• Login
  • Register
Rabu, 16 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Pesan Bekerja Tak Mengenal Usia

Dalam untaian sejarah, bekerja juga termasuk bagian dari sunnah para nabi. Nabi Zakaria AS adalah tukang kayu, Nabi Daud membuat baju besi dan menjualnya sendiri

Vevi Alfi Maghfiroh Vevi Alfi Maghfiroh
22/11/2021
in Personal
0
Bekerja

Bekerja

108
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – “Ayam, bu… Ayam….” Setiap hari suara ini selalu kudengar dari bilik rumah. Perempuan sepuh sebut saja Emak Sari, pedagang ayam keliling yang selalu menjajakan jualannya berjalan tanpa alas kaki. Tentu saja hal tersebut membuatku bertanya-tanya betapa berat perjuangan seseorang di usia senja yang harus tetap bekerja, di mana ia seharusnya hanya menikmati masa tuanya saja.

Entah, setiapkali mendapati kisah-kisah seseorang yang masih bekerja di usia senja, baik di dunia nyata maupun yang kutonton di dunia maya, aku selalu larut dalam perasaan campur aduk dan bertanya-tanya, ‘Kemana kah anak-anaknya?’. Hingga suatu hari aku bertanya langsung pada ibuku yang mengenal baik sosok Emak Sari mengenai alasan ia harus tetap bekerja di usia senjanya.

“Ya memang orangnya yang ingin tetap bekerja, dengan berjualan, anak-anaknya sudah mencegahnya, tapi tetap saja ia melakukan aktivitas tersebut” ucap ibuku, yang langsung kukonfirmasi kepada Emak Sari. Dalam suatu kesempatan ia menjawab bijak dan membuatku takjub “Kalau emak nggak jualan, bosan di rumah, emak menganggap ini untuk ibadah dan olahraga.”

Jawaban ini tentu saja meruntuhkan asumsiku tentang ketidakpedulian anak-anak terhadap orang tuanya. Dalam beberapa hal yang kutemui, memang ada juga faktor yang menjadikan seseorang bekerja di usia senja karena tinggal sebatang kara dan berjarak dengan keluarganya.

Tentu sebab ini juga yang mungkin menjadikan Emak Sari tetap sehat dan kuat di usia senjanya. Jawaban diplomatisnya juga mengingatkanku pada dalil al-Qur’an surat At-Taubah ayat 105 dan Surat Al-Ankabut ayat 17, ‘Maka carilah rezeki di sisi Allah, kemudian beribadah dan bersyukurlah kepada Allah’.

Baca Juga:

Ukhuwah Nisaiyah: Solidaritas Perempuan dalam Islam

Merawat Bumi Sebagai Tanggung Jawab Moral dan Iman

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

Islam dan Persoalan Gender

Semangat bekerja dari Emak Sari merupakan representasi penerapan nilai ayat tersebut. Juga sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim yang berbunyi, Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya.

Dalam untaian sejarah, bekerja juga termasuk bagian dari sunnah para nabi. Nabi Zakaria AS adalah tukang kayu, Nabi Daud membuat baju besi dan menjualnya sendiri. Bahkan sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah SAW, Nabi Daud itu tidak akan makan kecuali dari hasil jerih payahnya sendiri.

Walaupun seorang nabi, yang telah diberi oleh Allah kekuasaan dan harta yang melimpah. Hal tersebut tidak menjadikan mereka  gengsi untuk bekerja dengan tangannya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Nabi Daud tidak mengajarkan berpangku tangan dan mengharap belas kasih dari orang lain atau dari umat yang dipimpinnya.

Kisah Emak Sari seharusnya dijadikan pelajaran bagi sebagian orang yang memutuskan meminta-minta dengan beragam cara yang marak terjadi di zaman ini. Tentu saja sebagian orang tak jarang menganggap orang tua di usia senja dan masih tetap bekerja, akan memandang miris pada anak-anaknya, sebagaimana asumsiku sebelum mengenal sosok Emak Sari.

Tentu karena tak jarang anak-anak bekerja keras untuk meringankan beban orang tua dan ingin mempurnakan mereka dari pekerjaan dan menikmati masa tua dengan bahagia. Namun apapun itu, setiap orang berhak memilih kebahagiaan dan kehidupan yang ingin dijalani. Tidak penting bagaimana orang lain memandangnya, karena kebahagiaan seseorang tentu ditentukan oleh dirinya sendiri.

Kisah Emak Sari ini menjadi pengingat bagiku saat malas dan tidak bersemangat menjalani aktivitas. Sungguh diri kita tidak pernah tahu kapan ujung usia, dan menjalani segala aktivitas sebagai ladang ibadah harus dilakukan sampai batas akhir kehidupan. []

Tags: anakbekerjaibadahislamOang TuaSunah NabiTeladan Nabi
Vevi Alfi Maghfiroh

Vevi Alfi Maghfiroh

Admin Media Sosial Mubadalah.id

Terkait Posts

Disiplin

Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian

15 Juli 2025
Inklusivitas

Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

15 Juli 2025
Kesalingan

Kala Kesalingan Mulai Memudar

13 Juli 2025
Harapan Orang Tua

Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah

12 Juli 2025
Berhaji

Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

11 Juli 2025
Ikrar KUPI

Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

11 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Berbasis Gender Online

    Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO); Pentingnya Keberpihakan Pada Korban

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yang Terjadi Jika Miskin, Tapi Ngotot Menikah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Fondasi Pernikahan dengan Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perkosaan: Kekerasan Seksual yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Mengapa Kasus Perkosaan Terhadap Perempuan Masih Sering Terjadi?
  • Ketika Disiplin Menyelamatkan Impian
  • Perkosaan: Kekerasan Seksual yang Merendahkan Martabat Kemanusiaan
  • Inklusivitas yang Terbatas: Ketika Pikiran Ingin Membantu Tetapi Tubuh Membeku
  • Merawat Fondasi Pernikahan dengan Sakinah, Mawaddah, dan Rahmah

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID