• Login
  • Register
Sabtu, 3 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Victim Blaming: Beban Ganda Korban Kekerasan Seksual

Orang-orang yang melakukan victim blaming biasanya malah orang-orang dekat korban sendiri, seperti teman, keluarga, bahkan pihak-pihak lain seperti polisi, hakim, tenaga medis, dan lainnya

Irfan Hidayat Irfan Hidayat
31/01/2022
in Publik
0
Larangan Memukul Istri dalam Hadis Nabi

Larangan Memukul Istri dalam Hadis Nabi

791
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id –  Victim blaming merupakan sikap yang menyudutkan serta menyalahkan korban kekerasan seksual, bahkan korban diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dialami. Istilah victim blaming mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita saat ini. Fenomena tersebut biasanya lebih sering tertuju pada korban kasus kekerasan, pelecehan, dan penyerangan seksual hingga pemerkosaan.

Misalnya, ketika seorang perempuan mengalami tindakan pelecehan seksual. Lalu beberapa orang menganggap atau bahkan menuduh kejadian tersebut ialah merupakan akibat dari kesalahan tindakan perempuan itu sendiri. Bahkan, menuntut korban supaya bertanggungjawab atas kerugian dari kejahatan yang telah dialaminya. Anggapan seperti itu merupakan victim blaming atau anggapan yang menyalahkan korban.

Dewasa ini, bukannya menyudutkan si pelaku, publik justru masih banyak yang mencari-cari kesalahan korban. Hal tersebut tentu membuat korban seolah tidak ada serta menghiraukan perasaan dan nilai kemanusiaan. Sikap victim blaming dapat menimbulkan pengaruh buruk terhadap korban, membuat korban menerima beban ganda dari satu tragedi kejahatan seksual, korban mengalami kekerasan seksual sekaligus penyalahan dari sebagian masyarakat.

Kekerasan Seksual

Akhir-akhir ini, kasus kekerasan seksual terhadap perempuan yang marak terjadi menyebabkan perempuan merasa takut meskipun untuk sekedar keluar rumah. Kekerasan seksual yang marak terjadi dewasa ini tidak cuma berbentuk fisik, bahkan juga dalam bentuk verbal. Kekerasan seksual fisik pada umumnya mengarah pada ajakan seksual, seperti meraba, menyentuh, mencium, hingga memaksa orang lain untuk berhubungan seks tanpa adanya persetujuan dari korban.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Laki-laki Bisa Menjadi Korban Kekerasan Seksual
  • Victim Blaming: Beban Ganda Perempuan Korban Kekerasan Seksual
  • Kritik terhadap Fenomena Staycation dan Relasi Kuasa
  • Menimbang Risiko Mewawancarai Penyintas Kekerasan Seksual

Baca Juga:

Laki-laki Bisa Menjadi Korban Kekerasan Seksual

Victim Blaming: Beban Ganda Perempuan Korban Kekerasan Seksual

Kritik terhadap Fenomena Staycation dan Relasi Kuasa

Menimbang Risiko Mewawancarai Penyintas Kekerasan Seksual

Sedangkan kekerasan dalam bentuk verbal, seperti catcalling yang apabila memakluminya akan mengarah pada pelecehan dalam bentuk fisik. Di ruang public, catcalling seringkali dianggap sebagai hal yang sepele, bahkan tidak dianggap sebagai suatu pelecehan. Seperti siulan terhadap perempuan yang lewat atau ucapan-ucapan godaan didepan umum. Catcalling merupakan sebuah pelecehan karena perbuatan tersebut menyebabkan orang lain tidak nyaman.

Bagi korban, kekerasan seksual yang dialaminya tentu akan menjadi beban berat, bahkan menjadi kejadian yang tak akan pernah bisa mereka lupakan selama hidupnya. Hal tersebut dikarenakan sesuatu yang sangat berharga darinya telah terenggut dan dirampas oleh orang tak bertanggung jawab.

Hal-hal seperti di atas akan membuat korban memiliki anggapan bahwa kejadian tersebut merupakan aib baginya. Meskipun kejadian tersebut terjadi di luar atau tanpa persetujuan korban. Jika kondisi seperti ini dibiarkan atau bahkan dianggap hal biasa terjadi di masyarakat, maka akan sangat berbahaya terhadap kesehatan mental korban, seperti trauma atau depresi, bahkan bisa sampai mengarahkan korban bunuh diri.

Menyalahkan Korban

Kurang tegasnya sanksi yang diberikan tidak akan memberikan efek jera bagi pelaku. Justru sebaliknya, dapat memicu seseorang berbuat pelecehan seenaknya, tanpa rasa takut apabila korban melaporkannya. Bahkan, lebih parah, alih-alih memberikan sanksi serta efek jera bagi pelaku, justru malah menjadi berbalik dengan menyalahkan korban yang sepatutnya mendapatkan perlindungan. Lebih dari itu, korban sering kali diminta bertanggung jawab atas kejahatan yang merugikan mereka.

Orang menyalahkan korban biasanya karena hanya ingin mencari aman. Orang-orang seperti itu tidak ingin hal-hal buruk menimpa mereka. Dalam kasus kekerasan seksual yang disalahkan biasanya justru pihak korban, misalnya perempuan. Jenis pakaian korban yang dikenakan saat kejadian biasanya dijadikan alasan. Selain itu, keluar malam sendirian tanpa teman, hidup dalam lingkungan yang kurang mendukung atau ekslokalisasi, dan alasan lainnya.

Bentuk-bentuk perilaku victim blaming antara lain, tidak percaya terhadap cerita korban, menyalahkan korban, tuduhan sama-sama mau, memaklumi atau menganggap wajar kekerasan yang dialami korban, hingga perlakuan yang tidak sesuai setelah kejadian oleh pihak yang mempunyai otoritas.

Orang-orang yang melakukan victim blaming biasanya malah orang-orang dekat korban sendiri, seperti teman, keluarga, bahkan pihak-pihak lain seperti polisi, hakim, tenaga medis, dan lainnya. Akan tetapi, korban juga kerap kali disalahkan oleh orang yang tidak dikenal, apalagi ketika kasus yang dialaminya menjadi buah bibir.

Perilaku victim blaming seperti di atas tentu akan menjadi beban ganda bagi korban, karena membuat korban kesulitan untuk melawan. Bahkan, korban akan kesulitan ketika hendak melaporkan kejadian yang telah dialaminya, baik kepada orang terdekatnya atau bahkan kepada pihak berwenang yang mempunyai otoritas. Victim blaming justru akan memperkuat pelaku dan menjadikannya bak seorang predator yang tak terkalahkan. Padahal, korban tidak seharusnya mendapat hukuman atas tindakan kejahatan yang bahkan sama sekali tidak di inginkan.

Batasan yang Harus Dipahami

Mengaitkan ‘nafsu binatang’ pelaku dengan pakaian yang dikenakan korban merupakan hal yang salah kaprah. Karena meski sudah menggunakan pakaian yang tertutup, memakai jilbab, cadar, bahkan menundukkan pandangannya ketika berpapasan dengan lawan jenis sekalipun, apabila akal pikiran pelaku sudah tidak waras dan nafsunya meronta-ronta, pelecehan dan kekerasan seksual akan tetap terjadi.

Islam merupakan agama yang sempurna, seperti yang diungkapkan Aridhanyati Arifin, seorang Dosen Informatika Universitas Islam Indonesia (UII) dalam tulisannya bahwa Islam mengharamkan segala bentuk kekerasan dan penindasan termasuk kejahatan seksual. Seperti dijelaskan dalam QS An-Nur ayat 33 yang artinya: “…dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi”.

Ayat tersebut menjelaskan tentang kesopanan, memerangi terhadap tindakan kekerasan dan pelecehan seksual. Seperti menjaga pandangan, menahan nafsu, dan melakukan tindakan kekerasan atau pelecehan lainnya. Bukan malah menjadikan seseorang sebagai objek dalam melampiaskan hawa nafsu belaka.

Untuk itu, penulis hendak mengajak para pembaca untuk mendukung, melindungi, dan memberikan empati terhadap korban kekerasan, dan pelecehan seksual yang berani menyuarakan kejahatan yang dialaminya. Mari sama-sama menghindari perilaku victim blaming, dan lebih peduli dengan menaruh perhatian pada kondisi fisik dan mental korban.

Upaya tersebut bisa dilakukan dari hal-hal kecil, seperti mendengarkan cerita korban, mempercayainya, dan mendukung serta membantu mereka untuk speak up. Dan yang tidak kalah penting, kita jangan pernah menganggap cat calling sebagai hal sepele. Sebab, jika kita anggap wajar, dengan tanpa sadar hal tersebut dapat memperparah kerusakan moral. []

Tags: CatcallingKekerasan seksualpelecehan seksualVictim Blaming
Irfan Hidayat

Irfan Hidayat

Alumni Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga, Kader PMII Rayon Ashram Bangsa

Terkait Posts

Relasi Gender dalam Agama Budha

Menilik Relasi Gender dalam Agama Budha

3 Juni 2023
Lahir Pancasila

Hari Lahir Pancasila: Upaya Mempererat Persaudaraan dan Menumbuhkan Sikap Toleransi

2 Juni 2023
KDRT

KDRT Tidak Sejalan dengan Ajaran Islam

1 Juni 2023
Energi

Mari Menjaga Lingkungan Dengan Menggunakan Energi Terbarukan

1 Juni 2023
Hari Lahir Pancasila

Hari Lahir Pancasila, dan Sekian Tantangan yang Kita Hadapi

1 Juni 2023
Sikap Diskriminatif

Hentikan Rasisme dan Sikap Diskriminatif

31 Mei 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Maria Ulfah Santoso

    Maria Ulfah Santoso, Perempuan Yang Ikut Berkontribusi Lahirnya Pancasila

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Childfree sebagai Pilihan Hidup

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dewi Suhita, Ratu Majapahit : Sosok di Balik Tegarnya Karakter Alina Suhita

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film Unearthing Muarajambi Temples: Menyingkap Kemegahan Nusantara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mendengarkan Suara Perempuan Korban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Peran Putri Owutango dalam Perkembangan Islam di Gorontalo
  • Keadilan Bagi Perempuan Harus Didasarkan Pada Hak Asasi Manusia
  • Menilik Relasi Gender dalam Agama Budha
  • Mendengarkan Suara Perempuan Korban
  • Menyempurnakan Tips Langgeng Berumah Tangga ala Gus Baha

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist