Awal Oktober, tanggal 1 s/d 8, diperingati sebagai Pekan Menggendong Sedunia. Peringatan ini digagas oleh International Babywearing sejak tahun 2008. Kegiatan ini membawa misi untuk mempromosikan menggendong sebagai suatu aktivitas universal yang bermanfaat bagi orang tua dan si kecil, baik dari aspek kesehatan fisik dan juga psikis.
Maksud universal di sini adalah bahwa siapapun, tanpa memandang usia, jenis kelamin, status sosial, ras, agama, dan lain sebagainya, tentu memiliki kegiatan bernama “menggendong”. Biasanya, kegiatan menggendong identik dengan aktivitas seorang ibu. Namun, saat ini kegiatan menggendong juga sudah menjadi trend di kalangan para ayah.
Ada banyak sekali manfaat ketika ayah juga ikut menggendong anaknya. Sebagaimana dikutip dari laman kumparan.id disebutkan bahwa hasil penelitian dari University of Notre Dame, Amerika Serikat, mengatakan bahwa ketika ayah ikut menggendong atau memeluk bayi baru lahir, maka dapat mempengaruhi anak secara fisik dan mental. Selain itu, ayah yang menggendong anak juga akan memperkuat ikatan emosional antara ayah dan anak.
Kegiatan ayah menggendong juga sering disampaikan dalam seminar-seminar, bahkan ada sebuah komunitas yang sudah intens mengkampanyekan hal ini, seperti Indonesian Babywearing Dads. Komunitas ini terlibat aktif dalam pengasuhan anak melalui kegiatan menggendong yang aman, nyaman, atensif, dan hangat penuh cinta.
Mengapa Ayah Juga Harus Belajar Menggendong?
Mengutip perkataan suami saya, dalam sebuah keluarga, peran seorang ayah itu ibarat General Manager dalam dunia perhotelan. Ia memiliki peran yang cukup penting. Ia harus mampu menguasai berbagai hal terkait perhotelan, hingga hal-hal terkecil sekalipun.
Begitu juga dengan peran seorang ayah, ia adalah sosok yang dijadikan pemimpin dan kepala rumah tangga. Sebagai seorang pemimpin, ia harus memiliki visi-misi yang jelas untuk keluarganya dan memahami kebutuhan lahir dan batin keluarganya. Bersama sang ibu, Ayah akan menjalani tahap demi tahap agar terwujud keluarga yang sehat, aman, sejahtera, dan bahagia.
Salah satu ilmu yang perlu dipelajari seorang ayah untuk mewujudkan kesehatan keluarga adalah Ilmu Menggendong, karena menggendong dengan cara yang salah akan berakibat pada kesehatan anak dan orang tua.
Jika terjadi kesalahan dalam menggendong, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan pada anak, kondisi ini dikenal dengan istilah Hip dysplasia (displasia panggul) yaitu formasi persendian panggul yang abnormal. Jika pada orang tua, sering kali merasa punggung kaku, mudah lelah, atau sakit pinggang karena salah posisi saat menggendong anak.
Untuk menghindari hal ini, maka seorang ayah harus paham tentang menggendong yang benar. Agar jika sewaktu-waktu sang ibu kelelahan atau sakit, ayah bisa menggantikan ibu untuk menggendong. Terlebih, jika memiliki lebih dari satu anak yang masih butuh digendong.
Darimana Ayah Bisa Belajar Ilmu Menggendong?
Kini, ilmu menggendong semakin mudah didapatkan. Beberapa komunitas juga sering mengunggah brosur tentang ilmu menggendong di akun-akun medsos, baik di laman web, Facebook, Whatsapp, atau Instagram. biasanya menggunakan hastag: #Indonesiababywearing, #Ayahgendong, #Menggendongpenuhcinta, dan lain-lain.
Dua prinsip penting yang sering disampaikan dalam ilmu menggendong, yaitu harus berbentuk “M-Shape” dan memenuhi syarat “TICKS”.
Menggendong posisi M-Shape adalah menggendong si kecil dengan posisi tegak, dimana pantat si kecil lebih rendah dari pada posisi lutut. Sehingga lutut si kecil terdorong ke atas membentuk huruf M. Posisi ini dianggap aman karena juga membuat alat vital anak tidak terjepit dan sakit.
Sedangkan konsep TICKS adalah singkatan dari;
Tight, yaitu gendongan ketat tapi tidak mencekik si kecil. sehingga orang tua bisa menggendong anak sambil memeluk, sehingga tercipta bonding yang kuat.
In View at All Times, yaitu bisa melihat keadaan si kecil setiap waktu. Sehingga orang tua tau apakah anaknya aman dan nyaman, atau tidak.
Close Enough to Kiss, yaitu mudah dicium, terutama area kening anak.
Keep Chin of The Chest, yaitu menghindari dagu bayi tertekuk ke arah dadanya. Jika tertekuk, bayi akan kesulitan bernafas.
Supported Back, yaitu gendongan harus mampu menyangga punggung bayi dan paha hingga lutut, agar bayi tidak terjatuh.
Setelah mengetahui ilmu menggendong, maka langkah penting yang perlu dilakukan adalah memilih jenis gendongan yang mendukung konsep di atas. Di sinilah, peran ayah dibutuhkan untuk memfasilitasi gendongan yang tepat untuk anaknya, karena hal ini berkaitan dengan budgeting (pengalokasian dana). Ayah dan ibu harus bermusyawarah untuk menentukan pilihan gendongan apa yang akan dibeli.
Di akhir artikel ini, saya ingin menyampaikan bahwa konsep kesalingan dalam menggendong bisa diartikan sebagai tanggung jawab bersama dan harus dipahami bersama. Jika salah satu berhalangan, maka yang lainnya bisa menggantikan. Selain bisa saling berbagi peran, yang terpenting dari memahami ilmu menggendong adalah ayah dan ibu bisa saling menjaga kesehatan dan keselamatan, baik untuk si penggendong maupun untuk anak. Wallahu a’lam bi al-shawab. []