Jumat, 26 Desember 2025
  • Login
  • Register
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

    sikap ambivalen

    Julia Suryakusuma Soroti Ancaman Kekerasan Seksual dan Sikap Ambivalen terhadap Feminisme

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Manunggaling Kawula Gusti

    Manunggaling Kawula Gusti, Pengakuan Inklusivitas dalam Sufisme Jawa

    penari disabilitas

    Bersama Penari Disabilitas, Yura Yunita Tegaskan Panggung Seni Milik Semua

    Halaqah Kubra KUPI

    Ada yang Tertinggal di Jogja: Sebuah Kenangan Halaqah Kubra KUPI

    Perhatian Ibu

    Hari Ibu dan Perhatian Kecil yang Terlalu Sering Kita Abaikan

    Selamat Natal

    Selamat Natal sebagai Perayaan Spiritual dan Kultural: Suara Seorang Muslim

    Keadilan Hakiki

    Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

    Keadilan Hakiki Bagi Perempuan

    Pentingnya Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan

    Natal

    Natal Sebagai Cara Menghidupi Toleransi di Ruang Publik

    Perspektif Keadilan Hakiki Perempuan

    5 Prinsip Dasar Keadilan Hakiki bagi Perempuan

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
    Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    Kekerasan di Kampus

    IMM Ciputat Dorong Peran Mahasiswa Perkuat Sistem Pelaporan Kekerasan di Kampus

    Kekerasan di Kampus

    Peringati Hari Ibu: PSIPP ITB Ahmad Dahlan dan Gen Z Perkuat Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender di Kampus

    KUPI yang

    KUPI Jadi Ruang Konsolidasi Para Ulama Perempuan

    gerakan peradaban

    Peran Ulama Perempuan KUPI dalam Membangun Gerakan Peradaban

    Kemiskinan Perempuan

    KUPI Dorong Peran Ulama Perempuan Merespons Kemiskinan Struktural dan Krisis Lingkungan

    Kekerasan Seksual

    Forum Halaqah Kubra KUPI Bahas Kekerasan Seksual, KDRT, dan KBGO terhadap Perempuan

    Gender KUPI

    Julia Suryakusuma Apresiasi Peran KUPI dalam Mendorong Islam Berkeadilan Gender

    sikap ambivalen

    Julia Suryakusuma Soroti Ancaman Kekerasan Seksual dan Sikap Ambivalen terhadap Feminisme

  • Kolom
    • All
    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
    Manunggaling Kawula Gusti

    Manunggaling Kawula Gusti, Pengakuan Inklusivitas dalam Sufisme Jawa

    penari disabilitas

    Bersama Penari Disabilitas, Yura Yunita Tegaskan Panggung Seni Milik Semua

    Halaqah Kubra KUPI

    Ada yang Tertinggal di Jogja: Sebuah Kenangan Halaqah Kubra KUPI

    Perhatian Ibu

    Hari Ibu dan Perhatian Kecil yang Terlalu Sering Kita Abaikan

    Selamat Natal

    Selamat Natal sebagai Perayaan Spiritual dan Kultural: Suara Seorang Muslim

    Keadilan Hakiki

    Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

    Keadilan Hakiki Bagi Perempuan

    Pentingnya Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan

    Natal

    Natal Sebagai Cara Menghidupi Toleransi di Ruang Publik

    Perspektif Keadilan Hakiki Perempuan

    5 Prinsip Dasar Keadilan Hakiki bagi Perempuan

    • Keluarga
    • Personal
    • Publik
  • Khazanah
    • All
    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
    Penciptaan Manusia

    Logika Penciptaan Manusia dari Tanah: Bumi adalah Saudara “Kita” yang Seharusnya Dijaga dan Dirawat

    Mimi Monalisa

    Aku, Mama, dan Mimi Monalisa

    Romantika Asmara

    Romantika Asmara dalam Al-Qur’an: Jalan Hidup dan Menjaga Fitrah

    Binatang

    Animal Stories From The Qur’an: Menyelami Bagaimana Al-Qur’an Merayakan Biodiversitas Binatang

    Ujung Sajadah

    Tangis di Ujung Sajadah

    Surga

    Menyingkap Lemahnya Hadis-hadis Seksualitas tentang Kenikmatan Surga

    Surga

    Surga dalam Logika Mubadalah

    Kenikmatan Surga

    Kenikmatan Surga adalah Azwāj Muṭahharah

    Surga Perempuan

    Di mana Tempat Perempuan Ketika di Surga?

    • Hikmah
    • Hukum Syariat
    • Pernak-pernik
    • Sastra
  • Rujukan
    • All
    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
    Perempuan Fitnah

    Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan

    Idul Fitri

    Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merayakan Kemenangan dengan Syukur, Solidaritas, dan Kepedulian

    Membayar Zakat Fitrah

    Masihkah Kita Membayar Zakat Fitrah dengan Beras 2,5 Kg atau Uang Seharganya?

    Ibu menyusui tidak puasa apa hukumnya?

    Ibu Menyusui Tidak Puasa Apa Hukumnya?

    kerja domestik adalah tanggung jawab suami dan istri

    5 Dalil Kerja Domestik adalah Tanggung Jawab Suami dan Istri

    Menghindari Zina

    Jika Ingin Menghindari Zina, Jangan dengan Pernikahan yang Toxic

    Makna Ghaddul Bashar

    Makna Ghaddul Bashar, Benarkah Menundukkan Mata Secara Fisik?

    Makna Isti'faf

    Makna Isti’faf, Benarkah hanya Menjauhi Zina?

    • Ayat Quran
    • Hadits
    • Metodologi
    • Mubapedia
  • Tokoh
    • All
    • Profil
    Kebudayaan

    Pidato Kebudayaan dalam Ulang Tahun Fahmina Institute Ke 25

    Fazlur Rahman

    Fazlur Rahman: Memahami Spirit Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Al-Qur’an

    Idulfitri

    Khutbah Idulfitri: Mulai Kehidupan Baru di Bulan Syawal

    Sa'adah

    Sa’adah: Sosok Pendamping Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak  

    Tahun Baru 2025

    Do’a Tahun Baru 2025

    Umi Nyai Sintho' Nabilah Asrori

    Umi Nyai Sintho’ Nabilah Asrori : Ulama Perempuan yang Mengajar Santri Sepuh

    Rabi'ah Al-'Adawiyah

    Sufi Perempuan: Rabi’ah Al-‘Adawiyah

    Ning Imaz

    Ning Imaz Fatimatuz Zahra: Ulama Perempuan Muda Berdakwah Melalui Medsos

    Siti Hanifah Soehaimi

    Siti Hanifah Soehaimi: Penyelamat Foto Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato yang Sempat Hilang

  • Monumen
  • Zawiyah
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

4 Langkah Umat Islam Memperkuat Perdamaian

Tak dapat kita pungkiri, kesenjangan ekonomi dan berbagai aspek kehidupan sosial lainnya, seperti kesehatan, pendidikan, bidang pekerjaan hingga politik dapat menjadi penyebab munculnya intoleransi di masyarakat

Wafiroh Wafiroh
17 September 2024
in Featured, Publik
0
Memperkuat Perdamaian

Memperkuat Perdamaian

150
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Umat Islam di Indonesia, terdiri dari berbagai unsur yang berbeda. Mereka berasal dari latar belakang keagamaan, pendidikan, pelaksanaan ajaran-ajaran agama serta kemampuan ekonomi, peran politik dan lain-lain yang berbeda. Kondisi semacam ini jika tidak kita sikapi dengan bijak maka akan cenderung memunculkan benih-benih konflik. Sehingga bagaimana upaya umat Islam untuk memperkuat perdamaian.

Namun menurut Azyumardi Azra, ternyata negara Indonesia masih tergolong sebagai negara yang damai meski penduduknya berasal dari unsur yang sangat majemuk. Meski masih kerap terjadi kegaduhan politik atau konflik-konflik ringan, namun sejauh ini masyarakat Indonesia masih berhasil menjaga keutuhan perdamaian. Namun tentunya, menurut beliau hal ini masih belum bisa dianggap final. Indonesia masih memiliki tugas penting untuk mempertahankan atau bahkan makin memperkuat perdamaian yang ada.

Secara singkat, beliau menyebutkan beberapa poin yang hendaknya kita lakukan untuk bisa melaksanakan tugas tersebut dengan baik (baca: NU Online, 20 Juli 2022 “Guru Besar Sejarah islam Azyumardi Azra: Perdamaian di Indonesia Perlu Diperkuat”). Penulis di sini hanya menyebutkan ulang poin-poin tersebut dengan disertai sedikit komentar sejauh kemampuan penulis. Berikut poin-poin tersebut:

Menengok kembali sejarah

Sejarah keberislaman di Indonesia, yang dulunya terkenal dengan Nusantara berawal sejak kira-kira abad ke-13. Menurut satu versi, pada saat itu Islam terbawa oleh pedagang yang berasal dari Gujarat, India. Sembari berdagang, mereka menyebarkan Islam kepada penduduk yang mereka temui. Pada saat itu, transportasi lintas negara mayoritas menggunakan kapal laut. Oleh karena itu, penduduk pesisir menjadi pihak pertama yang menerima ajaran Islam.

Selain dengan menggunakan metode berdagang, para pendakwah Islam dari mulai melakukan akulturasi lebih lanjut dengan penduduk lokal. Sebagian dari mereka menikahi warga pesisir. Hal ini lambat laun membuat keluarga yang dinikahi tersebut meninggalkan kepercayaan lamanya dan beralih untuk masuk Islam. Mereka memilih untuk memeluk Islam dengan suka rela dan tanpa paksaan.

Poin yang dapat kita tarik dari sejarah ini, adalah bahwa Islam terbawa ke Nusantara dengan jalan damai dan toleran. Para pembawa Islam pada masa-masa awal mencerminkan Islam sebagai agama yang anti kekerasan, ramah dan tidak anarkis. Cara semacam inilah yang membuat agama Islam mampu bertahan dan tetap dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia saat ini.

Sekarang coba kita bandingkan masuknya Islam ke Spanyol misalnya, yang nota bene menggunakan jalan perang dan penaklukan wilayah kekuasaan. Maka kita lihat sekarang, perkembangan Islam di Spanyol tidak begitu signifikan. Tercatat hanya 4% penduduk Spanyol yang beragama Islam.

Pertanyaannya mengapa? Tak lain karena setiap hal, apapun itu jika kita awali dengan cara kasar dan anarkis, maka hanya akan terikuti sejauh mana hal itu masih menakutkan. Alih-alih mencintai, mereka hanya akan memeluk Islam karena takut akan pemerintahan yang tengah berlangsung.

Saat ini, dalam perkembangannya alangkah baiknya jika kita kembali berusaha mencitrakan Islam sebagaimana awal mula ia masuk ke Nusantara. Alih-alih terlarut dalam isu-isu radikalisme yang seringkali masih muncul, lebih baik kita menampilkan sikap, perilaku dan keberagamaan yang toleran dan jauh dari sifat anarkisme. Tak lain karena dengan begitu, maka Islam akan lebih mudah penerimannya oleh tiap lapisan masyarakat.

Memaksimalkan potensi pesantren

Pada awal perkembangannya, salah satu unsur keberagamaan Islam di Indonesia yang penilaiannya unik dan berbeda dengan kehidupan Islam yang ada di belahan dunia lain adalah adanya pesantren. Pesantren di Indonesia, adalah satu institusi Islam yang murni tumbuh dari rahim kultur Indonesia sendiri. Ia tumbuh, berkembang dan memainkan peran penting dalam kebudayaan Islam Indonesia.

Pesantren sebagai lembaga kultural di Indonesia memegang peran yang luar biasa urgen dalam misi penyebaran Islam. Tak hanya itu, pesantren juga menjadi pusat sebagian besar kegiatan hidup penganut Islam di Indonesia. Semenjak awal, kehidupan di pesantren mencerminkan nilai-nilai kerukunan, ramah, toleransi dan perdamaian. Berbagai unsur yang berbeda menyatu dalam kehidupan bersama di pesantren.

Potensi besar ini akan memiliki daya guna jauh lebih maksimal jika kita bisa memaksimalkan potensi pesantren. Kesempatan untuk terlibat dalam ruang publik, menyetarakan akses informasi dan edukasi serta mengalih digitalkan aspek-aspek tertentu dari pesantren dapat kita lakukan. Misal naskah keilmuan yang pesantren kaji, informasi, kegiatan dan lain-lain yang tersebar dengan masif menggunakan kemajuan teknologi saat ini, akan dapat memperluas jangkauan pesantren dalam menyebarkan keberislaman yang moderat.

Memperkuat potensi ekonomi dan kehidupan sosial

Tak dapat kita pungkiri, kesenjangan ekonomi dan berbagai aspek kehidupan sosial lainnya, seperti kesehatan, pendidikan, bidang pekerjaan hingga politik dapat menjadi penyebab munculnya intoleransi di masyarakat. Terlebih dengan masifnya perkembangan internet dengan penggerak media sosial saat ini, kesenjangan dalam berbagai aspek kehidupan yang idealnya seimbang dapat dengan mudah kita temukan.

Misal, dalam kesempatan kerja dan pendidikan. Faktor-faktor seperti privilege keturunan, relasi, akses transportasi dan lain-lain dapat dengan mudah kita temukan menjadi jurang pemisah yang cukup lebar antar beberapa pihak. Kita tak dapat memungkiri bahwa mereka yang hidup di kota, dengan privilege kedekatan tertentu dengan suatu elite politik atau elite pendidikan akan mendapatkan akses pekerjaan dan pendidikan yang lebih layak dari pada mereka yang sebaliknya.

Terlebih dengan penggunaan media sosial yang masif belakangan ini, kita makin mudah mendapatkan akses untuk melihat ‘keberhasilan’ orang lain lalu membandingkannya dengan diri kita sendiri. Oleh karena itu, menjadi tugas kita bersama –pemerintah terutama– untuk memaksimalkan kesetaraan peluang ekonomi, akses pendidikan, kesehatan dan unsur-unsur penting kehidupan sosial lainnya. Agar kesenjangan antara kelas mesyarakat dapat kita jembatani.

Mungkin ini bukan tugas yang mudah. Tapi kita sebagai bagian dari komunitas majemuk di Indonesia bisa memulainya dengan melakukan langkah-langkah kecil. Dengan harapan, kesenjangan sosial antar berbagai pihak dapat terjembatani dengan baik. Allahu a’lam.

Tags: islamkeberagamanModerasi BeragamaPerdamaiantoleransi
Wafiroh

Wafiroh

Alumni Ma'had Aly Situbondo - Perintis Pesantren Anak Tarbiyatul Quran wal Kutub

Terkait Posts

Toleransi dalam Islam
Buku

Buku Toleransi dalam Islam: Membaca Ulang Makna Natal dalam Islam

26 Desember 2025
Keadilan Hakiki
Publik

Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

25 Desember 2025
Natal
Publik

Natal Sebagai Cara Menghidupi Toleransi di Ruang Publik

25 Desember 2025
Biologis Perempuan
Publik

Islam Memuliakan Kondisi Biologis dan Sosial Perempuan

24 Desember 2025
Ratu Saba'
Figur

Ratu Saba’ dan Seni Memimpin ala Perempuan

24 Desember 2025
Keulamaan Perempuan dalam
Publik

Jejak Panjang Keulamaan Perempuan dalam Sejarah Islam

20 Desember 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Natal

    Makna Natal Perspektif Mubadalah: Feminis Maria Serta Makna Reproduksi dan Ketubuhan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perspektif Keadilan Hakiki bagi Perempuan Hadirkan Islam yang Membebaskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Natal Sebagai Cara Menghidupi Toleransi di Ruang Publik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buku Toleransi dalam Islam: Membaca Ulang Makna Natal dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Manunggaling Kawula Gusti, Pengakuan Inklusivitas dalam Sufisme Jawa
  • Bersama Penari Disabilitas, Yura Yunita Tegaskan Panggung Seni Milik Semua
  • Ada yang Tertinggal di Jogja: Sebuah Kenangan Halaqah Kubra KUPI
  • Hari Ibu dan Perhatian Kecil yang Terlalu Sering Kita Abaikan
  • Selamat Natal sebagai Perayaan Spiritual dan Kultural: Suara Seorang Muslim

Komentar Terbaru

  • Jade3395 pada Manunggaling Kawula Gusti, Pengakuan Inklusivitas dalam Sufisme Jawa
  • Registrera pada Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu dalam Perspektif Mubadalah
  • best online betting sites pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • drover sointeru pada Antara Banjir Informasi, Boikot Stasiun Televisi, dan Refleksi Hari Santri
  • free pada Teks Khutbah Idul Fitri 1446 H: Menjadi Insan Bertakwa dan Mewujudkan Masyarakat Berkeadaban di Hari Kemenangan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2025 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Account
  • Home
  • Khazanah
  • Kirim Tulisan
  • Kolom Buya Husein
  • Kontributor
  • Monumen
  • Privacy Policy
  • Redaksi
  • Rujukan
  • Tentang Mubadalah
  • Zawiyah
  • Login
  • Sign Up

© 2025 MUBADALAH.ID