• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pendidikan di Pondok Pesantren Melarang para Santri Melakukan Kekerasan

Karena yang pesantren ajarkan kepada para santrinya adalah tentang akhlak al-karimah, kasih sayang, tolong menolong, kerjasama, membangun solidatitas dan kebersamaan.

Siti Robiah Siti Robiah
27/10/2023
in Personal
0
Pondok Pesantren

Pondok Pesantren

758
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan untuk belajar agama Islam.

Sebagai pendidikan agama Islam, pesantren tidak hanya mengajarkan soal teks-teks keagamaan dari al-Qur’an dan Hadis saja. Melainkan ilmu keagaman yang meliputi Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh, Nahwu Sharaf, dan Tasawuf pun diajarkan di pondok pesantren.

Selain belajar tentang keagamaan, di pesantren juga kita diajarkan tentang bagaimana membangun karakter yang baik, yang toleran, empati, dan penuh kasih sayang.

Bahkan kita juga diajarkan untuk memiliki karakter yang sesuai dengan ajaran Islam, yaitu karakter yang menjunjung nilai kemanusiaan, keadilan dan kejujuran.

Bahkan, di pesantren, saya juga belajar tentang bagaimana menjalin relasi yang baik, membangun solidaritas, kebersamaan, dan saling gotong royong.

Baca Juga:

Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

Tahun Baru Islam, Saatnya Hijrah dari Kekerasan Menuju Kasih Sayang

Kasus Francisca Christy: Ancaman Kekerasan di Era Digital itu Nyata !!!

Islam Menolak Kekerasan, Mengajarkan Kasih Sayang

Pembelajaran itu, saya temukan dalam semua aktivitas yang ada di dalam pesantren. Misalnya, kalau makan, kita makan bersama. Kalau ada kerja bakti, kita kerjakan bersama.

Momen seperti inilah yang selalu dibangun di pondok pesantren. Dan inilah ciri khas yang pondok pesantren miliki.

Oleh sebab itu, pendidikan yang ada di pesantren, saya kira sangat tidak mudah ditemui dalam pendidikan formal lainnya.

Maka ilmu dan segala pembelajaran di pesantren, menjadi bekal dan pondasi ketika nanti hidup dengan masyarakat.

Bukan Santri

Dalam kehidupan di masyakarakat, kita akan dengan mudah mengenali beberapa perbedaan antara santri dan bukan santri.

Bagi yang tidak pernah merasakan pendidikan di pesantren atau bukan santri, maka sebagian besar mereka tidak memiliki pondasi dalam kehidupannya. Ia akan mudah goyah ketika ada temannya yang mengajak untuk melakukan perbuatan kejahatan.

Misalkan belum lama ini, kita sering disuguhi banyak sekali berita yang terkait kenakalan remaja. Entah itu perundungan, bullying, kekerasan seksual, pergaulan bebas, narkoba dan tawuran.

Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), dalam periode 1 Januari-27 September 2023 ada 19.593 kasus kekerasan yang tercatat di seluruh Indonesia.

Angka tersebut merupakan jumlah kasus real time pada periode pembaruan data pukul 14.35 WIB. Data tersebut mereka himpun melalui Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA).

Dari seluruh kasus kekerasan tersebut, 17.347 orang korban merupakan perempuan, dan 3.987 korban berjenis kelamin laki-laki.

Korban Kekerasan Seksual

KemenPPPA juga menemukan, jenis kekerasan yang paling banyak dialami korban berupa kekerasan seksual, yaitu sebanyak 8.585 kasus, diikuti kekerasan fisik 6.621 kasus, dan kekerasan psikis 6.068 kasus.

Dari data tersebut, sebagian besar, saya beranggapan bahwa kasus tersebut dilakukan oleh orang-orang yang tidak belajar di pesantren.

Karena jika kita menarik dari proses pembelajar yang ada di pesantren, maka pesantren tidak pernah mengajarkan kekerasan, menyakiti dan melarang segala tindak kejahatan lainnya.

Karena yang pesantren ajarkan kepada para santrinya adalah tentang akhlak al-karimah, kasih sayang, tolong menolong, kerjasama, membangun solidatitas dan kebersamaan.

Sehingga pendidikan yang luhur, yang pesantren ajarkan, menjadi bekal para santri ketika ia akan hidup bersama masyarakat nanti. Sehingga tidak mungkin atau saya pastikan jarang ada santri yang melakukan tindak kekerasan tersebut.

Larangan melakukan kekerasan ini ditegaskan oleh Dr. Faqihuddin Abdul Kodir dalam buku Fikih Hak Anak, bahwa seseorang melakukan kekerasan, menyakiti atau merusak sesuatu adalah sesuatu perbuatan yang dilarang dan haram dalam Islam.

Keharaman dan larangan melakukan kekerasan itulah yang selalu menjadi pegangan para santri. Para santri sangat berpegang teguh bahwa Islam adalah agama kasih sayang, agama yang mengajarkan kedamaian dan persaudaraan.

Larangan Memukul Perempuan

Bahkan jika merujuk data dari KememPPPA, yang banyak menjadi korban kekerasan adalah perempuan. Maka dalam Islam hal tersebut sangat terlarang.

Dalam sebuah Hadis, ada pernyataan Nabi Muhammad Saw tentang larangan memukul perempuan. Hadis larangan memukul perempuan ini sangat populer dalam riwayat Aisyah Ra:

Dari Aisyah Ra berkata: “Rasulullah Saw tidak pernah memukul sekalipun dengan tangannya, baik terhadap perempuan maupun terhadap pelayan.” (HR. Muslim, hadits nomor 6195).

Melalui Hadis di atas, bisa kita simpulkan bahwa akhlak Nabi Muhammad Saw tidak pernah merendahkan, mengeluhkan, menyalahkan atau akhlak buruk lainnya kepada perempuan.

Bahkan sampai di akhir hayat Nabi Muhammad Saw, beliau sangat memuliakan, menghormati dan menghargai perempuan. Demikianlah akhlak baik nabi kepada perempuan.

Oleh sebab itu, akhlak Nabi Muhammad Saw yang inilah yang selalu menjadi teladan bagi para santri.

Kami sebagai bagian dari santri Pondok Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina sangat memuliakan dan menghargai para perempuan.

Perempuan adalah manusia, dengan kemanusiaan perempuan, maka kita harus benar-benar melindungi dan menjaganya dari berbagai kekerasan.

Oleh sebab itu, mari kita sebagai santri untuk mengamalkan ilmu yang telah kita dapat dalam kehidupan bermasyarakat. Termasuk untuk selalu menyuarakan tentang larangan melakukan kekerasan kepada semua umat manusia. []

Tags: kekerasanmelarangpendidikanPondok PesantrenSantri
Siti Robiah

Siti Robiah

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID