Mubadalah.id – Tulisan ini lahir dari sebuah majelis ngaji tafsir tematik yang membahas tentang lamaran. Sebelum mendapat materi tentang lamaran dalam ngaji tersebut, saya pribadi juga hanya mengetahui bahwa tradisi lamaran pasti dilakukan dengan cara lugas dan jelas. Karena lamaran adalah moment seorang laki-laki meminta ijin untuk mengajak menikah pada perempuan pilihannya.
Ternyata, lamaran tidak selalu kita lakukan dengan lugas dan jelas. Lamaran juga bisa dan tidak berdosa jika melakukannya dengan sindiran. Tetapi tentu ada beberapa syarat-syarat untuk bisa melakukan lamaran dengan sindiran. Surah Al Baqarah ayat 235 merupakan ayat yang menjelaskan mengenai melamar perempuan dengan cara sindiran:
Wa lā junāhā ‘alaikum fīmā arraḍtum bihi min khiṭbati al-Nisā’i aw aknantum fī anfusikum, alimallāhu annakum satażkurūnahunna wa lākin lā tuwā’idūhunna sirran illā antaqūlū qaulan ma’rūfā, wa lā ta’zimū uqdatan nikāḥi ḥattā yablugha al-Kitābu ajalah, wa’lamū annallāha ya’lamumā fī anfusikum fakhżarūh, wa’lamū annallāha ghafūrun ḥalīm.
Artinya “Dan tidak dosa bagimu meminang perempuan-perempuan itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginanmu) dalam hati. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebutnyebut kepada mereka. Tetapi, janganlah kamu membuat perjanjian (untuk menikah) dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan kata-kata yang baik. Dan janganlah kamu menetapkan akad nikah, sebelum habis masa iddahnya. Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya. Dan, ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.”
Meminang Perempuan dengan Sindiran
Ayat di atas merupakan ayat yang berbicara soal meminang perempuan dengan sindiran. Dalam kitab tafsir ahkam menjelaskan bahwa kata ‘arrada-yu’arridu-ta’rid adalah persamaan kata dari auma’a-yumi’u-im’lawwaha-yulawwihu-talwihan dan lawan katanya adalah sarraha-yusarihu-tasrih. Artinya menyampaikan sesuatu pada hadirin menggunakan isyarat, sehingga tidak lugas atau menggunakan kiasan.
Dalam penjelasan tafsir ahkam juga mengatakan bahwa Ibn Manzur dalam lisan Arab ‘arrada bi al-Syai’ artinya adalah tidak menjelaskan sesuatu. Ta’rid adalam lawan kata tasrih Al-Ma’arid yang berarti mengeluarkan sesuatu dari sesuatu. Sehingga, ta’rid atau khitbah adalah menyampaikan lamaran dengan cara kiasan atau tidak lugas.
Adapun contohnya melamar dengan kiasan adalah dengan kalimat ini “kamu cantik sekali, sepertinya kita bisa melewati sebuah jalan kebaikan dengan cara bersama-sama dan hariku akan selalu berwarna dengan keindahan wajahmu. Tugasku hanya menyampaikan dan segala keputusan ada pada dirimu.”
Namun adalah syarat yang harus kita patuhi. Yakni melamar dengan cara sindiran hanya boleh dilakukan kepada perempuan yang sedang pada masa iddah. Artinya tidak semua perempuan dapat laki-laki lamar dengan cara sindiran.
Cara tersebut memiliki tujuan untuk menjaga hati perempuan, sebab takut menyinggung hati seorang perempuan yang sedang bersedih akibat ditinggal suaminya. Sehingga hukumnya tidak dosa melamar seorang perempuan yang sedang iddah asal dengan bahasa kiasan, tidak frontal dan tidak lugas.
Menggunakan Bahasa yang Sopan
Selain itu, bahasa yang digunakan tentunya harus sopan dan santun. Melamar perempuan dengan sindiran ini mungkin jika di bahasa sesuai tren hari ini bisa menjadi menjadi ‘melamar perempuan dengan kode’.
Mualif dari tafsir Ahkam juga menjelaskan bahwa pentingnya seorang laki-laki yang hendak menikahi seorang perempuan yang sedang iddah harus memiliki kesabaran.
Kuatkan niat untuk melamar hingga menikahinya perempuan pilihannya yang dilamar pada saat sedang iddah. Sehingga, cukup Allah yang tahu bahwa ada niat baik yang ada dalam hati seoarang laki-laki. Yaitu berupa niat untuk menikahi seorang yang sedang iddah serta prosesi akad nikah hanya boleh laki-laki lakukan setelah selesainya masa iddah sang perempuan.
Syariat Islam Hadir Membawa Kemaslahatan
Melamar perempuan dengan cara sindiran yang telah saya uraikan di atas adalah salah satu bukti mengistimewakan perempuan dengan cara menjaga hati. Karena perempuan berhak mendapatkan kasih sayang, dan setiap perempuan berhak atas perlindungan. Atmosfir rahmatalil’alamin memang sudah seharusnya menyelubungidan membalut setiap ketetapan.
Pembahasan mengenai melamar perempuan dengan sindiran juga mengingatkan kembali pentingnya menjaga dan menyayangi sesama khususnya perempuan. Perempuan sebagai makhluk Allah yang juga berhak atas kasih sayang dan perlindungan.
Selain itu juga mengingatkan bahwa syariat Islam hadir membawa kemaslahatan bukan membawa kesulitan untuk para umatnya. Sehingga sudah semestinya kita mewarnai hari-hari dengan saling menyayangi pada sesama dan menghilangkan kebencian pada sesama. Semoga kita semua senantiasa selalu mendapatkan pertolongan dari Allah dan bisa mengambil setiap hikmah pada setiap kejadian yang ada. Sekian. []