• Login
  • Register
Jumat, 22 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Meneguhkan Kembali Peran Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi

Ajaran agama yang kita yakini, seperti Islam, mengajarkan kita untuk menjaga lingkungan dan mencintai kebersihan

Vevi Alfi Maghfiroh Vevi Alfi Maghfiroh
27/10/2022
in Publik, Rekomendasi
0
Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi

Manusia sebagai Khalifah di Muka Bumi

418
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Semakin hari kita semakin sadar bahwa bumi yang kita tempati tak lagi seperti kenangan di masa kecil 10-15 tahun silam. Kala itu, manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, bisa memprediksi kapan akan pergi berkemah. Bahkan kapan membawa payung ke sekolah, berenang di sungai yang jernih, dan bermain pasir di tepi pantai.

Para ahli lingkungan menyebutnya kita sedang berada pada masa climate change atau perubahan iklim, tapi sebenarnya jika kita sadari, bumi yang kita tinggali ini sudah berada di fase climate crisis atau krisis iklim, di mana kenaikan suhu bumi yang sedang kita hadapi, tidak lagi bisa dihindari.

Musim hujan dan panas sudah tidak bisa kita prediksi sebagaimana para petani membaginya menjadi musim rendeng, musim tandur, musim panen, musim ke-3, dan lainnya yang bisa kita prediksi berdasarkan bulan. Namun lambat laut, sepertinya prediksi cuaca tak lagi sama. Bulan yang berakhiran –ber, kadang hujan dan kadang juga panas. Begitupun sebaliknya.

Sebagai anak pesisir yang dulu senang sekali bermain pasir setelah pulang sekolah, kini kita dihadapkan pada kenyataan tentang hilangnya tepi pantai berpasir karena abrasi yang terjadi di sepanjang laut pesisir, bahkan beberapa rumah singgah dan tempat bermain kala itu sudah hilang tergantikan dengan air laut yang kian mendekat dengan pemukiman warga.

Daftar Isi

    • Suhu Bumi Mengalami Kenaikan
  • Baca Juga:
  • Perempuan Bukan Bidadari Surga
  • Ekologi dalam Puisi Rumi
  • Selalu Ada Alasan untuk Bertahan Hidup
  • Menyentuh Inner Child: Luka Batin Yang Datang Lagi
    • Sampah Plastik
    • Misi Manusia sebagai Khalifah

Suhu Bumi Mengalami Kenaikan

Berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2021 melaporkan bahwa saat ini suhu bumi sudah mencapai 1,18 derajat celcius. Lalu semakin mendekati konsentrasi 1,5 derajat celcius. Di mana setiap perubahan 1 derajat dari suhu bumi global akan memberikan percepatan siklus air dan iklim ekstrim sebesar 7 persen.

Baca Juga:

Perempuan Bukan Bidadari Surga

Ekologi dalam Puisi Rumi

Selalu Ada Alasan untuk Bertahan Hidup

Menyentuh Inner Child: Luka Batin Yang Datang Lagi

Kenaikan suhu bumi dalam jumlah tersebut disebabkan oleh emisi karbon yang berasal dari sektor energi sebesar 35 %, sektor pertanian dan kehutanan 24 %, sektor industri 21 %, sektor transportasi 14 %, dan sektor pembangunan sebesar 6,4 %.

Akibat kenaikan suhu bumi konsentrasi emisi karbon mengalami kenaikan tertinggi dalam 2 miliar tahun terakhir. Sehingga permukaan air laut mengalami kenaikan dengan cepat dalam 3.000 tahun terakhir, es laut Arctic berada di level terendah dalam 1.000 tahun terakhir, dan kemunduran gletser yang belum pernah terjadi selama 2.000 tahun terakhir.

Dari data fakta tersebut, pantas saja daratan kita semakin terkikis, suhu bumi juga kian memanas. Kita merasakan panas yang luar biasa saat keluar di siang hari di musim panas. Dan hujan yang tak kunjung reda yang berakhir luapan air dan banjir di mana-mana.

Kedalaman sungai kian hari semakin terkikis oleh timbunan sampah. Terutama sampah plastik yang tak bisa terurai yang mengakibatkan pendangkalan aliran sungai, sehingga berakhir meluap saat musim hujan tiba.

Sampah Plastik

Begitupun sampah plastik juga mengganggu laut kita yang jernih. Berdasarkan Studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di tahun 2018 memperkirakan sekitar 0,26 juta-0,59 juta ton plastik ini mengalir ke laut. Dari data ini, Indonesia pun ternobatkan sebagai negara penghasil sampah plastik laut terbesar kedua di dunia. Data ini berdasarkan penelitian yang Jambeck lakukan pada 2018.

Padahal mayoritas penduduk kita adalah umat beragama. Di mana setiap ajarannya menyuruh kita untuk menjaga kebersihan, merawat keberlanjutan lingkungan. Bahkan kita diberi tanggung jawab sebagai pemimpin di muka bumi khalifah fi al-ardh, dan diberi kewenangan untuk mengelola sumber daya yang ada. Dalam kata hikmah sering kita sebut tentang ‘Menjaga lingkungan adalah bagian dari keimanan.’

Ajaran agama yang kita yakini, seperti Islam, mengajarkan kita untuk menjaga lingkungan dan mencintai kebersihan. Sebagaimana hadist riwayat Tirmidzi yang menyatakan bahwa sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Baik dan menyenangi kebaikan, bersih dan mencintai kebersihan.

Berbagai riwayat juga mengingatkan peran manusia sebagai khalifah di muka bumi dengan merawatnya. Di antaranya tertulis dalam hadist riwayat Imam Nasa’i dari Sahabat Anas ibn Malik. “Tidaklah seorang muslim menanam sebatang pohon atau tanaman, kemudian dari pohon itu makan seekor burung, seorang manusia, atau bahkan hewan, itu semua dianggap sebagai sebuah shadaqah yang berpahala.”

Dalam hadist lain juga tersebutkan bahwa tidaklah seorang laki-laki menanam tanaman kecuali Allah telah menuliskan untuknya pahala sebanyak buah yang dikeluarkan oleh tanaman itu.

Bukan saja tentang anjuran. Bahkan peringatan-peringatan untuk menjaga lingkungan dan alam itu sudah al-Qur’an jelaskan. Salah satunya tertulis dalam surat ar-Rum ayat 41. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia.”

Misi Manusia sebagai Khalifah

Misi manusia sebagai khalifah di muka bumi jika menggunakan perspektif maskulin dan melupakan nilai feminin yang mengedepankan kasih sayang, maka bisa berujung pada pemikiran dan anggapan bahwa bumi sebagai objek, digali, diekstrak untuk diambil manfaatnya sesuai dengan kepuasannya. Oleh karenanya menganggap alam sebagai objek yang bisa dikuasai itu berbahaya.

Ajaran agama selain mengajarkan kita untuk menjaga lingkungan, juga berpotensi sebaliknya. Yakni menjadi salah satu penyebab krisis ekologis, jika doktrin manusia sebagai khalifah di muka bumi tersebut kita salah gunakan. Bahkan menganggap diri dia sebagai subjek segala-galanya dan alam menjadi objek yang layak kita eksploitasi dan sebagainya.

Konsep dosa yang kita kenal juga masih pada ranah berdosa pada ritual keagamaan. Lalu hubungan antar manusia, namun belum mengacu dan menyadari bahwa kita pun berdosa pada lingkungan. Jika tidak menjaga atau malah mengeksploitasinya.

Oleh karenanya, sudah sepatutnya kita harus menginternalisasi ajaran agama tersebut agar memiliki relasi berkesalingan dengan alam. Salah satunya dengan mengamalkan pesan surat al-A’raf ayat 31 untuk tidak berlebih-lebihan dalam segala hal. []

Tags: bumikehidupankhalifahmanusiaPerubahan Iklim
Vevi Alfi Maghfiroh

Vevi Alfi Maghfiroh

Admin Media Sosial Mubadalah.id

Terkait Posts

Kesejahteraan Ibu dan Anak

Membaca Arah RUU Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) Part I

22 September 2023
artificial intellegence

Artificial Intellegence dalam Perspektif Gender

21 September 2023
Keberagaman Indonesia

Negeri Zamrud Khatulistiwa dan Tantangan Keberagaman Indonesia

20 September 2023
Kawin Tangkap

Fatwa KUPI dalam Merespon Tradisi Kawin Tangkap di NTT

20 September 2023
Pernikahan yang Maslahat

Pernikahan yang Maslahat dan Keberlanjutan Lingkungan

20 September 2023
Petugas SPBU Perempuan

Perempuan yang Meringkuk di Balik Regulasi

19 September 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Idgitaf

    Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Makna Mubadalah dalam Hadis Jihad Perempuan di Dalam Rumah Tangga 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Selamat Jalan Pejuang Nahdlatul Ulama Prof Dr Sri Mulyati MA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jihad Perempuan dalam Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Etika Sufi Ibn Arabi (2): Mendekati Tuhan dengan Merawat Alam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Buku Perempuan bukan Sumber Fitnah: Akikah bagi Anak Laki-laki dan Perempuan Cukup Satu
  • Ronggeng Gunung: Hakikat Penari Perempuan Sunda
  • Buku Bapak Tionghoa Nusantara: Ini Alasan Gus Dur Membela Orang Tionghoa
  • Perjalanan Mahnaz Afkhami dalam Advokasi Hak-Hak Perempuan
  • Lagu Satu-Satu: Pentingnya Berdamai dengan Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist