• Login
  • Register
Selasa, 3 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Pernak-pernik

Kampung Arab, Becak, dan Perempuan

Kita tahu, dalam Islam, hubungan lelaki dan perempuan yang belum/bukan muhrim tak boleh berdekatan, bersentuhan, dan larangan lainnya.

M. Baha Uddin M. Baha Uddin
31/01/2025
in Pernak-pernik
0
Becak

Becak

1.8k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Semasa kecil, pengakraban kita terhadap dunia luar dan sekitar selain dengan medium mainan atau pengisahan cerita, bisa juga lewat pendengaran lagu. Indonesia memiliki lagu-lagu anak berjubel. Lagu bertema makanan, binatang, hingga kendaraan. Tema terakhir memuat lagu Naik Delman, Naik Kereta Api, Naik Becak, dan lainnya.

Lagu Naik Becak karangan Ibu Sud memiliki keterhubungan akan keikutsertaan saya mengikuti perjalanan Komunitas Soerakarta Walking Tour rute Kampung Arab Kota Surakarta pada 28 Desember 2024 silam. Selain mewartakan pengisahan sejarah ihwal tempat, kuliner, dan arsitektur, kanon kebudayaan pun tak luput dari pembahasan.

Satu dari sekian banyak kebudayaan Komunitas Kampung Arab di Pasar Kliwon ialah penggunaan alat transportasi becak. Kita sejenak merenungi pemaknaan tranportasi beroda tiga itu lewat lagu gubahan Ibu Sud tadi. Saya mau tamasya/ Berkeliling-keliling kota/ Hendak melihat-lihat keramaian yang ada/ Saya panggilkan becak/ Kereta tak berkuda/ Becak, becak, tolong bawa saya//.

Ibu Sud menggamit sempalan fungsi kendaraan beroda tiga itu sebagai armada rekreasi dan tamasya. Nah, di Kampung Arab Surakarta, ada relasi kuat antara becak dan kebudayaan mereka. Biar pun zaman sudah maju menghadirkan pelbagai moda transportasi online, tapi ia tetap menjadi armada favorit mereka.

Budaya Naik Becak

Saya merangkum pemaparan dua pengisah SWT—Muhammad Aprianto dan Nino S Basunindyo—ihwal kebudayaan masyarakat Kampung Arab Surakarta yang gemar menaiki becak. Gagasan dasarnya bahwa transportasi beroda tiga ini teranggap paling aman untuk digunakan, terutama bagi perempuan.

Baca Juga:

Menilik Peran KUPI Muda dalam Momen Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence Pada Ayat-ayat Shirah Nabawiyah (Part 2)

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Kita tahu, dalam Islam, hubungan lelaki dan perempuan yang belum/bukan muhrim tak boleh berdekatan, bersentuhan, dan larangan lainnya.

Pada waktu perempuan-perempuan di Kampung Arab hendak pergi ke sekolah, pasar, atau tempat lainnya, pada saat yang sama tak ada keluarga yang bisa mengantarnya, maka becak menjadi jalan keluarnya. Becak memiliki struktur antara pengemudi dan penumpang terbatasi oleh dinding belakang. Pendeknya, ada pembatas dan tak berdekatan. Selain itu, konstruksinya pun terbuka.

Lain hal dengan ojek motor (baik konvensional atau daring) yang penumpang bakal berdempet-sentuhan dengan pengemudinya. Atau memakai jasa mobil/taksi yang walaupun berjarak tempat duduknya tapi ia amat tertutup. Hal-hal demikianlah yang masyarakat Arab hindari, khususnya di KMA Surakarta.

Kehati-hatian yang terpegang oleh perempuan-perempuan KMA di Surakarta sejalan dengan kaidah Ushul Fikih soal pertimbangan menolak mafsadat atau mengambil manfaat. Dar’ul mafasih muqoddamun ‘ala jalbil masholih (menolak kemadaratan lebih utama alih-alih mengedepankan kemaslahatan). Jika pun menggunakan moda transportasi cepat dan nyaman tapi itu lantas berpotensi madarat dengan alasan di atas tadi, maka lebih baik menghindarinya.

Simbol Kesederhanaan

Sekali pun lambat dan jauh dari kata nyaman, becak memberi kenyamanan dan ketentraman bagi penumpangnya. Bukankah selain tujuan keselamatan, komitmen moda transportasi, juga memberi kenyamanan bagi penumpangnya? Apalagi jika kenyamanan itu tegak lurus dengan kepercayaan atau keyakinan yang terpegang oleh penumpangnya.

Pada mulanya, becak memang digunakan sebagai alternatif transportasi pribadi yang sederhana dan murah. Ia menjadi transportasi andalan masyarakat karena efisiensinya di jalan-jalan sempit. Barang kali itu alasan lain KMA di Surakarta memilihnya sebagai transportasi andalan, wabil khusus bagi perempuan.

Kita melihat realitas, di sebagian kota-kota besar pamor si roda tiga menurun. Alasan menguar karena modernitas, efisiensi, dan kecepatan. Meski begitu, ia masih bertahan, salah satunya di telatah Pasar Kliwon Surakarta, tempat di mana Komunitas Masyarakat Arab menetap. Ia mewujud transportasi tradisional sekaligus komponen kebudayaan. Hingga kini, becak masih menjadi simbol kesederhanaan, kerendahan, dan kenyamanan. []

Tags: Becak dan PerempuanKampung ArabKebudayaan Naik BecaksejarahTradisitransportasi
M. Baha Uddin

M. Baha Uddin

Bergiat di Komunitas Serambi Kata

Terkait Posts

Jilbab dan Hijab

Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

2 Juni 2025
Perempuan Memakai Jilbab

Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?

2 Juni 2025
Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Jilbab Menurut Ahli Tafsir

2 Juni 2025
Makna Hijab dalam

Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

2 Juni 2025
Hijab

Makna Hijab dan Jilbab dalam al-Qur’an

1 Juni 2025
Jilbab

Ketika Jilbab Menjadi Alat Politik dan Ukuran Kesalehan

1 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Teknologi Asistif

    Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban Sapi atau Kambing? Tahun Ini Masih Kurban Perasaan! Refleksi atas Perjalanan Spiritual Hari Raya Iduladha

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bagaimana Akhlak Karimah dalam Memilih dan Melamar Pasangan Pernikahan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Hijab Menurut Pandangan Ahli Fiqh

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menyoal Jilbab dan Hijab: Antara Etika Sosial dan Simbol Kesalehan
  • Perbedaan Feminisme Liberal dan Feminisme Marxis
  • Mengapa dan Untuk Apa Perempuan Memakai Jilbab?
  • Penyandang Disabilitas: Teknologi Asistif Lebih Penting daripada Mantan Pacar
  • Jilbab Menurut Ahli Tafsir

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID