• Login
  • Register
Jumat, 9 Juni 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Logika Ekonomi Hantu Perempuan di Balik Film-film Horor Indonesia

Melanggengkan legenda mistis hantu perempuan dalam film horor, sejatinya justru membantu menguatkan narasi bahwa perempuan tak perlu berdaya

Hasna Azmi Fadhilah Hasna Azmi Fadhilah
09/08/2022
in Publik
0
Film Horor

Film Horor

450
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Setelah pandemi mulai mereda, tampaknya industri perfilman tanah air merupakan salah satu bisnis yang paling menggeliat untuk tumbuh secara signifikan. Hal ini ditandai oleh banyaknya pengunjung yang berduyun-duyun ke bioskop, dan munculnya sejumlah film horor di tanah air dengan kualitas luar biasa.

Namun, di tengah dinamika sinema anak bangsa, nampaknya genre film horor masih menjadi primadona rumah produksi dibandingkan genre lain. Terbukti hingga awal Agustus tahun 2022 ini, film-film penuh adegan menakutkan masih digemari dan bertengger pada deretan film laris, seperti KKN di Desa Penari, dan yang terbaru, yaitu Pengabdi Setan 2: Communion.

Jika kita cermati, sebagian besar film horor kita ternyata memiliki ikon hantu perempuan dengan alur cerita hampir sama: menderita ketika semasa hidup di dunia, kemudian melakukan balas dendam membabi buta ketika telah tiada. Para perempuan yang gentayangan ini seakan berubah 180 derajat ketika mati.

Daftar Isi

    • Hantu Perempuan dalam Film
  • Baca Juga:
  • Dilema Hukum Dalam Kawin Anak
  • Kurban: Simbol Perjuangan Manusia Mewujudkan Solidaritas Sosial-Ekonomi
  • Meminta Negara Menagih Nafkah Anak Paska Perceraian
  • Apa Salahnya Anak Laki-laki Bermain Boneka?
    • Riset tentang Hantu
    • Dampak terhadap Pengasuhan Anak

Hantu Perempuan dalam Film

Dulu hantu perempuan ini lemah lesu. Tiba-tiba setelah tak bernyawa, seperti mendapat kekuatan super untuk bisa melakukan apa saja. Termasuk membunuh dan menakut-nakuti orang yang pernah menyakitinya. Yang lucu, tidak pernah ada penjelasan rinci mengapa mayat menjadi sakti mandraguna meski telah dikubur? Mereka mendapat kekuatan dari mana?

Orang yang sakit saja, makan tak enak, baru minum sedikit pun takut tersedak, kok ketika sudah mati mudah sekali untuk melayang terbang, bahkan tiba-tiba hilang. Jadi, sejatinya mereka mau berprofesi apa ketika meninggal? Atlet paralayang, pesulap atau pembunuh (tanpa) bayaran?

Baca Juga:

Dilema Hukum Dalam Kawin Anak

Kurban: Simbol Perjuangan Manusia Mewujudkan Solidaritas Sosial-Ekonomi

Meminta Negara Menagih Nafkah Anak Paska Perceraian

Apa Salahnya Anak Laki-laki Bermain Boneka?

Pun misalnya ketika sudah tertuntaskan balas dendamnya kepada orang yang melukainya semasa hidup, bukankah nanti ketika yang hantu bunuh tadi mati, ia akan menjadi hantu juga? Tak inginkah korban-korban tersebut kembali memburunya karena telah membuat mereka meninggal lebih cepat?

Jika perempuan yang tak punya daya upaya untuk melawan ketika ia tersakiti di dunia bisa menjadi sosok yang berhasil menebar ketakutan dengan menjadi hantu. Lalu, apa jadinya para preman yang gahar dan berbadan kekar ketika mereka meregang nyawa? Apakah mereka kira-kira akan mendadak letoi? Lalu, tidakkah ketika si korban menjadi hantu dan tinggal di alam yang sama dengan hantu pembunuhnya, ia tidak ingin mencari pembalasan?

Secara sederhananya, tenaga yang keluar dari hantu-hantu perempuan untuk membalas dendam sejatinya tidak sebanding dengan risiko yang akan ia terima. Terutama ketika orang yang ia bunuh juga akan menjadi hantu dan mungkin ingin membalas perlakuan yang ia terima di alam baka sana. Dengan kata lain, hantu tidak tidak mendapat insentif yang besar ketika ia membunuh entitas hidup.

Riset tentang Hantu

Merujuk riset Joab Corey (2009), perilaku hantu yang kerap digambarkan dalam film-film horor hingga cerita dari mulut ke mulut sebenarnya sangat tidak efisien, dan justru berpotensi mencelakai si hantu dalam jangka waktu lebih lama karena kemungkinan ketika pelaku dan korban sama-sama sudah menjadi hantu, tak ada lagi yang mereka takuti, kan?

Untuk membuktikan argumen dalam tulisannya, Joab bahkan sengaja menyelidiki 120 kasus interaksi antara hantu dan manusia. Lalu ia laporkan kepada serikat paranormal di Amerika. Dari seluruh laporan kasus yang masuk, mereka menyampaikan bahwa tidak ada manusia yang mati ketika kontak dengan hantu. Bahkan 116 dari 120 narasi yang Joab terima, hantu-hantu bersikap baik. Hanya 4 yang terlaporkan mencelakai manusia secara ringan.

Di samping itu, melanggengkan legenda mistis hantu perempuan dalam film horor, sejatinya justru membantu menguatkan narasi. Bahwa perempuan tak perlu berdaya, toh nanti bisa membalas dendam ketika tiada. Padahal, saat kita kalkulasi pun keuntungan membunuh orang yang mencelakainya di dunia sebatas puas sementara saja.

Oleh karenanya, cerita-cerita hantu Nusantara yang ada, seperti Kuntilanak, Sundel Bolong perlu kita barengi dengan edukasi komprehensif. Terutama kepada generasi muda agar pola pikir yang merawat ketidakadilan gender tidak terus mengakar membudaya.

Dampak terhadap Pengasuhan Anak

Lebih lanjut, meski narasi panjang lebar tentang hantu ini seperti terkesan sepele, namun bagi orangtua yang anaknya takut hantu atau makhluk halus, saya harap penjelasan logika ekonomi perilaku hantu dapat membantu mereka mendapat solusi dalam pengasuhan anak. Bagaimana agar anak-anak menjadi lebih pemberani. Alih-alih menjadikan hantu sebagai ‘alat’ mengancam anak agar menuruti perintah orangtua, akan lebih baik jika menanamkan pada anak bahwa doa dan wirid merupakan senjata dan perisai utama bagi kaum mukmin.

Sebab saat rasa takut muncul, senjata terbaik yang seharusnya kita lakukan adalah meminta perlindungan dan pertolongan kepada Allah. Terlebih, kini banyak film yang justru mempropagandakan bahwa sudah salat pun, hantu masih menganggu juga. Ini jelas bertentangan dengan nasehat Rasulullah SAW kepada Ibnu Abbas RA semasa kanak-kanak,

“Wahai anak muda, sesungguhnya akan kuajarkan kepadamu beberapa kalimat. Jagalah Allah, niscaya Ia juga akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan mendapati-Nya ada di hadapanmu. Apabila engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah. Jika engkau memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, andaikan saja umat seluruhnya berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberikan manfaat kepadamu kecuali sesuatu yang telah ditetapkan Allah untukmu. Dan andaikan saja mereka bersatu untuk menimpakan bahaya terhadapmu, mereka tidak akan bisa memberikan bahaya itu terhadapmu kecuali sesuatu yang Allah tetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan lembar catatan telah kering.” (HR. Tirmidzi). []

 

Tags: anakDoaekonomiFilm HororFilm IndonesiaIndustri Filmkeluargaorang tuaparenting
Hasna Azmi Fadhilah

Hasna Azmi Fadhilah

Belajar dan mengajar tentang politik dan isu-isu perempuan

Terkait Posts

Perempuan Agen Perdamaian

Perempuan Agen Perdamaian Antar Umat Beragama

9 Juni 2023
Agama dan Negara

Relasi Agama dan Negara Dalam Pandangan Buya Husein

5 Juni 2023
Childfree

4 Kebolehan Childfree Dalam Pandangan Maqashid Syariah

5 Juni 2023
Politisi Perempuan

Sikap Negara dan Media dalam Memotret Politisi Perempuan

5 Juni 2023
Analisis Gender Disabilitas

Analisis Gender untuk Dekonstruksi Disabilitas

5 Juni 2023
Hati Suhita

Hati Suhita dan Geliat Sastra Pesantren di Indonesia

4 Juni 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Makna Bismillah

    Membaca Makna Bismillah Ala Pesantren

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Poligami Tidak Semata Tradisi Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kurban: Simbol Perjuangan Manusia Mewujudkan Solidaritas Sosial-Ekonomi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pesantren Menjadi Sumber Pembelajaran Pluralisme dan Multikulturalisme

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan yang tak Ingin Menyerah pada Takdir

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Reformasi Al-Qur’an Dalam Merespon Praktik Poligami
  • Inara Rusli Melepas Cadar demi Pekerjaan Part II
  • Al-Qur’an Turun untuk Mengkritik Praktik Poligami
  • Perempuan yang tak Ingin Menyerah pada Takdir
  • Poligami Tidak Semata Tradisi Islam

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist