuk laskar perjuangan yang bernama “Laskar al-Mujahidin” di bawah pimpinan adiknya, Tuan Guru Muhammad Faisal. Laskar ini beranggotakan para guru dan santri madrasah NWDI, NBDI, dan jamaah pengajian Maulana Syeikh Zainuddin sendiri.

Penyerangan ini menewaskan banyak santri dan guru madrasah, salah satunya adalah Tuan Guru Muhammad Faisal.

Pasca penyerangan ini, penjajah melabeli madrasah NWDI dan NBDI sebagai markas pemberontakan. Mereka menangkap dan menjebloskan banyak tuan guru ke dalam penjara, baik yang ada di dalam maupun di luar Lombok.

T3 dan Refleksi Hari Santri; Jihad Santri Jayakan Negeri

Kenapa mengenang sejarah perjuangan melalui refleksi hari santri itu penting? Agar kita memahami dan merefleksikan bahwa tantangan menjadi santri itu selalu ada di setiap zaman, dengan bentuk yang bermacam-macam.

Di zaman penjajahan, santri melakukan jihad yang menuntut kesiapan fisik dan mental mereka untuk berjuang melawan penjajah.

Saat ini, di era yang serba digital. santri menghadapi tantangan yang lebih kompleks, mulai dari pemikiran yang menyesatkan, ekonomi, politik, dan terutama rendahnya moral.

Maka, penting bagi santri untuk menerapkan prinsip T3 sebagai bekal dasar menghadapi berbagai tantangan tersebut.

Pertama, tahsinul aqwal (mbagusi ucapan). KH. Muhkhossis menjelaskan bahwa jika sebelumnya santri ngomongnya tidak baik, tidak bisa berunggah-ungguh kepada orang tua, maka santri harus memperbaikinya dengan bertutur kata yang baik, lembut, dan sopan.

Santri wajib menjaga lisannya untuk mengucapkan hal-hal yang baik dan berfaidah dalam kehidupan sehari-hari. Apa ukuran baik dan berfaidah? Santri membiasakan diri untuk berpikir dulu sebelum berucap, sehingga meminimalisir dampak merugikan dan menyakiti pihak lain.

Kedua, tahsinul af’al (mbagusi perbuatan). Santri perlu menjaga diri dari segala perbuatan tidak baik yang bisa merusak diri dan lingkungan sekitar. Di antara contohnya menjauhi perbuatan bullying atau merendahkan orang lain, perbuatan curang, membatasi diri dalam penggunaan teknologi yang bisa menjerumuskan pada perbuatan-perbuatan yang tidak baik, dan masih banyak lagi.

Ketiga, tahsinul ahwal (mbagusi kondisi batin dan tingkah laku). Tentu saja, selain perkataan dan perbuatan, santri harus bisa menjaga hatinya dari sifat-sifat buruk yang bisa mencederai batin, seperti iri, dendam, hasud, dan sifat tidak baik lainnya. Hal ini sebagaimana penjelasan Mbah Hasyim Asyari dalam kitabnya, “Adabul ‘Alim wal Muta’allim”.

Saat ini, santri tetap bisa mengisi kemerdekaan dengan tetap mengaji dan mengkaji ilmu agama di pesantren dan lembaga lainnya dengan cara memantaskan diri untuk menerima ilmu, niat yang lurus serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga ke depan, santri bisa menebar kemaslahatan lewat partisipasi dalam panggung politik, ekonomi, pemikiran keagamaan, teknologi, dan lain sebagainya, dengan tetap memegang teguh prinsip T3 di setiap langkah mereka. []

Tags: Hari SantrikemerdekaanNahdlatul UlamaperjuanganSantritahsinul af'altahsinul ahwaltahsinul aqwaltuan guru
Suci Wulandari

Suci Wulandari

Dosen Ilmu al-Qur'an dan Tafsir di STAI Darul Kamal, Lombok Timur, NTB

Terkait Posts

Perempuan dan Pembangunan

Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan

12 Juli 2025
Isu Disabilitas

Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas

12 Juli 2025
Negara Inklusi

Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Kopi yang Terlambat

Jalanan Jogja, Kopi yang Terlambat, dan Kisah Perempuan yang Tersisih

10 Juli 2025
Humor Kepada Difabel

Sudahkah Etis Jokes atau Humor Kepada Difabel? Sebuah Pandangan Islam

10 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Negara Inklusi

    Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Perempuan dan Pembangunan; Keadilan yang Terlupakan
  • Tidak Ada yang Sia-sia Dalam Kebaikan, Termasuk Menyuarakan Isu Disabilitas
  • Laki-laki dan Perempuan adalah Manusia yang Setara
  • Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah
  • Islam dan Persoalan Gender

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID