• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Berdakwah dengan Kebencian Dilarang dalam Islam

Winarno Winarno
03/10/2022
in Aktual
0
Berdakwah dengan Kebencian Dilarang dalam Islam

Berdakwah dengan Kebencian Dilarang dalam Islam

180
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubaadalahnews.com,- Pada dasarnya, berdakwah dengan kebencian dilarang dalam Islam.  Penceramah Bahar Smith mengeluarkan pernyataan kontroversial yang menyebutkan Presiden Jokowi seperti banci dalam ceramahnya beberapa waktu yang lalu. Dari pernyataanya itu, akhirnya Bahar Smith dilaporkan ke pihak kepolisian dengan tuduhan telah menyebarkan siar kebencian.

Melihat hal itu, Ulama Perempuan asal Jombang Jawa Timur, Umdatul Choirat menyatakan, penceramah semacam itu harus belajar kembali baik secara keilmuan, keislaman maupun moralitas untuk bisa meniru akhlak Rosululloh. Sebab, Rosulullah tidak pernah mengajarkan kebencian, kekerasan, adudomba, fitnah, ataupun mencela, apapun alasannya.

“Kalau mau mengkritik sih boleh, akan tetapi dalam bentuk amar makruf nahi mungkar dengan pola yang penuh kebaikan (hasanah) dan kesabaran (shobr),” kata Pimpinan Pondok Pesantren Assaidiyyah Tambak Beras Jombang kepada Mubaadalahnews, 3 Desember 2018.

Menurutnya, itu bukan ceramah, tetapi menyalakan api fitnah dan provokasi yang harus diperangi. Bahkan sebagai manusia dihimbau untuk menutup mata melihat kekurangan orang lain dan agar menilai seseorang dari sisi prestasi dan kelebihannya.

Dosen Universitas KH. Wahab Hasbulloh Tambak Beras Jombang tak menyangka ternyata penampilan lahiriyah yang tampak seperti pakaian seorang wali tidak selalu menunjukkan bahwa pemakainya adalah orang suci.

Baca Juga:

Tafsir Sakinah

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama

Belajar dari Kehidupan Rumah Tangga Nabi: Menyelesaikan Konflik Tanpa Kekerasan

“Melihat dan mendengar ceramahnya itu menurut saya suatu aktifitas yang menyia-nyiakan waktu dan energi. Saya mendengarkan dari teman-teman saya yang kebetulan mendengarkan ceramah itu sekadar untuk mengamati isinya,” tuturnya.

Setelah mendengar secara seksama, kata dia, secara tidak sengaja langsung menutup telinga. Bahkan dirinya meminta temannya itu untuk tidak mendengarkan serta membagikan isi ceramah tersebut.

“Berdakwah dengan pola menebar kebencian itu sama dengan tukang fitnah yang mal’un (terkutuk atau kena laknat) di sisi Allah,” tegasnya.

Dia menilai, Jokowi itu tidak banci, tetapi laki-laki sejati dengan karakter khas orang Jawa Solo, dengan falsafahnya, yaitu pelan tapi pasti. Tak hanya itu, Jokowi menjadi Presiden itu dipilih oleh lebih dari 50 persen jumlah penduduk Indonesia yang waras.

“Jokowi telah mampu melanjutkan proyek-proyek yang mangkrak puluhan tahun dan program-program pembangunan infrastruktur yang belum bisa dijalankan selama ini. Dan juga memperkuat ekonomi yang mampu mempertahankan ekonomi bangsa dari keterpurukan,” tegasnya.

Hukum mencela dan menghina

Sementara itu, Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU, Abdul Moqsith Ghazali menuturkan, seorang jamaah pengajian bertanya. Apakah mencela atau menghina presiden dapat pahala?

“Saya menjawabnya pakai hadits saja. Pertama, pernah ada yang bertanya pada Aisyah (istri Nabi SAW) tentang akhlak Nabi, maka Aisyah menjawab bahwa Nabi SAW tak berkata-kata kotor (لم يكن فاحشا ولا متفحشا),” kata dosen tetap Tafsir Hadist UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui statusnya di facebook, 2 Desember 2018

Kedua, dia mengutip hadist dari Anas Ibn Malik. “Sepuluh tahun saya menjadi pelayan Nabi SAW, tapi tak sekalipun saya mendengar kata-kata kasar darinya”. Anas ibn Malik pun berkata, “Nabi bukan pencela, tak berkata kotor, dan bukan pelaknat” (لم يكن رسول الله ص م سبابا ولا فحاشا ولا لعانا).

Lebih lanjut lagi, alkisah, Nabi SAW pernah menegur Aisyah ketika mencela orang Yahudi yang mencela dan mendoakan buruk buat Nabi SAW.  Nabi menegaskan, “Aku diutus bukan sebagai pelaknat tapi sebagai rahmat” (انى لم أبعث لعانا وانما بعثت رحمة).

“Dengan dalil-dalil itu, maka tak ada ruang bagi kita untuk berburu pahala dengan mencela. Sebab, mencela adalah tercela. Itulah akhlak Nabi SAW. Bagaimana dengan akhlak kita jika menghina dan mencela pada sesama saja tak bisa kita hindari? Tentu masih jauh panggang dari api,” tandasnya.

Demikian penjelasan terkait berdakwah dengan kebencian dilarang dalam Islam. Semoga beramnfaat. (RIL)

Tags: ajaranBahar SmithdakwahHaditsislamjokowilaknatmencelamenghinanabiramahsantun
Winarno

Winarno

Winarno, Alumni Pondok An-Nasucha, dan ISIF Cirebon Fakultas Usuluddin

Terkait Posts

kekerasan seksual terhadap anak

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

18 Juni 2025
Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

Ketika Rumah Tak Lagi Aman, Rumah KitaB Gelar Webinar Serukan Stop Kekerasan Seksual Anak di Lingkup Keluarga

14 Juni 2025
Financial Literacy

Melek Financial Literacy di Era Konsumtif, Tanggung Jawab atau Pilihan?

11 Juni 2025
Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon

19 Mei 2025
Rieke Kebangkitan Ulama Perempuan

Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

19 Mei 2025
Mendokumentasikan Peran Ulama Perempuan

KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID