• Login
  • Register
Minggu, 8 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Mengenali Helicopter Parenting terhadap Perkembangan Anak (Part 2)

Biarkan anak tumbuh dengan baik, seperti halnya tanaman beri ia asupan nutrisi untuk tumbuh sebagaimana mestinya. Yakni dengan cara memberikan stimulasi yang cocok bagi anak

Hermia Santika Hermia Santika
29/08/2022
in Keluarga
0
Helicopter Parenting

Helicopter Parenting

323
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Berdasarkan artikel sebelumnya “Mengenali Helicopter Parenting terhadap Perkembangan Anak (Part I)” terkait pengertian, ciri serta dampak overparenting terhadap perkembangan anak, jelas sekali memberikan penyadaran bagi para orang tua ataupun calon orang tua akan pentingnya pemahaman overparenting atau yang kita kenal juga dengan istilah helicopter parenting.

Maka untuk menghindari perilaku tersebut Ibu Pritta Tyas Pangestuti di akhir video parentalk.id memberikan tips yang bisa orang tua lakukan. Supaya para orang tua tetap optimal dalam pengasuhan bagi buah hati tercinta. tipos itu antara lain:

Pertama, berikan anak kepercayaan, mom and dan percayalah bahwa anak membutuhkan waktu untuk eksplorasi, belajar dan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri. Jadi ketika anak bermain sesuatu jangan terburu-buru untuk menawarkan bantuan kecuali jika mereka sudah frustasi menghadapi kesulitannya.

Ciptakan Lingkungan Rumah Ramah Anak

Kedua, menyetting lingkungan rumah supaya segala aktivitas yang dilakukan anak bisa ia lakukan sendiri dan minim akan bantuan. Misal simpan segala barang barang yang anak gunakan di tempat yang ia bisa raih atau lakukan. Contoh simpan baju, handuk , sikat giginya atau kebutuhan pribadi lain anak di tempat yg sekiranya bisa ia jangkau dengan aman sehingga dalam melakukan rutinitas mereka minim atau tidak butuh bantuan mom and dad.

Ketiga, beri anak tanggungjawab seperti pekerjaan rumah, misal jika anak sudah memasuki usia 2 sampai 3,5 tahun sudah mulai bisa orang tua belikan sapu kecil atau lap kecil sehingga jika anak menumpahkan sesuatu sehingga kotor maka ia bisa membersihkannya dengan bimbingan parents juga.

Baca Juga:

Dekonstruksi Pandangan Subordinatif terhadap Istri dalam Rumah Tangga

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Alarm Kekerasan Terhadap Anak Tak Lagi Bisa Diabaikan

Kasus Inses di Kudus: Pentingnya Membangun Ruang Aman bagi Anak

Ajari mereka untuk bagaimana membersihkan dengan menggunakan sapu. Atau ajari anak melap air yang ia tumpahkan dengan tidak menginjak air yang tumpah. Lalu beri ia pengertian hal tersebut agar ia tidak terjatuh dan lain sebagainya. Dengan langkah-langkah ini, kita mengajarkan anak agar besrikap mandiri dan bertanggungjawab terhadap diri mereka.

Keempat, beri kesempatan anak bersosialisasi dengan resiko anak akan berkonflik, ketika berkonflik/berantem dengan teman misal ketika mainannya direbut, ketika main tidak mau gantian, atau mungkin ada temannya yang pukul punggungnya dll, maka sebagai orang tua tugasnya bukan menarik anak supaya menghindari konflik. Akan tetapi bekali anak untuk supaya ia mampu dan berani menghadapi konflik.

Bekali Anak Berani Hadapi Konflik

Misal  bekali anak dengan nasihat contoh katakan nak, dek, atau kakak jika di sekolah ada teman yang pukul kamu, langsung bilang yah ke ibu guru. Jadi dari situ anak belajar jika ada sesuatu yang membahayakan atau mengancamnya di sekolah maka semestinya ia lapor kepada pihak yang berwenang di tempat itu (guru). Jangan katakan jauhi dia jangan berteman lagi dengan dia itu malah tidak memberikan solusi, dan anak tidak belajar seharusnya yang ia lakukan pada saat menghadapi konflik.

Mom and dad, anak Ibarat tanaman kecil yang harus tumbuh dengan nutrisi, cahaya matahari, serta air yang cukup. Sehingga tanpa harus kita menjaga dan menutup tanaman dengan rapat agar tidak ada yang menginjak.  Artinya parents tidak terlalu over dalam hal pengasuhan terhadap anak.

Jadi, biarkan anak tumbuh dengan baik, seperti halnya tanaman beri ia asupan nutrisi untuk tumbuh sebagaimana mestinya. Yakni dengan cara memberikan stimulasi yang cocok bagi anak. Kita biarkan anak bereksplorasi, mandiri, termasuk untuk gagal. Sehingga dengan demikian anak akan tumbuh dengan akar yang kuat atau kepribadian yang kuat. Happy and enjoy your parenting yaaa parents! []

Tags: anakHelicopter Parentingkeluargaorang tuaparentingpola asuh
Hermia Santika

Hermia Santika

Mahasiswa/KOPRI PMII Rayon Psikologi Cabang Kabupaten Bandung

Terkait Posts

Najwa Shihab dan Ibrahim

Najwa Shihab dan Ibrahim: Teladan Kesetaraan dalam Pernikahan

26 Mei 2025
Program KB

KB: Ikhtiar Manusia, Tawakal kepada Allah

23 Mei 2025
Alat KB

Dalil Agama Soal Kebolehan Alat KB

22 Mei 2025
Kekerasan Seksual Sedarah

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

19 Mei 2025
Keberhasilan Anak

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

17 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID