• Login
  • Register
Jumat, 20 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Film

Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan

Melalui komunikasi yang terbuka, jujur, dan penuh pengertian, anak tidak akan berpikir berlebihan dalam menyikapi perjodohan

Arif Hilman Zabidi Arif Hilman Zabidi
20/06/2025
in Film
0
Film Azzamine

Film Azzamine

1.1k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Saat menjadi orang tua, tentunya menginginkan agar putrinya mendapatkan pasangan yang terbaik dan saleh. Itulah yang terjadi dalam Film Azzamine.

Film ini bercerita tentang perjodohan atas orang tua kepada anaknya, yang penuh lika-liku. Film tersebut merupakan sebuah adaptasi novel karya Sophie Aulia yang terbit pada Februari 2022. Lalu, pada tahun 2024 baru difilmkan yang disutradarai oleh Benni Setiawan

Tentang Film Azzamine

Film Azzamine merupakan sebuah film drama yang tayang pada Agutus 2024. Film ini memiliki tokoh utama yang diperankan oleh Megan Domani sebagai  Yasmin, Arbani Yasiz sebagai Azzam, Axel Matthew Thomas sebagai Keenan Deka Pratama.

Cerita bermula dari Yasmin yang merupakan mahasiswa tingkat akhir yang memiliki hubungan dengan laki-laki yang bernama Deka. Hingga pada suatu malam ayah dari Yasmin menjumpai anaknya pulang terlalu larut. Saat ditanya oleh ayahnya Yasmin menjawab habis mengerjakan tugas di kampus.

Usut punya usut ayahnya telah mengetahui dari media sosial bahwa Yasmin telah melakukan olahraga gym bersama laki-laki yang bernama Deka. Dalam video tersebut Deka menggangap bahwa Yasmin adalah istrinya.

Baca Juga:

Pernikahan adalah Pilihan, Bukan Paksaan

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

Melihat Istri Marah, Benarkah Suami Cukup Berdiam dan Sabar agar Berpahala?

Multitasking itu Keren? Mitos Melelahkan yang Membebani Ibu Rumah Tangga

Melihat hal tersebut ayahnya marah dan menasehati Yasmin agar tidak mendekati laki-laki itu lagi. Tetapi, sikap Yasmin malah menghiraukan nasehat dari ayahnya. Yasmin menganggap bahwa bentuk perlindungan kepadanya adalah hal berlebihan yang semestinya tidak perlu ia dapatkan ketika usianya sudah menginjak dewasa.

Hubungan yang Tidak Direstui

Percintaan antara Yasmin dan Deka, pada mulanya berjalan baik-baik saja. Namun, ayahnya lagi-lagi tidak menyetujuinya. Hal tersebut terjadi, karena belum cakap dan cukup kelimuan Deka menjadi pemimpin untuk mendampingi Yasmin.

Setelah hari demi hari terlewati, tiba-tiba datang seorang laki-laki yang bernama Azzam datang bertamu ke rumah Yasmin. Ternyata, maksud tujuan Azzam bertamu adalah untuk berkenalan atas perjodohan orang tuanya. Yasmin yang sebelumnya memang sudah mempunyai pacar tidak menyukai kehadiran laki-laki tersebut.

Menyikapi Perjodohan Orang Tua

Azzam dalam menyikapi perjodohan orang tua adalah bentuk dari kebaktian kepada kedua orang tua. Namun, lama-kelamaan benih-benih cinta tumbuh di hati Azzam. Perasaan yang sebelumnya hanya semata-mata untuk berbakti kepada orang tua, berubah menjadi sayang dan ingin menjadi suami Yasmin.

Tetapi, Yasmin malah bersikap sebaliknya. Ia masih memiliki perasaan dengan pacar lamanya. Deka dan Yasmin sudah menghabiskan waktu bersama yang cukup lama. Sehingga, Yasmin membutuhkan waktu yang tak sebentar untuk melepaskan Deka.

Azzam melakukan berbagai upaya untuk bisa dekat dengan Yasmin. Dari mulai selalu datang ke rumahnya, meminta Yasmin untuk hadir di pengajian Azzam, hingga berkunjung ke panti asuhan bersama. Tetapi, usaha Azzam untuk mendapatkan hatinya masih belum cukup. Yasmin masih belum luluh, hatinya belum beranjak dari masa lalunya.

Lantas Azzam masih belum menyerah, segala usaha tetap ia tempuh. Nama Yasmin pun tak lupa ia langitkan di sepertiga malam dalam tahajud Azzam, meminta kepada Allah agar bisa menikahi Yasmin. Hingga, pada akhirnya hati Yasmin luluh dan Azzam berhasil menikahinya.

Melalui film ini kita dapat mengambil hikmah bahwa dalam menyikapi perjodohan orang tua, semestinya tidak terlalu menutup diri dan seakan-akan terpaksa untuk berjodoh dengan pilihan orang tua. Padahal hal tersebut hanyalah pikiran dari sang anak yang tidak sepenuhnya benar.

Azzam dan Yasmin diberikan waktu yang cukup lama untuk berkenalan lebih dalam. Sehingga, ketika mereka merasa sudah saling mengenal, orang tua dari kedua belah pihak menanyakan kelanjutan atas perjodohan ini.

Selanjutnya melalui komunikasi yang terbuka, jujur, dan penuh pengertian, anak tidak akan berpikir berlebihan dalam menyikapi perjodohan yang dilakukan oleh orang tua. Selain itu, apabila dalam proses berkenalan antara anak dan calon menantu, ada yang merasa tidak cocok, orang tua tidak perlu memaksa anak agar berjodoh dengannya. []

Tags: azzamineCintaFilm AzzamineJodohkeluargapernikahanReview Film
Arif Hilman Zabidi

Arif Hilman Zabidi

Terkait Posts

Tastefully Yours

Tastefully Yours : Membongkar Konstruksi Sosial dari Dapur

19 Juni 2025
Bela Negara

Pearl Eclipse: Potret Keberanian Perempuan Dalam Bela Negara

14 Juni 2025
Resident Playbook

Resident Playbook dan Pentingnya Perspektif Empati dalam Dunia Obgyn

4 Juni 2025
Film Cocote Tonggo

Pengalaman Kemanusiaan Perempuan dalam Film Cocote Tonggo

31 Mei 2025
Film Cocote Tonggo

Budaya Gosip dan Stigma atas Perempuan dalam Film Cocote Tonggo (2025)

28 Mei 2025
Self Awareness

Self Awareness Ala Oh Yi Young di Resident Playbook

24 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pernikahan adalah Pilihan

    Pernikahan adalah Pilihan, Bukan Paksaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ibnu Khaldun sebagai Kritik atas Revisi Sejarah dan Pengingkaran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Film Azzamine: Ketika Bentuk Proteksi Orang Tua Kepada Anak Perempuan Disalahartikan
  • Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara
  • Membangun Rumah Tangga yang Berdimensi Akhlak Mulia
  • Berumah Tangga adalah Seni Kehidupan
  • Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID