• Login
  • Register
Rabu, 22 Maret 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Peran Penting Suami Dampingi Istri Paska Melahirkan

Zahra Amin Zahra Amin
15/01/2021
in Kolom
0
suami dampingi istri paska melahirkan

suami dampingi istri paska melahirkan

9
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Bagaimana peran penting suami dampingi istri paska melahirkan?

Tuhan menitipkan anak kepada orang tua untuk dibesarkan dengan penuh kasih sayang. Setiap orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga titipan itu. Namun banyak fakta terjadi yang berbicara lain. Masih ada anak yang mengalami tindak kekerasan dari orang-orang di sekitarnya, bahkan orang tua dan keluarga sendiri.

Seperti tragedi yang mengerikan pada 24 Oktober 2017 silam, menimpa seorang bayi laki-laki 5 bulan bernama Ismail yang dibunuh ibu kandungnya sendiri, Cucu Cahyati usia 27 tahun. Dengan cara diduduki selama 1 jam. Peristiwa ini terjadi di Kabupaten Garut, dan pelaku langsung menyerahkan diri ke pihak berwajib. Ironisnya saat kejadian suami tidak ada di rumah.

Berdasarkan data Komnas Anak, sepanjang tahun 2009 ada sekitar 1.998 kasus kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh orang tua maupun orang yang dekat dengan anak tersebut. Anak-anak sangat rentan menjadi objek kekerasan, baik fisik, psikis maupun seksual.

Jika menilik pada kasus bayi yang dibunuh ibu kandungnya sendiri, yang terjadi di Garut itu, orang lain akan beranggapan jika kesalahan terbesar telah dilakukan orangtua, dalam hal ini ibu. Karena lalai menjaga anak dan atau tega membunuh anak kandung yang notebene seharusnya dilimpahi dengan curahan kasih sayang, dan cinta yang melimpah ruah, terlebih bayi malang itu adalah anak pertama, di mana setiap pasangan baru menikah pasti mendambakan ingin segera punya momongan.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri
  • Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?
  • Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Baca Juga:

Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

Prinsip Perkawinan Menjadi Norma Dasar Bagi Pasangan Suami Istri

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

Lalu apa yang menyebabkan seorang ibu tega menyakiti hingga menghilangkan nyawa anak kandung sendiri? Dalam catatan yang bisa saya telusuri, kondisi itu terkait dengan baby blues yakni gangguan mood yang dialami setelah melahirkan bayi. Baby blues merupakan bentuk yang lebih ringan dari depresi post natal (depresi setelah melahirkan). Situasi ini dianggap normal dan cukup sering terjadi, yaitu 70 hingga 80 persen setelah melahirkan.

Gejala baby blues umumnya timbul pada minggu pertama setelah melahirkan. Gejala berupa kecemasan yang tidak beralasan, gangguan konsentrasi, lelah, sedih, gelisah, sensitif, sulit tidur, kesepian dan kurang sabar. Selain itu dapat terjadi perubahan mood yang cepat dari ibu selama beberapa jam dalam satu hari. Seiring waktu, gejala akan berkurang dan biasanya akan menghilang setelah 7 sampai 14 hari. Gejala baby blues ringan dan tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.

Tetapi ibu harus mulai waspada jika gejala sangat berat dan menetap setelah satu bulan kelahiran bayi. Perlu dipertimbangkan kemungkinan depresi post-natal. Penderita depresi post-natal mengalami gejala yang lebih berbahaya, seperti serangan panik, rasa lelah yang hebat, tidak nafsu makan, gangguan ingatan dan konsentrasi. Yang lebih mengerikan depresi berat seperti ini bisa memicu pembunuhan.

Salah satu faktor lain penyebab terjadinya depresi yaitu tekanan ekonomi dan kemiskinan. Ibu yang paling rentan menerima resiko tersebut, sebab berhadapan langsung dengan realitas ekonomi kebutuhan keluarga, seperti kenaikan harga kebutuhan pokok, tarif dasar listrik, biaya air PDAM, kebutuhan bayi seperti pakaian, diapers (popok instan) atau tambahan susu formula bagi bayi yang memang harganya tidak murah. Kondisi ini bahkan diperparah dengan ketidakpedulian dari suami dan orang-orang terdekatnya, menganggap bahwa Ibu baik-baik saja dan kehidupan berjalan sebagaimana mestinya.

Maka di sini dibutuhkan pentingnya peran suami, sebagai orang yang paling dekat dan bertanggungjawab atas kondisi yang dihadapi Ibu paska melahirkan. Tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik saja, tetapi minimal mendengarkan curhatan istri, membantunya menghadapi saat-saat sulit itu, menemaninya bangun tengah malam saat anak sakit atau rewel. Sebab terkadang ada waktunya Ibu mengalami kerapuhan jiwa dan raga, saat fisik lelah mengurus rumah, namun di sisi lain tetap harus memberikan perhatian ekstra terhadap bayi yang baru dilahirkan. Tentu hal ini bukan sesuatu yang mudah untuk dihadapi seorang diri.

Maka dari itu ada tips-tips sederhana terkait dengan psikognitif dan psikomotorik lelaki agar tergerak melakukan peran suami. Pertama, meyakini bahwa kerja-kerja domestik membantu meringankan tugas atau mengambil alih peran istri, sebagai ibadah yang bernilai pahala. Kedua, cinta pada istri harus diekspresikan dengan perhatian dan perbuatan nyata, tidak semata-mata istri hadir sebagai pelengkap dalam kehidupan lalu diacuhkan begitu. Namun kehadiran istri ada karena suami benar-benar membutuhkannya secara jiwa dan raga. Hingga ketika istri kelelahan atau sakit, suami tahu apa yang harus dilakukan. Tidak menunggu keluhan dan tangisan istri.

Lalu cinta pada anak harus diekspresikan juga, mengajak bayi berkomunikasi dengan sering terlibat ikut merawat, mengasuh dan menemani, membangun ikatan emosional dengan anak. Terlebih anak yang dekat dengan sosok Ayah memberi dampak psikologis yang luar biasa bagi anak di kemudian hari. Ketiga, biasakan setiap kali usai berpergian datang masuk ke rumah dengan senyum gembira menghampiri ibu dan bayinya. Tunjukkan bahwa kehadiran mereka sangat berarti dalam kehidupan kita.

Untuk memperkuat tips itu, perspektif mubadalah hadir memberi harapan bagi pasangan-pasangan baru menikah, atau sedang menunggu kehadiran buah hati di tengah-tengah keluarga, supaya suami lebih berperan aktif mengambil posisi strategis. Agar tidak membebankan sepenuhnya kebutuhan dan urusan rumah tangga pada istri. Atau mengasuh anak adalah pure tugas istri. Harus ada sikap kesalingan untuk berbagi peran, ketika sewaktu-waktu menggantikan peran istri, suami tak canggung dan malu-malu lagi. Karena anak dan keluarga adalah titipan Tuhan yang harus kita rawat sepenuh hati. Sudah menjadi tanggung jawab bersama antara suami istri untuk saling menjaga dan melindungi.[]

Tags: istriparentingperan keluargaperan suami terhadap anakpola asihsuami
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Perayaan Nyepi

Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

22 Maret 2023
Menjadi Minoritas

Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

21 Maret 2023
Marital Rape

Marital Rape itu Haram, Kok Bisa?

21 Maret 2023
Dinafkahi Istri

Pengalaman Dinafkahi Istri, Perlukah Merasa Malu?

20 Maret 2023
Rethink Sampah

Meneladani Rethink Sampah Para Ibu saat Ramadan Tempo Dulu

20 Maret 2023
Travel Haji dan Umroh

Bagaimana Menghindari Penipuan Biro Travel Umroh dan Haji?

20 Maret 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Peminggiran Peran Perempuan

    Siti Walidah: Ulama Perempuan Progresif Menolak Peminggiran Peran Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Nilai Inklusif dalam Perayaan Nyepi 2023
  • Pentingnya Pembagian Kerja Istri dan Suami
  • Refleksi: Sulitnya Menjadi Kaum Minoritas
  • Dalam Catatan Sejarah, Perempuan Kerap Dilemahkan
  • Tips Aman Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui

Komentar Terbaru

  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Petasan, Kebahagiaan Semu yang Sering Membawa Petaka pada Maqashid Syari’ah Jadi Prinsip Ciptakan Kemaslahatan Manusia
  • Berbagi Pengalaman Ustazah Pondok: Pentingnya Komunikasi pada Belajar dari Peran Kiai dan Pondok Pesantren Yang Adil Gender
  • Kemandirian Perempuan Banten di Makkah pada Abad ke-20 M - kabarwarga.com pada Kemandirian Ekonomi Istri Bukan Melemahkan Peran Suami
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist