• Login
  • Register
Rabu, 21 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Kisah Teladan Mbah Hasyim Asyari Memuliakan Anjing

Mbah Hasyim Asyari menjelaskan bahwa orang Islam tidak membenci anjing. Hanya saja, dalam batas-batas tertentu, mereka harus menjauhinya agar tidak terkena najis

Suci Wulandari Suci Wulandari
12/09/2023
in Hikmah
0
Kisah Teladan

Kisah Teladan

1.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Mbah Hasyim Asyari, ulama besar pendiri Nahdlatul Ulama, menegaskan pentingnya memuliakan binatang, termasuk anjing. Dalam batas tertentu, anjing memang harus dijauhi agar kita tidak terkena najis, misalnya air liur anjing yang masuk dalam kategori najis mugholladzah.

Meskipun begitu, Islam tetap mengajarkan umatnya untuk memperlakukan binatang ini dengan baik. Nah, ada kisah teladan yang menarik dari Mbah Hasyim Asyari yang memuliakan anjing. Mari kita simak bersama.

Kisah Mbah Hasyim Asyari Memuliakan Anjing

Kisah ini terjadi pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan. Setelah rakyat berhasil mengusir orang-orang Jepang, orang-orang Belanda mengadakan perundingan dengan perwakilan Indonesia, yang terkenal dengan nama Perundingan Linggarjati. Perundingan ini membahas tentang pembagian kekuasaan wilayah Indonesia dengan Belanda.

Saat itu, Mbah Hasyim Asyari, sang ulama dan kyai besar di Nusantara yang terkenal sangat gigih berjuang melawan penjajah, menolak keras perundingan tersebut. Para ulama dan tokoh pahlawan pun sepakat mengikuti sikap Mbah Hasyim Asyari.

Menghadapi situasi ini, Belanda memutar otak bagaimana caranya agar rakyat menyetujui hasil perundingan tersebut. Akhirnya, mereka memutuskan mendekati Mbah Hasyim Asyari dengan pertimbangan jika Mbah Hasyim setuju, maka semua orang pasti akan ikut setuju.

Baca Juga:

Luka di Balik Panggung: Kisah Tragis Para Pemain Sirkus OCI Jadi Korban Eksploitasi

Kisah Rumi, Aktivis, dan Suara Keledai

Hari Kemenangan dan 11 Bulan Kemudian

Doa Rasulullah dan Ulama Salih di Akhir Ramadan

Van Mook, Kepala Netherlands Indies Civil Administration-NICA-Gubernur Hindia Belanda, mengutus Vander Plas dan Von Smith ke Tebuireng, Jombang, untuk menemui Mbah Hasyim dan membujuknya.

Saat menjalankan misi tersebut, Vander Plas membawa seekor anjing besar. Ketika mereka sampai di pesantren Tebuireng, Jombang, Vander Plas meletakkan anjingnya di luar pagar pesantren. Perbuatan ini bertujuan untuk mengambil hati Mbah Hasyim Asyari karena yang dia pahami, orang Islam tidak menyukai anjing.

Singkat cerita, setelah berbincang banyak hal, dua utusan Belanda ini menyampaikan maksud kedatangannya, yakni meminta Mbah Hasyim menyetujui perundingan Linggarjati. Namun, Mbah Hasyim terdiam dan mengalihkan pembicaraan mengenai anjing yang kepanasan di luar pagar. Beliau meminta agar anjing mereka di bawa masuk untuk berteduh.

Tentu saja, sikap Mbah Hasyim Asyari membuat utusan Belanda bingung. Bukankah orang Islam tidak menyukai anjing? Kenapa malah dipersilahkan masuk, begitu kira-kira pertanyaan dalam benak mereka.

Mbah Hasyim Asyari kemudian menjelaskan bahwa orang Islam tidak membenci anjing. Hanya saja, dalam batas-batas tertentu, mereka harus menjauhinya agar tidak terkena najis. Manusia tetap wajib memperlakukan anjing dengan sebaik-baiknya karena dia juga makhluk Tuhan.

Utusan Belanda itu kemudian membawa anjingnya masuk ke pesantren dan memberikannya minum.

Di akhir pertemuan, Mbah Hasyim Asyari tetap kekeuh tidak memberikan restu terhadap perjanjian Linggarjati.

Hikmah di Balik Kisah Mbah Hasyim Asyari

Setelah kepulangan utusan Belanda, para santri bergegas menemui Mbah Hasyim untuk mempertanyakan sikap beliau terhadap anjing.

Dengan bijak, Mbah Hasyim menjelaskan bahwa najisnya anjing itu bisa suci dengan air dan debu atau air sabun. Adapun najisnya hati karena mendukung penjajah agar mendapat kekuasaan kembali, itulah yang tidak boleh.

Di kemudian hari, salah satu utusan Belanda yang datang menemui Mbah Hasyim, yakni Von Smith, memutuskan memeluk agama Islam. Menurutnya, Islam adalah agama yang sangat mulia. Jangankan manusia, anjing yang dianggap najis saja harus tetap diperlakukan dengan baik karena ia juga makhluk Tuhan.

Selain hikmah tersebut, kita juga harus tahu bahwa sejelek-jeleknya najis anjing, dia bisa suci dengan air dan debu. Sedangkan jika hati kita yang najis, iri, dengki, sombong, sulit untuk membersihkannya. Bukankah Nabi Muhammad pernah bersabda, ”Barangsiapa yang di dalam hatinya ada rasa sombong walau sekecil apapun, maka dia tidak bisa masuk surga.” Maka, hati-hati dengan najis hati. []

Tags: AnjingHasyim AsyariHikmahkisahNahdlatul Ulamateladan
Suci Wulandari

Suci Wulandari

Dosen Ilmu al-Qur'an dan Tafsir di STAI Darul Kamal, Lombok Timur, NTB

Terkait Posts

Dalam Hadits

KB dalam Hadits

21 Mei 2025
Menyusui Anak

Menyusui Anak dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
KB

KB dalam Pandangan Riffat Hassan

20 Mei 2025
KB

KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

20 Mei 2025
KB dalam Islam

KB dalam Pandangan Islam

20 Mei 2025
Bersyukur

Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

19 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Bangga Punya Ulama Perempuan

    Saya Bangga Punya Ulama Perempuan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB Menurut Pandangan Fazlur Rahman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ironi Peluang Kerja bagi Penyandang Disabilitas: Kesenjangan Menjadi Tantangan Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • KB dalam Hadits
  • Ulama Perempuan sebagai Puser Bumi
  • Menyusui Anak dalam Pandangan Islam
  • Peran Aisyiyah dalam Memperjuangkan Kesetaraan dan Kemanusiaan Perempuan
  • KB dalam Pandangan Riffat Hassan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version