• Login
  • Register
Sabtu, 12 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Melabeli Isu Stunting Untuk Sebuah Kiasan adalah Jahat

Isu stunting tentu menjadi masalah kita bersama. Bukan hanya menjadi permasalahan setiap ibu yang harus mengandung sembilan bulan. Di mana ia memastikan nutrisi anaknya tercukupi di dalam kandungan

Karimah Iffia Rahman Karimah Iffia Rahman
04/01/2023
in Keluarga
1
Isu Stunting

Isu Stunting

595
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Banyak orang yang masih belum mengetahui betapa pentingnya isu stunting bagi masa depan bangsa ini. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia. Isu stunting sendiri adalah sebuah gangguan yang terjadi pada tumbuh kembang anak. Penyebabnya karena kekurangan gizi dan infeksi berulang. Di mana hal itu mulai dari masa emas kehidupan pertama (sejak di dalam kandungan) sampai dengan usia dua tahun.

Penyebab Stunting

Selain akibat kekurangan gizi, penyebab utama stunting lainnya adalah minimnya pengetahuan terkait kehamilan dan menyusui serta pengasuhan anak, dan sanitasi lingkungan tempat tinggal yang tidak bersih dan sehat. Lalu kurangnya sarana penyediaan air bersih dan fasilitas mandi cuci kakus (MCK), serta minimnya akses fasilitas kesehatan yang dibutuhkan bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.

Biasanya anak yang mengalami stunting teridentifikasi dengan tinggi badan di bawah standar. Atau nilai standar deviasinya kurang dari -2.00 dan -3.00 yang dapat kita lihat dan kita pantau grafiknya pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

Ciri-Ciri Stunting

Gejala lainnya yang dapat kita kenali saat anak usia dini adalah wajahnya nampak lebih muda dari anak seusianya. Mengalami pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat, berat badan lebih ringan untuk anak seusianya.

Selain itu, anak yang mengalami stunting, memiliki kemampuan fokus belajar yang kurang baik serta gejala lainnya yang perlu orang tua konsultasikan kepada tenaga kesehatan ahli dibidangnya. Artinya, gejala-gejala ini tidak serta merta dapat kita simpulkan tanpa adanya pernyataan dari ahli.

Baca Juga:

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

Pentingnya Relasi Saling Kasih Sayang Hubungan Orang Tua dan Anak

Dampak Akibat Stunting

Tidak hanya terlihat pada keterlambatan pertumbuhan anak yang tidak sesuai. Tetapi stunting dapat menyebabkan dampak negatif lainnya seperti terganggunya perkembangan otak yang dapat menurunkan kecerdasan anak serta rentan terkena penyakit seperti diabetes, obesitas, penyakit jantung untuk dampak negatif jangka panjangnya.

Bonus Demografi

Jika dampak panjang stunting terjadi pada anak-anak yang akan menjadi generasi emas di tahun 2045, tentu hal ini akan sangat menakutkan. Karena bonus demografi ini bisa menjadi bumerang jika sumber daya manusianya mengalami penurunan kualitas.

Apalagi jika mengingat di tahun 2045 Indonesia mendapat bonus demografi yaitu lebih dari 50% penduduknya berada pada usia produktif. Sehingga pada momen ini pemerintah telah merencanakan program Indonesia Emas 2045.

Isu stunting tentu menjadi masalah kita bersama. Bukan hanya menjadi permasalahan setiap ibu yang harus mengandung sembilan bulan. Di mana ia memastikan nutrisi anaknya tercukupi di dalam kandungan.

Dan, tidak lagi menjadi permasalahan setiap ibu yang sedang berjuang memberikan ASI (air susu ibu) dan sejenisnya sebagai makanan terbaik si kecil di enam bulan pertama kehidupannya.

Selain itu, bukan juga hanya menjadi permasalahan bagi setiap orang tua mengalami gerakan tutup mulut (GTM) pada anaknya yang sedang menjalani masa MPASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu).

Lebih dari itu, ia tidak hanya menjadi permasalahan bagi ibu-ibu kader Posyandu yang setiap bulan rutin mengadakan pengecekan kesehatan untuk anak.

Isu stunting ini menjadi permasalahan yang kita hadapi bersama. Bahkan di setiap rumah yang di dalam anggota keluarganya terdapat ibu hamil, ibu menyusui, dan anak menjadi ujung tombak akar rumput yang dapat menurunkan angka stunting khususnya di Indonesia.

Menjadi Tanggung Jawab Bersama

Jangan sampai isu stunting yang sebegitu krusialnya ini justru menjadi bahan kiasan apalagi olok-olokan dari emosi yang tidak kita kelola dengan bijak. Hanya karena adanya ketidaksepemahaman pendapat.

Jangan sampai kita memberikan informasi yang kurang tepat mengenai stunting. Hanya karena orang lain mungkin tidak berpikir secepat yang kita bisa. Mungkin tidak memahami konteks yang kita maksud di dalam sebuah teks. Lantas melabelinya sebagai orang yang terkena stunting.

Apalagi jika posisinya merupakan sosok yang kita perhitungkan di masyarakat. Sepakat dengan pendapat Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK (Peneliti Utama dan Chairman Health Collaborative Center) bahwa pernyataan yang salah bisa mempengaruhi pandangan masyarakat. Apalagi jika yang mengeluarkan pernyataan tersebut adalah sosok yang memiliki pengaruh dilingkungannya.

Menutup ulasan ini, mari kita terus berupaya untuk menyikapi perbedaan dengan kepala dingin. Tujuannya agar  kita bersama menurunkan kasus stunting di Indonesia dapat tercapai.

Agar anggaran yang telah pemerintah alokasikan terserap dengan baik dan para tenaga kesehatan di tengah-tengah kesibukannya. Namun tetap memberikan edukasi secara cuma-cuma di media sosial kepada masyarakat. Khususnya para orang tua pun merasa jerih payahnya tidak sia-sia. []

 

 

 

 

 

 

 

 

Tags: anakGizikeluargaMPASIStunting
Karimah Iffia Rahman

Karimah Iffia Rahman

Alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang dibukukan ada pada antologi Menyongsong Society 5.0 dan telah menulis lebih dari 5 buku antologi. Founder Ibuku Content Creator (ICC) dan menulis di Iffiarahman.com. Terbuka untuk menerima kerja sama dan korespondensi melalui iffiarahman@gmail.com.

Terkait Posts

Relasi Imam-Makmum

Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

9 Juli 2025
Jiwa Inklusif

Menanamkan Jiwa Inklusif Pada Anak-anak

8 Juli 2025
Pemimpin Keluarga

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

4 Juli 2025
Marital Rape

Ketika Istilah Marital Rape Masih Dianggap Tabu

2 Juli 2025
Anak Difabel

Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

1 Juli 2025
Peran Ibu

Peran Ibu dalam Kehidupan: Menilik Psikologi Sastra Di Balik Kontroversi Penyair Abu Nuwas

1 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Berhaji

    Menakar Kualitas Cinta Pasangan Saat Berhaji

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikrar KUPI, Sejarah Ulama Perempuan dan Kesadaran Kolektif Gerakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam dan Persoalan Gender

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kegagalan dalam Perspektif Islam: Antara Harapan Orang Tua dan Takdir Allah
  • Islam dan Persoalan Gender
  • Negara Inklusi Bukan Cuma Wacana: Kementerian Agama Buktikan Lewat Tindakan Nyata
  • Tauhid: Kunci Membongkar Ketimpangan Gender dalam Islam
  • Peran Perempuan dan Perjuangannya dalam Film Sultan Agung

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID