• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Doa Komunikasi Terbaik Manusia dengan Tuhan

Doa merupakan percakapan personal paling dekat antara Tuhan dan manusia, Doa juga adalah sebuah sarana yang disediakan Tuhan agar manusia dapat berkomunikasi

Abdul Mugist Septi Abdul Mugist Septi
30/10/2022
in Hikmah
0
Doa Komunikasi Terbaik Manusia dengan Tuhan

Doa Komunikasi Terbaik Manusia dengan Tuhan

540
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika membicarakan sebuah doa sebagai sarana komunikasi maka dampaknya akan berpengaruh pula terhadap kehidupan. Komunikasi dapat menentukan arah langkah seseorang, jika memang komunikasinya baik maka hasilnya pun bisa berupa sebuah kesuksesan. Namun jika pola komunikasinya itu buruk, bukan tidak mungkin justru kegagalan akan datang. Berikut doa komunikasi terbaik manusia dengan Tuhan.

Komunikasi yang tercipta bukan hanya dengan sesama manusia saja, melainkan komunikasi antara Tuhan dan manusia juga harus dibangun. Izutsu dalam bukunya, mengklasifikasikan komunikasi Tuhan dan manusia dalam dua tipe.

Yang pertama bersifat linguistik atau verbal seperti berdoa, sedangkan yang lainnya bersifat non-verbal. Komunikasi verbal dilakukan menggunakan bahasa yang saling dipahami, sementara non-verbal yakni melalui penggunaan tanda-tanda alam oleh Tuhan, isyarat dan gerakan tubuh oleh manusia.

Doa merupakan salah satu contoh pola komunikasi yang tercipta antara manusia dengan Tuhannya melalui isyarat bahasa. Doa sendiri berasal dari kata da’a-yad’u-da’watan memiliki arti memohon, mengundang, meminta pertolongan. Ketika seorang manusia melakukan Doa berarti ia sedang memohon, mengundang, meminta pertolongan dan tentu saja yang dimohon diundang, dimintai tolong memiliki kedudukan yang lebih mulia dan lebih luhur dari yang melakukan Doa.

﴿ وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖ ٦٠ ﴾

Baca Juga:

Menakar Ekoteologi Kemenag Sebagai Kritik Antroposentrisme

Prinsip Penghormatan dan Kasih Sayang Jadi Fondasi untuk Berelasi Antar Manusia

Humor yang Tak Lagi Layak Ditertawakan: Refleksi atas Martabat dan Ruang

Refleksi Surah Al-Ankabut Ayat 60: Menepis Kekhawatiran Rezeki

Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Ghafir[40] 60 ).

Dalam melakukan Doa kepada Tuhan, manusia pasti memiliki perbedaan alasan masing-masing yang mendorongnya untuk mengungkapkan Doa tersebut. Namun yang pasti, manusia menyampaikan Doa kepada Tuhan dengan harapan, keinginannya dapat dikabulkan.

Tuhan merespons Doa dari manusia, salah satunya melalui kutipan “istijabah” pada surah Ghafir, ayat 60,ini menunjukan keterkaitan antara konsep Doa dan juga istijabah. Sementara dalam Al-Qur’an sendiri, konsep istijabah memiliki tempat yang sangat luhur sebab berkaitan langsung dengan kewenangan Tuhan bukan lagi dalam ranah manusia.

Meskipun istijabah dapat diartikan juga sebagai sebuah jawaban,yang bisa saja digunakan untuk menjawab pertanyaan, akan tetapi konsep istijabah berdasarkan ayat diatas menggambarkan aktifitas yang suci yang dilakukan Tuhan dan tidak bisa dilakukan oleh manusia ataupun lainnya. Itulah mengapa istijabah dianggap sangat penting dan memiliki kedudukan yang luhur dalam Al-Qur’an, sebab merupakan salah satu tanda yang paling kuat dari Tuhan

﴿ اِنْ تَدْعُوْهُمْ لَا يَسْمَعُوْا دُعَاۤءَكُمْۚ وَلَوْ سَمِعُوْا مَا اسْتَجَابُوْا لَكُمْۗ وَيَوْمَ الْقِيٰمَةِ يَكْفُرُوْنَ بِشِرْكِكُمْۗ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيْرٍ ࣖ ١٤ ﴾

Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu dan sekiranya mendengar, mereka tidak dapat memenuhi permintaanmu. Pada hari Kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu seperti (yang diberikan oleh Allah) Yang Mahateliti.(Q.S. Fathir[35]14)

Doa merupakan percakapan personal paling dekat antara Tuhan dan manusia, Doa juga adalah sebuah sarana yang disediakan Tuhan agar manusia dapat berkomunikasi. Lewat Doa manusia bebas mengekspresikan apa yang sedang dirasakan.

﴿ وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ ١٨٦ ﴾

Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.(Q.S. Al-Baqarah [2]186)

Melalui surah Al-Baqarah di atas Tuhan menegaskan tentang posisi-Nya dengan manusia, yang tergambar lewat kutipan kata qorib. Qorib sendiri berasal dari kata qoroba-yaqrubu-qurbaan secara dasar memiliki arti dekat atau karib. Sering kita dengar istilah karib itu dalam bahasa sehari-hari, yang biasanya digunakan pada hubungan kekeluargaan atau juga persahabatan yang erat.

Jika dicermati melalui ayat diatas, konteks qarib adalah terhadap penggambaran Tuhan yang Maha Dekat.ditambah pula Penggunaan kata qorib mengikuti sighat mubalaghoh (memiliki makna kuat/sangat/lebih), untuk menegaskan betapa amat dekatnya posisi Tuhan dengan manusia.

Dalam tafsir Jalalyn dikatan bahwa “ Segolongan orang-orang bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Apakah Tuhan kami dekat, maka kami akan berbisik kepada-Nya, atau apakah Dia jauh, maka kami akan berseru kepada-Nya.”

Maka kemudian turunlah surah Al-baqarah ayat 186 ini untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dengan demikian menunjukan pula isyarat ketika seorang manusia melakukan Doa kepada Tuhan tidak perlu diseru dengan suara yang keras, cukup dengan suara yang lembut. Sebab melembutkan suara ketika berDoa, menandakan betapa dekatnya Sang Maha Pencipta.  []

 

 

 

,

 

Tags: DoaHikmah RamadhankomunikasimanusiaTuhan
Abdul Mugist Septi

Abdul Mugist Septi

Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Terkait Posts

Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?
  • Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID