• Login
  • Register
Minggu, 20 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Mengulik Sejarah Hari Gizi Nasional dan Masalah Stunting di Indonesia

Fenomena stunting pada anak dapat menyebabkan kerugian negara sampai sekitar Rp300 triliun per tahun, sebab stunting berkelindan dengan produktivitas individu

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
25/01/2023
in Featured, Publik
0
Hari Gizi Nasional

Hari Gizi Nasional

692
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – 73 tahun lalu, masalah gizi menjadi problematika yang mendapatkan perhatian besar dari pemerintah hingga mendorong penetapan hari gizi nasional. Saat itu, Menteri Kesehatan Dokter J Leimena, yang selanjutnya didapuk sebagai Bapak Gizi Indonesia mengangkat Prof. Poorwo Soedarmo sebagai kepala  Lembaga Makanan Rakyat (LMR).

Sejarah Hari Gizi Nasional

Pada tahun 1950, Lembaga Makanan Rakyat mendapat tugas untuk mempelajari kesehatan penduduk dalam hubungannya dengan makanan, serta memperbaiki konsumsi makanan agar dapat meningkatkan taraf kesehatan penduduk. Terlebih waktu itu busung lapar, defisiensi vitamin A hingga angka kematian ibu dan anak masih sangat tinggi.

Banyaknya permasalahan gizi kemudian mendorong analisa permasalahan. Selanjutnya menemukan bahwa beberapa penyebabnya antara lain: produksi pangan nasional masih di bawah kebutuhan penduduk, serta kurangnya pengetahuan orangtua terkait pemenuhan gizi anak.

Berdasarkan latar belakang tersebut, pemerintah kemudian menginisiasi sejumlah kebijakan. Salah satunya melalui pengkaderan tenaga gizi. Agen pemerintah ini dalam beberapa tahun ke depan akan membantu pemerintah dalam menyebarluaskan informasi kesehatan di tingkat lokal.

Tidak hanya berhenti sampai di situ, pemerintah juga mendirikan Sekolah Juru Penerang Makanan oleh LMR yang selanjutnya menjadi tonggak penetapan hari gizi nasional pada tanggal 25 Januari 1951.

Baca Juga:

Membentuk Karakter Anak Lewat Lingkungan Sosial

Jangan Biarkan Fondasi Mental Anak Jadi Rapuh

Pentingnya Membentuk Karakter Anak Sejak Dini: IQ, EQ, dan SQ

Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja

Masalah Stunting di Indonesia

Meski hari gizi nasional terus kita peringati dari tahun ke tahun. Nyatanya permasalahan gizi di Indonesia masih terus ada. Salah satunya adalah problematika stunting.

Stunting merujuk pada masalah kurang gizi dan nutrisi kronis yang tertandai dengan tinggi badan anak lebih pendek dari standar anak seusianya. Beberapa anak yang menderita stunting memiliki tanda-tanda berikut: mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Seperti lambat berbicara atau berjalan, hingga sering mengalami sakit.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angka prevalensi balita stunting di tahun 2018 mencapai 30,8 persen. Artinya satu dari tiga balita mengalami stunting. Tiga tahun kemudian, angkanya memang turun menjadi 24,4%. Namun pencapaian ini masih membuat Indonesia menjadi negara dengan beban stunting tertinggi ke-2 di Kawasan Asia Tenggara dan ke-5 di dunia.

Ketua Umum Indonesia Healthcare Forum (IndoHCF) Dr dr Supriyantoro SpP MARS mengatakan kasus stunting atau kegagalan tumbuh kembang anak akibat malnutrisi kronis di Indonesia bukan hanya keluarga pra sejahtera saja yang mengalaminya. Keluarga kaya bahkan dapat memiliki anak dengan gejala stunting karena tidak memahami pemenuhan gizi yang baik pada anak. Seperti pemberian makanan dan minuman instan (junk food) tanpa memperhatikan dampak buruknya.

Selain karena kurangnya informasi pada masyarakat tentang pentingnya memperhatikan asupan gizi, pasangan muda juga kerap melalaikan kebersihan diri pada ibu hamil dan anak di bawah usia dua tahun.

Pemenuhan gizi yang calon orangtua ketahui hanya sebatas ibu makan kenyang. Tapi ternyata asupan yang ibu konsumsi ternyata tidak membantu peningkatan taraf kesehatan pada ibu dan buah hati. Padahal mencukupi kebutuhan anak tidak bisa hanya ketika dia sudah lahir saja. Tapi harus mengupayakannya semenjak hamil, yang kemudian berlanjut lagi saat anak sudah keluar dari janin ibu

Mencegah Stunting

Oleh karenanya mencegah stunting dapat kita mulai dengan mengawal 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dengan program pemberian makan bayi dan anak (PMBA) termasuk ASI Eksklusif, makanan pendamping ASI, dan menyusui sampai 2 tahun atau lebih. Pekerjaan rumah ini tidak bisa pemerintah kerjakan sendiri. Pasangan suami istri beserta keluarga besar harus bahu-membahu mengupayakan pembentukan generasi penerus yang sehat dan cukup gizi.

Mengapa perlu banyak pihak mengupayakan kesehatan anak secara berkelanjutan?

Hal ini berkaitan dengan efek domino dari stunting itu sendiri. Anak dengan kondisi stunting cenderung memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. Tidak hanya itu, pada usia produktif, individu yang pada balita mengalami kondisi stunting biasanya berpenghasilan 20 persen lebih rendah.

Jika diruntut hingga skala nasional, fenomena stunting pada anak dapat menyebabkan kerugian negara sampai sekitar Rp300 triliun per tahun, sebab stunting berkelindan dengan produktivitas individu.

Ketika banyak anak mengalami kondisi stunting di masa kecil, situasi tersebut mempengaruhi perkembangan fisik dan kognitifnya. Sehingga berakibat pada tingkat kecerdasannya yang mudah terserang penyakit tidak menular ketika dewasa. Orang-orang dewasa ini lah yang memiliki kualitas produktivitas rendah meski durasi produktivitasnya tinggi.

Secara berjenjang, efek buruk stunting akibat tidak maksimalnya produktivitas dapat menurunkan produk domestik bruto negara sebesar 3 persen. Menilik kondisi tersebut, tak heran sampai ada pepatah yang mengatakan, “it takes a village to raise a child”, karena memang membesarkan anak adalah upaya bersama semua pihak. (bebarengan)

 

 

 

 

Tags: anakGizi BurukHari Gizi NasionalIbuIndonesiakesehatanStunting
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Yamal

Yamal, Mari Sadar!

19 Juli 2025
Penghayat Kepercayaan

Tantangan Menghadapi Diskriminasi Terhadap Penganut Penghayat Kepercayaan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi

19 Juli 2025
COC

COC: Panggung yang Mengafirmasi Kecerdasan Perempuan

18 Juli 2025
Sirkus

Lampu Sirkus, Luka yang Disembunyikan

17 Juli 2025
Disabilitas dan Kemiskinan

Disabilitas dan Kemiskinan adalah Siklus Setan, Kok Bisa? 

17 Juli 2025
Wonosantri Abadi

Harmoni Iman dan Ekologi: Relasi Islam dan Lingkungan dari Komunitas Wonosantri Abadi

17 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Cita-cita Tinggi

    Yuk Dukung Anak Miliki Cita-cita Tinggi!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dilema Kepemimpinan Perempuan di Tengah Budaya Patriarki, Masihkah Keniscayaan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jangan Biarkan Fondasi Mental Anak Jadi Rapuh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Membentuk Karakter Anak Sejak Dini: IQ, EQ, dan SQ

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yamal, Mari Sadar!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Membentuk Karakter Anak Lewat Lingkungan Sosial
  • Yamal, Mari Sadar!
  • Meneladani Nabi Muhammad Saw dalam Mendidik Anak Perempuan
  • Dilema Kepemimpinan Perempuan di Tengah Budaya Patriarki, Masihkah Keniscayaan?
  • Jangan Biarkan Fondasi Mental Anak Jadi Rapuh

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID