• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Belajar Dari Rufaida Al Aslamia: Sang Perawat dan Ahli Bedah Muslimah Pertama Di Dunia

Nabi Muhammad SAW sendirilah yang mengizinkan Rufaida Al-Aslamia untuk menjadi perawat sukarelawan pada perang-perang tersebut

Kamariah Kamariah
28/01/2024
in Figur
0
Rufaida Al-Aslamia

Rufaida Al-Aslamia

902
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Apa yang kamu pikirkan tentang perawat dan ahli bedah? Seorang dengan jas putih yang berjibaku di rumah sakit dengan alat-alat medis super canggih, sebagai upaya untuk menyelamatkan pasien yang tengah ikhtiar sembuh?

Lalu bagaimana pendapatmu jika ternyata jauh hari sebelum dunia mengenal alat-alat medis yang canggih, seribu abad lebih yang lalu, telah hadir seorang perawat dan ahli bedah, yang pasiennya adalah para pejuang yang tengah perang untuk membela agama Allah dan Rasullulah.

Jika kamu belum tahu fakta tersebut, berikut ini kami akan menyajikan sebuah sejarah tentang seorang perawat dan ahli bedah pertama dalam Islam. Inilah kisah Rufaida Al Aslamia: Sang Perawat dan Ahli Bedah Muslimah Pertama Di Dunia.

Sosok Rufaida Al-Aslamia

Melansir dari Detik.com, mengutip buku Teori Model Keperawatan: Keperawatan oleh Nur Aini, nama lengkap Rufaida Al-Aslamia adalah Rufaidah binti Sa’ad Al Bani Aslam Al Khazraj. Sedangkan nama Al-Aslamia dipakai karena ia tinggal di Madinah.

Rufaida Al-Aslamia merupakan orang yang pertama menyambut kedatangan Rasullulah dan Kaum Muhajirin. Terlahir dan besar dari keluarga yang ada berprofesi menjadi dokter membawa Rufaida juga ikut mengambil peran penting dalam dunia kesehatan, yakni menjadi bidan dan seorang ahli bedah.

Baca Juga:

Tafsir Sakinah

Benarkah Feminisme di Indonesia Berasal dari Barat dan Bertentangan dengan Islam?

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama

Adalah Sa’ad Al Aslami, ayah dari sosok Rufaida. Beliau adalah seorang dokter, sekaligus guru bagi putrinya dalam bidang kesehatan.

Awal mula karier Rufaida adalah menjadi seorang relawan kesehatan untuk para pejuang di medan peperangan. Beliau mendirikan rumah sakit lapangan darurat (semacam tenda) untuk menampung para korban dan merawatnya dengan penuh kasih sayang.

Mendapatkan Dukungan Dari Rasullulah

Wanita mulia, cerdas nan penuh kelembutan ini sangat berhati-hati dalam merawat pasiennya. Rufaida sangat memegang prinsip kemanusiaan dalam merawat pasiennya, bahkan terhadap tubuh para pasien telah terkoyak tanpa ampun oleh pedang musuh.  Menurut hemat Rufaida, manusia membutuhkan perawatan dengan cinta.

Dalam mengemban tugas yang sangat mulia ini, Rufaida Al-Aslamia tidak berjalan sendirian. Ia dibantu beberapa wanita lainnya seperti, Ummu Atiyyah, Ummu Sulaym, Hamnah binti Jahsh, Layla Al-Ghifaariyyah, Ummu Ayman, dan Rubayyi’ binti Mu’awwith.

Bukan sekali dua kali dia terjun ke medan perang, namun berkali-kali mulai dari Perang Badar, Uhud, Khandaq, dan Khaibar.

Nabi Muhammad SAW sendirilah yang mengizinkan Rufaida Al-Aslamia untuk menjadi perawat sukarelawan pada perang-perang tersebut. Beliau bahkan juga memerintahkan para prajurit perang yang terluka untuk datang ke tenda kesehatan agar segera mendapatkan perawatan.

Nama dan Jasanya Harum Sampai Hari Ini

Perjuangan dan kepekaan Rufaida di dunia perawatan membawa namanya harum sampai hari ini. Salah satu bentuk pengormatan terhadap jasanya adalah namanya ditetapkan menjadi nama penghargaan bagi mahasiswa berprestasi di bidang perawatan.

Penghargaan Rufaida Al-Aslamia Prize adalah penghargaan bergengsi tingkat Royal College of Surgeons yang ada di Irlandia dan Universitas Bahrain.

Adapun jasanya yang sampai ini harus mewangi harum menebarkan manfaat adalah mobil ambulans yang sering kita temui di rumah sakit dan jalan. Ambulans ini terinspirasi dari kepekaan Rufaida akan kebutuhan pasien yang tidak hanya di medan perang, namun ada pasien lain juga yang membutuhkan jasa dan pertolongannya.

Pelajaran yang Bisa Kita Ambil

Semoga dari kisah Rufaida kita bisa belajar bahwa Muslimah memiliki peranan yang sangat besar dalam kemajuan Islam yang kita nikmati hari ini. Khususnya dalam dunia medis, tak hanya Umat Islam yang menikmati jerih payahnya, orang non muslim sekalipun juga menikmatinya hari ini.

Maka selayaknya, dengan penuh kesadaran diri, kita seharusnya juga peka bahwa perempuan juga memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki.

Sehingga tembok-tembok deskriminasi yang menguculkan perempuan harusnya enyah berbarengan dengan prestasi-prestasi yang telah para perempuan raih. []

 

 

Tags: islamMedisMuslimahPerawatRufaida Al-Aslamiasejarah
Kamariah

Kamariah

Terkait Posts

Ekoteologi

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

13 Juni 2025
Hj. Biyati Ahwarumi

Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

23 Mei 2025
Nyai Nur Channah

Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

19 Mei 2025
Nyai A’izzah Amin Sholeh

Nyai A’izzah Amin Sholeh dan Tafsir Perempuan dalam Gerakan Sosial Islami

18 Mei 2025
Nyai Ratu Junti

Nyai Ratu Junti, Sufi Perempuan dari Indramayu

17 Mei 2025
Nyi HIndun

Mengenal Nyi Hindun, Potret Ketangguhan Perempuan Pesantren di Cirebon

16 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID