Sabtu, 27 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

    sikap ambivalen

    Julia Suryakusuma Soroti Ancaman Kekerasan Seksual dan Sikap Ambivalen terhadap Feminisme

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Ikan Asin

    Mengubah Limbah Ikan Asin Menjadi Pakan Mandiri

    Parenting Anxiety

    Parenting Anxiety: Ketika Mengasuh Anak Berada di Bayang-bayang Parenting Goals

    Perempuan Disabilitas Berlapis

    Diskriminasi Berlapis Perempuan Disabilitas di Negara yang Belum Inklusif

    Agus Buntung

    Menulis Terminologi “Agus Buntung” Di Media Online, Inklusikah? 

    Tambang Ilegal

    Tambang Ilegal: Kejahatan Ekologi yang Menghancurkan Alam dan Keselamatan Rakyat

    Manunggaling Kawula Gusti

    Manunggaling Kawula Gusti, Pengakuan Inklusivitas dalam Sufisme Jawa

    penari disabilitas

    Bersama Penari Disabilitas, Yura Yunita Tegaskan Panggung Seni Milik Semua

    Halaqah Kubra KUPI

    Ada yang Tertinggal di Jogja: Sebuah Kenangan Halaqah Kubra KUPI

    Perhatian Ibu

    Hari Ibu dan Perhatian Kecil yang Terlalu Sering Kita Abaikan

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

    sikap ambivalen

    Julia Suryakusuma Soroti Ancaman Kekerasan Seksual dan Sikap Ambivalen terhadap Feminisme

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Ikan Asin

    Mengubah Limbah Ikan Asin Menjadi Pakan Mandiri

    Parenting Anxiety

    Parenting Anxiety: Ketika Mengasuh Anak Berada di Bayang-bayang Parenting Goals

    Perempuan Disabilitas Berlapis

    Diskriminasi Berlapis Perempuan Disabilitas di Negara yang Belum Inklusif

    Agus Buntung

    Menulis Terminologi “Agus Buntung” Di Media Online, Inklusikah? 

    Tambang Ilegal

    Tambang Ilegal: Kejahatan Ekologi yang Menghancurkan Alam dan Keselamatan Rakyat

    Manunggaling Kawula Gusti

    Manunggaling Kawula Gusti, Pengakuan Inklusivitas dalam Sufisme Jawa

    penari disabilitas

    Bersama Penari Disabilitas, Yura Yunita Tegaskan Panggung Seni Milik Semua

    Halaqah Kubra KUPI

    Ada yang Tertinggal di Jogja: Sebuah Kenangan Halaqah Kubra KUPI

    Perhatian Ibu

    Hari Ibu dan Perhatian Kecil yang Terlalu Sering Kita Abaikan

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Puteri Keraton Menolak Poligami, Inilah Sosok Gusti Nurul

Raden Ajeng Siti Nurul, putri keraton yang revolusioner, memiliki pendidikan yang bagus, mampu menguasai bahas asing, berpegang teguh pada tradisi dan budaya lokal, lugas, dan berani untuk menegaskan diri sebagai puteri keraton menolak poligami

Lutfiana Dwi Mayasari Lutfiana Dwi Mayasari
16 Juni 2022
in Figur
0
Puteri Keraton Menolak Poligami

Puteri Keraton Menolak Poligami

391
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

“Seandainya pun dulu ia langsung melamarku, problemnya akan sama dengan yang dihadapi Sutan Sjahrir. Sebagai tokoh PNI, tak mungkin ia menikah denganku. Dan yang terpenting aku tidak mau dimadu. Yah, ia memang bukan jodohku,” kata Gusti Nurul dalam buku yang berjudul ‘Gusti Noeroel Streven Naar Geluk’ atau ‘Mengejar Kebahagiaan

(buku Gusti Noeroel, Steven Naar Gelum Mengejar Kebahagiaan, 157)

Mubadalah.id – Berbicara mengenai tokoh perempuan di Indonesia, ingatan kita akan menuju kepada R.A Kartini, Cut Nyak Dien, dan Cut Nyak Mutia. Namun sepertinya ada tokoh lain yang seharusnya dimunculkan karena perjuangannya untuk masa depan perempuan yang lebih baik. Ialah Raden Ajeng Siti Nurul, putri keraton yang revolusioner, memiliki pendidikan yang bagus, mampu menguasai bahas asing, berpegang teguh pada tradisi dan budaya lokal, lugas, dan berani untuk menegaskan diri sebagai puteri keraton menolak poligami.

Bernama lengkap Radèn Ajêng Siti Nurul Kamaril Ngasarati Kusumawardhani, putri keraton Mangkunagara VII Surakarta. Lahir pada 17 September 1921, dari seorang ibu bernama Gusti Ratu Timur. (Wening, Jumantara 2016) Kesadaraannya untuk memperjuangkan kesetaraan bagi perempuan tak lahir dengan sendirinya. Beliau lahir dari seorang ayah yang hebat. Raja Mangkunagara VII adalah seorang ayah yang memberikan akses belajar yang sama kepada anak-anaknya tanpa memandang jenis kelamin.

Semua anaknya diberi kesempatan yang sama untuk merasakan pendidikan formal dan informal baik laki-laki maupun perempuan. System pendidikan formal dilakukan dengan mendatangkan guru privat dari keluarga Belanda. Sedangkan untuk masyarakat umum, beliau mendirikan sekolah Desa dan sekolah khusus gadis. Ketokohan Raja Mangkunagara VII yang dikenal melalui keahliannya dalam bernegosiasi, pandai dalam tulis menulis, pemikiran dan analisis yang tajam, banyak mempengaruhi pemikiran dan sikap Gusti Nurul.

Gusti Nurul Perempuan Modern Yang Cinta Terhadap Budaya Lokal

Pembelajaran Bahasa Belanda merupakan salah satu pelajaran wajib yang beliau pelajari. Dari sinilah Gusti Nurul banyak membaca buku Belanda dan pemikiran modern gadis Belanda yang diberi kebebasan untuk menjadi dirinya sebagai manusia. Bebas menentukan langkah hidup, menentukan masa depan, dan memiliki kemandirian. Potret perempuan modern dengan segala keunggulan yang dimiliki, ia peroleh dari kajian sastra Belanda.

Meskipun banyak mempelajari budaya dan pemikiran modernitas Belanda, namun Gusti Nurul juga tetap berpegang teguh pada tata krama dan membangun jati diri sebagai perempuan Jawa. Antara lain sifat astagina, (Pigeaud, 1953) didalamnya  berisi tentang ajaran mencintai budaya sendiri, gigih dalam memperjuangkan apa yang diinginkan, memanfaatkan apa yang dimiliki agar hidp berkecukupan, cermat dalam melakukan pekerjaan, gemar bertanya untuk ilmu pengetahuan, mengetahui ilmu hitung, tidak boros, dan bercita-cita setinggi mungkin.

Selain itu, beliau juga gigih dalam melestarikan budaya lokal. Salah satunya adalah dengan mendalami kesenian tari daerah yang beliau banggakan. Karena kemampuannya dalam menari itulah, pada 7 Januari 1937, Gusti Nurul diberi kesempatan untuk menampilkan pentas tari Sari Tunggal pada pernikahan Putri Juliana dan Pangeran Bernhard di Belanda.

Tak hanya sekedar tarian, namun dalam pementasan tersebut Gusti Nurul berhasil menunjukkan bahwa orang-orang Timur telah mampu mencapai peradaban dan kebudayaan yang tinggi meskipun berada dalam dominasi Bangsa Asing. Ketenangan dan kesederhanaan yang tergambar dari setiap laku tari Sari Tunggal menimbulkan keirian dari pihak Belanda yang mengaku selalu hidup dalam kegelisahan. (Hari Wiryawan, 2011)

Perpaduan antara modernitas yang diiringi dengan konsistensinya sebagai perempuan dengan budaya falsafah Jawa membawa Gusti Nurul sebagai sosok ideal perempuan modern. Apalagi beliau berada dimasa dimana perempuan hanya dianggap sebagai pelengkap hidup laki-laki tanpa bargaining position.

Keberpihakan Raja Mangkunagara VII terhadap hak-hak perempuan dimanfaatkan dengan baik oleh Gusti Nurul sehingga melahirkan tokoh perempuan yang berkemajuan dimasa kesultanan. Ideologinya melangit, namun kakinya tetap menginjak bumi. Adalah ilustrasi yang tepat untuk menggambarkan bagaimana sikap Gusti Nurul dalam menyeimbangkan pemikiran modern dan kearifan lokal.

Gusti Nurul Menegaskan Sikap Puteri Keraton Menolak Poligami

Meskipun Raja Mangkunagara VII adalah pihak yang paling berjasa dalam memberikan akses pendidikan pada Raden Ajeng Siti Nurul, namun ada hal yang tidak disukai dari ayahnya tersebut. Yaitu kebiasaan raja dalam meminang istri lebih dari satu. Termasuk nenek dan ibu dari Raden Ajeng Siti Nurul adalah istri kesekian dari ayah dan juga kakeknya. Kepiluan ibu kandung Gusti Nurul sebagai salah satu istri dari 7 istri Raja Mangkunagara VII cukup meninggalkan luka di batin Gusti Nurul. (Dodi Setiawan, 2013).

Meskipun ibunda Gusti Nurul adalah garwo padmi (permaisuri), yang mendapatkan perhatian lebih dari Raja Mangkunagara VII, namun tak mengurangi problematika batin dan perasaan sebagai korban poligami. Hal itu juga tidak merubah kegigihan Raden Ajeng Siti Nurul dalam menyuarakan penolakannya terhadap praktik poligami.

Kekecewaan tersebut tertuang dengan sangat jelas dalam buku Streven Naar Geluk, Mengejar Kebahagiaan pada halaman 157.
“Menjadi istri Sultan? Dijadikan permaisuri? Betapa tinggi dan beratnya kedudukan itu. Wanita mana pun pasti mengharapkan dan mengidamkannya. Tetapi aku ingat kembali, terbayang wajah ibu yang selalu tampak berduka. Aku ingat ibuku dan harapannya padaku, agar aku jangan sampai dimadu”.
Maka pembuka kalimat dalam artikel ini juga menguatkan statemen dan prinsip Raden Ajeng Siti Nurul yang sangat keras dan tegas menolak praktik poligami. Atas nama perempuan, beliau ingin menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki perasaan dan memiliki kecenderungan untuk ingin dinomorsatukan dalam hal perhatian dan kasih sayang. Sikap ini beliau buktikan dengan menolak pinangan beberapa laki-laki beristri, meskipun para peminangnya tersebut berasal dari keluarga terpandang dan memiliki karir yang bagus. Hal ini tertulis dalam buku biografi Gusti Nurul.
“kecantikan Gusti Nurul mampu memikat mata lelaki dari berbagai kalangan. Bahkan kalangan putri Mangkunagara VII pun mengakui beliau adalah putri tercantik. Namun beliau berani menolak pinangan tokoh-tokoh pembesar tersebut antara lain Bung Karno, Sutan Sjahrir, dan Sultan Hamengkubuwono IX.” (Ulli Hermono, 2014).

 

Ada tiga pinangan kepada Gusti Nurul yang datang dari tokoh bangsa. Pinangan  Ir Sukarno dan Sutan Sjahrirpun ditolak dengan alasan tak ingin terlibat dengan lingkungan politik praktis. Pun demikian dengan pinangan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Raja kesultanan Yogyakarta yang diidam-idamkan oleh mayoritas perempuan. Namun karena Sri Sultan Hamengkubuwono IX sudah memiliki istri maka pinangan tersebut juga ditolak.

Gusti Nurul berprinsip bahwa perempuan terhormat tak akan menikahi laki-laki yang telah beristri, meskipun diimingi posisi permaisuri. Dan wanita berpendidikan tinggi tak akan rela menyakiti hati perempuan lain.

Hingga pada akhirnya beliau melabuhkan cintanya di usia 30 tahun. Usia yang tak lagi muda sebagai putri Solo. Bukan kepada bangsawan pun kepada tokoh politik nasional, beliau memilih Soerjosoejarso seorang perwira militer dengan pangkat menengah di Angkatan Darat. Bersama suami, gusti Nurul melepas tahta gusti atau putri Solo dengan segala previlage yang beliau miliki. Memilih untuk mendampingi suami dan mengikutinya ke Bandung, Jawa Barat.

Dari sikap Gusti Nurul kita bisa mengambil pelajaran besar bahwa menjadi perempuan biasa lebih terhormat daripada menjadi istri pejabat dan tokoh namun dijadikan madu. Karena di balik perempuan yang dimadu, ada perempuan lain yang tersakiti batin, jiwa, dan raganya.

Gusti Nurul memilih untuk menikah di usia yang tak muda lagi meskipun sudah banyak calon pendamping yang datang. Hingga betul-betul menemukan sosok suami yang membuatnya menjadi perempuan satu-satunya tanpa harus menyakiti perasaan perempuan lain. Dengan memilih jalan itu, Gusti Nurul telah berani memilih, puteri keraton menolak poligami. []

 

 

 

Tags: emansipasiMonogamiperempuanpoligamisejarahTradisi
Lutfiana Dwi Mayasari

Lutfiana Dwi Mayasari

Dosen IAIN Ponorogo. Berminat di Kajian Hukum, Gender dan Perdamaian

Terkait Posts

Perempuan Disabilitas Berlapis
Publik

Diskriminasi Berlapis Perempuan Disabilitas di Negara yang Belum Inklusif

27 Desember 2025
Selamat Natal
Publik

Selamat Natal sebagai Perayaan Spiritual dan Kultural: Suara Seorang Muslim

26 Desember 2025
Keadilan Hakiki
Publik

Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

25 Desember 2025
Keadilan Hakiki Bagi Perempuan
Publik

Pentingnya Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan

25 Desember 2025
Perspektif Keadilan Hakiki Perempuan
Publik

5 Prinsip Dasar Keadilan Hakiki bagi Perempuan

24 Desember 2025
Biologis Perempuan
Publik

Islam Memuliakan Kondisi Biologis dan Sosial Perempuan

24 Desember 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • penari disabilitas

    Bersama Penari Disabilitas, Yura Yunita Tegaskan Panggung Seni Milik Semua

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Ibu dan Perhatian Kecil yang Terlalu Sering Kita Abaikan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ada yang Tertinggal di Jogja: Sebuah Kenangan Halaqah Kubra KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Selamat Natal sebagai Perayaan Spiritual dan Kultural: Suara Seorang Muslim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Manunggaling Kawula Gusti, Pengakuan Inklusivitas dalam Sufisme Jawa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengubah Limbah Ikan Asin Menjadi Pakan Mandiri
  • Parenting Anxiety: Ketika Mengasuh Anak Berada di Bayang-bayang Parenting Goals
  • Diskriminasi Berlapis Perempuan Disabilitas di Negara yang Belum Inklusif
  • Menulis Terminologi “Agus Buntung” Di Media Online, Inklusikah? 
  • Tambang Ilegal: Kejahatan Ekologi yang Menghancurkan Alam dan Keselamatan Rakyat

Komentar Terbaru

  • биф казино мобильная версия pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • viagra pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • bokep panas pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • ThomasApemo pada Pink Tax: Diskriminasi Harga Berbasis Gender
  • Brandvagt pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Account
  • Home
  • Khazanah
  • Kirim Tulisan
  • Kolom Buya Husein
  • Kontributor
  • Monumen
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Rujukan
  • Tentang Mubadalah
  • Zawiyah
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID