• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Selebriti Langit: Bagaimana Menjadi Versi Terbaik Diri?

Betapa uniknya hidup masing-masing orang, sehingga menjadi versi terbaik diri sangat relatif bentuknya. Bahkan versi diri yang terbaik kita pada hari ini berbeda dengan kemarin dan besok

Nur Rofiah Nur Rofiah
16/07/2022
in Personal, Rekomendasi
0
Versi Terbaik Diri

Versi Terbaik Diri

681
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Istilah selebriti langit pertama kudengar dari rekaman video Prof. Dr. Nasaruddin Umar. Menurutku ini terjemahan keren dan kekinian dari istilah Masyhurun fis Sama’. Saat itu, beliau sedang menjelaskan kisah tentang tokoh bernama Uwais al-Qarni.

Kisah hidup beliau mengubah pemahamanku atas hadis tentang sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama manusia. Semula aku mengasumsikan bahwa perbandingan sebaik-baik manusia ini adalah orang lain. Siapa yang lebih bermanfaat dari orang lain, maka dia lebih baik dan yang termanfaat, maka dialah yang terbaik. Menjadi versi terbaik diri.

Dengan kalimat lain, semakin luas manfaat seseorang, semakin lebih baik daripada lainnya. Mereka yang paling luas manfaatnya pun menjadi yang terbaik. Ciri orang terbaik jadinya adalah terkenal luas karena keluasan manfaatnya.

Menjadi Versi Diri Yang Terbaik

Pemahaman seperti di atas menurutku bermasalah karena adanya standar tunggal asas kebermanfaatan bagi setiap orang yang kondisinya beragam. Misalnya sehat dan sakit, kaya dan miskin, pejabat dan rakyat, non difabel dan difabel, dst. Padahal masing-masing dua kelompok orang ini mempunyai kondisi dan kapasitas yang sangat berbeda untuk bisa mendatangkan manfaat.

Pemahaman lain sebetulnya sangat mungkin. Misalnya dengan mengembalikan kata hum pada kata anfauhum tidak pada manusia secara umum melainkan manusia sebagai diri masing-masing. Sebaik-baik manusia adalah yang menjadi versi termanfaat mereka, atau menjadi versi terbaik diri mereka sehingga bisa bermanfaat secara optimal, sesuai kondisi dan kemampuan masing-masing.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Pesan Nyai Alissa Wahid di Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Tegaskan Eksistensi Keulamaan Perempuan

Bulan Kebangkitan: Menegaskan Realitas Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

Allah memberi kemampuan berbuat buruk dan baik pada setiap manusia. Mereka kemudian bertanggungjawab atas pilihannya. Allah pun tidak akan membebani setiap manusia di luar kemampuannya. Jadi manusia hanya dituntut untuk menjadi versi diri yang terbaik sesuai dengan kondisi masing-masing.

Perbandingan terbaik tidaknya seseorang adalah dirinya sendiri, bukan orang lain. Bahkan yang terbaik pun tidaklah selalu di antara dua pilihan yang sama-sama baik. Kadang sama-sama buruk. Yang terbaik bisa muncul dalam beberapa kemungkinan:

  1. Lebih baik dan terbaik: terbaik;
  2. Baik dan lebih baik: lebih baik;
  3. Baik dan baik: terbaik;
  4. Baik dan buruk: baik;
  5. Buruk dan buruk: terbaik;
  6. Buruk dan lebih buruk: buruk;
  7. Lebih buruk dan terburuk; lebih buruk.

Manusia hanya bertanggungjawab atas pilihan-pilihan yang ada dalam kendalinya. Karena itu, ketika berada dalam perkawinan yang penuh kezaliman dan segala ikhtiar telah menemukan jalan buntu misalnya, maka pilihan yang tersedia bisa sama-sama tidak ideal, yakni meneruskan perkawinan dengan resiko mengalami kezaliman berkelanjutan, atau berpisah namun harus mulai dari nol untuk menafkahi diri sendiri dan anak-anak.

Dalam kondisi dilematis seperti di atas, kondisi  perkawinan orang lain yang sedang berjalan sebagaimana mestinya tidak bisa menjadi standar tunggal pilihan terbaiknya. Bukankah pilihan tersebut tidak sedang dia miliki? Ketika dihadapkan pada dilema seperti ini, maka pilihan yang terbaik di antara dua pilihan buruk mesti diambil.

Tak Harus Populer

Betapa uniknya hidup masing-masing orang, sehingga menjadi versi terbaik diri sangat relatif bentuknya. Bahkan versi diri yang terbaik kita pada hari ini berbeda dengan kemarin dan besok.

Uwais al-Qarni mendapat julukan selebriti langit bukan karena hidupnya manfaat bagi orang banyak. Dia bahkan dapat julukan sebagai orang yang tidak diketahui di bumi (majhulun fil ardli), alias tidak terkenal.

Lalu apa istimewanya? Uwais tinggal bersama ibunya yang sudah tua dan tidak mampu secara ekonomi. Ia sangat menyayangi ibunya hingga apapun akan ia lakukan demi membahagiakan sang ibu. Suatu hari ibunya menyampaikan keinginannya untuk pergi haji.

Uwais pun berlatih menggendong keledai naik turun bukit. Orang-orang heran melihat kebiasaan barunya. Ternyata ia sedang melatih kekuatan fisiknya agar mampu menggendong ibunya selama haji karena sang ibu tidak mampu berjalan dengan baik. Luar biasa!

Uwais al-Qarni adalah teladan kehidupan. Kita boleh menjadikannya atau orang lain sebagai teladan, tapi tidak sebagai standar tunggal terbaiknya kita. Begitu pun sebaliknya.

Semoga kita sama-sama mampu mengasah kecerdasan akal budi dengan baik agar terlatih mengambil sikap terbaik sesuai dengan perkembangan kondisi  dan potensi diri. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin. []

Tags: Kongres Ulama Perempuan IndonesiaKupiNgaji KGISelebriti Langitulama perempuanVersi Terbaik Diri
Nur Rofiah

Nur Rofiah

Nur Rofi'ah adalah alumni Pesantren Seblak Jombang dan Krapyak Yogyakarta, mengikuti pendidikan tinggi jenjang S1 di UIN Suka Yogyakarta, S2 dan S3 dari Universitas Ankara-Turki. Saat ini, sehari-hari sebagai dosen Tafsir al-Qur'an di Program Paskasarjana Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an (PTIQ) Jakarta, di samping sebagai narasumber, fasilitator, dan penceramah isu-isu keislaman secara umum, dan isu keadilan relasi laki-laki serta perempuan secara khusus.

Terkait Posts

Toleransi di Bali

Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

7 Juni 2025
Narasi Hajar

Pentingnya Narasi Hajar dalam Spiritualitas Iduladha

6 Juni 2025
Berkurban

Berkurban: Latihan Kenosis Menuju Diri yang Lapang

6 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Perspektif Heterarki: Solusi Konseptual Problem Maraknya Kasus Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama  

5 Juni 2025
Kesehatan Akal

Dari Brain Rot ke Brain Refresh, Pentingnya Menjaga Kesehatan Akal

4 Juni 2025
Pesan Mubadalah

Pesan Mubadalah dari Keluarga Ibrahim As

4 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID