• Login
  • Register
Sabtu, 7 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Mengenal Kiprah Perempuan Indonesia dengan Beragam Kisah Kepahlawanan

Masyarakat perlu menyadari, mengingat, dan mengapresiasi perjuangan para perempuan dalam berbagai bidang

Naylul Izzah Walkaromah Naylul Izzah Walkaromah
12/11/2023
in Featured, Pernak-pernik
0
Perempuan Indonesia

Perempuan Indonesia

907
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Gelar kepahlawanan merupakan sebuah gelar yang dilekatkan pada karakter keteladanan seseorang atas jasa dan peran sosial kepada bangsa. Komnas Perempuan ingin memperluas diskursus tentang makna kepahlawanan. Apakah gelar pahlawan hanya diukur melalui tanda jasa negara, atau memungkinkan berasal dari pengakuan masyarakat.

Dalam hal ini Komnas Perempuan menghadirkan narasi serta kisah sudut pandang perempuan Indonesia dalam perlawanan sejarah bangsa. Kadangkala peran sosialnya sering terabaikan dan terlewatkan dalam narasi kebangsaan. Hal demikian terjadi karena minimnya pengakuan negara pada tokoh perempuan yang sejatinya banyak berkontribusi menorehkan sejarah bangsa.

Jumat, 10 November 2023 Komnas Perempuan menghelat diskusi publik secara online by zoom. Acara ini mendatangkan tiga narasumber utama di antaranya; Dewi Kanti (Komisioner Komnas Perempuan), Veryanto Sitohang (Komisioner Komnas Peempuan), dan Dahlia Madani (Koordinator Gugus Kerja Perempuan dan Kebhinekaan Komnas Perempuan). Ketiga narasumber tersebut memaparkan dan mengulas 5 tokoh perempuan Indonesia yang sangat berjasa.

  1. Trisudji Kamal

Lahir 28 November 1936 dan wafat pada 21 Maret 2021. Beliau merekam jejak perjalanan sejarah bangsa nan elok dengan syair dan not balok. Trisudji berjasa dalam karya musik internasional, ia mempertahankan identitas jati dirinya perempuan pertama dari Indonesia yang belajar komposisi musik di Eropa.

Pada usia 14 tahun, Trisudji menciptakan karya musik serius khususnya piano. Trisudji juga telah menerbitkan buku “Tembang Puitik” komposisi vocal dan piano. Mendiang merupakan salah satu aset bangsa Indonesia karena semasa hidup beliau merupakan sosok yang sangat produktif berkarya dan mengingatkan kita semua bahwa perempuan turut memiliki peran utama dalam dunia musik Indonesia.

  1. Boru (Putri) Lopian

Puri lopian merupakan putri ketiga dari Raja Sisingamaraja XII yang merupakan salah satu pahwalan nasional dari Tanah Batak di Sumatera Utara. Putri Lopian berguru ilmu bela diri di istana dan sering ikut andil dalam kemiliteran.

Baca Juga:

Meneladani Rasuna Said di Tengah Krisis Makna Pendidikan

Kartini Tanpa Kebaya

Empat Cara Laki-laki Membuktikan Cinta pada Kartini

Kenalin nih Marie Thomas, Pionir di Dunia Medis Indonesia

Sosok Putri Lopian setia hingga akhir mendampingi ayahnya dalam kancah perjuangan yang meletihkan. Ia selalu mengikuti gerilya dan berada di garis depan, ikut bergelut dngan kemelut, bergerilya di tanah penuh duri dan hutan belantara.

Hingga dalam suatu peperangan ia mengalami luka cukup parah terkena peluru senapan serdadu Belanda pimpinan kapten Christoffel. Saat itu ia masih berusia 17 tahun dan setia hingga akhir mengikuti ayahya ketika Sisingamaraja XII menjadi buronan Belanda keluar masuk hutan belantara, ia ikut bergerilya mendampingi dan ikut melakukan perlawanan.

Karena tembakan peluru tersebut, keadaannya sekarat karena peluru telah mengenai ulu hati. Nama Putri Lopian abadi pada nama jalan di Tarutung Tapanuli Utara, Sidikalang Kabupaten Dairi dan kota lainnya di Sumatera Utara.

  1. Emna Poeradiredja

Lahir pada 13 Agustus 1902 di Cilimus, Jawa Barat. Emna aktif sebagai anggota Jong Java dan menjadi anggota Jong Islamieten Bond (JIB) sebagai ketua cabang Bandung pada tahun 1925. Ia aktif dalam berbagai organisasi perjuangan kemerddekaan Indonesia serta gerakan kesetaran perempuan.

Dalam Kongres Pemuda II ia menjabat sebagai ketua cabang Bandung Jong Islamieten Bond dan memberikan pidato tentang peran perempuan dalam pergerakan. Kongres Pemuda II pada 27-28 oktober 1928 Emna memberikan tanggapan khususunya mengenai kemajuan perempuan dan pendidikan.

Emma juga merupakan tokoh yang aktif dalam berbagai bidang, ia mendirikan PASI (Pasundan Istri) pada 1930 dan menjadi ketua hingga 1970. Menjadi ketua Kongres Perempuan Indonesia III pada 1938.

Dalam bidang sosial ia mendirikan dan menjadi ketua pengurus panti asuhan di bandung 1935 mendirikan rumah jompo di bandung 1936 serta menjabat sebagai ketua Bdan Keselamatan Rakyat (BKR) bagian wanita di Bandung.

Emma mendapatkan pnghargaan dari pemerintah RI berupa piagam Tanda Penghormatan Bintang Mahaputra Pertama IV pada 1975, oleh presiden RI, Soeharto. Emma meninggal pada Senin 16 A pril 1976 dan pemakaman berada di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.

  1. Siti Soendari

Siti Soendari adalah salah satu dari dua perempuan pertama Indonesia yang sekolah di Belanda pada masa kolonial. Lahir di Nganjuk, Jawa Timur pada 9 April 1906. Tahun 1934 keterlibatannya dalam Kongres Pemuda II sangat penting, terutama dalam menyampaikan pesan pentingnya menanamkan cinta tanah air pada laki-laki dan perempuan sejak usia dini.

Dia bergabung dengan Persatuan Wanita Republik Indonesia (PERWARI) serta menjadi Direktur Bank Nasional Malang. Ia berpidato pada Kongres Pengajaran Colonial pertama yang berlangsung di Den Hag, Belanda pada Agustus 1916. Kongres tersebut membahas mengenai nasib perempuan.

Ia menyuarakan agar perempuan mau belajar membaca dan menulis. Dengan membaca, perempuan dapat memahami situasi sosial yang melingkupi, yang membuat mereka memiliki minat rendah untuk bersekolah. Ia juga menegaskan kepentingan belajar karena perempuan merupakan guru nomor ssatu bagi anak-anak, sehingga peru menjadi terpelajar.

  1. Poernomowoelan

Seorang guru dan perwakilan pemuda dari Taman Siswa. Perannya dalam Peristiwa Sumpah Pemuda sangat signifikan, terutama sebagai pembicara pertama di Kongres Pemuda II.

Beliau aktif dalam organisasi Jong Java Bond serta menjadi perwakilan Jong Java dalam Kognres Pemuda II. Pada pertemuan rapat kedua Minggu, 28 Oktober 1928 di Gedung Oast Java Bioscoop, Poernomowoelan tampil memeberikan pendapatnya.

Poernomowoelan menyuarakan pentingnya pendidikan untuk kaum pribumi terutama anak-anak. Ia merupakan guru yang mengajarkan baca tulis pada anak-anak. Poernomowoelan juga mengatakan bahwa; anak harus bisa mendapatkan pendidikan kebangsaan, mendapat keseimbangan pendidikan di sekolah dan di rumah. Serta mendapatkan pendidikan demokratis.

Berdasarkan narasi di atas, maka masyarakat perlu menyadari, mengingat, dan mengapresiasi perjuangan para perempuan dalam berbagai bidang yang tidak kalah beratnya daripada memanggul senjata di saat perang. []

Tags: Gerakan Perempuan IndonesiaHari Pahlawankisah perempuanPahlawanPahlawan PerempuanPerempuan Indonesia
Naylul Izzah Walkaromah

Naylul Izzah Walkaromah

Mahasiswa Magister Studi Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Terkait Posts

KDRT

3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

7 Juni 2025
Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

Islam Berikan Apresiasi Kepada Perempuan yang Bekerja di Publik

6 Juni 2025
Wuquf Arafah

Makna Wuquf di Arafah

5 Juni 2025
Aurat

Aurat Perempuan: Antara Teks Syara’ dan Konstruksi Sosial

5 Juni 2025
Batas Aurat

Menelusuri Perbedaan Pendapat Ulama tentang Batas Aurat Perempuan

5 Juni 2025
Fikih Ramah Difabel

Menggali Fikih Ramah Difabel: Warisan Ulama Klasik yang Terlupakan

5 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Masyarakat Adat

    Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Fenomena Walid; Membaca Relasi Kuasa dalam Kasus Kekerasan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Spirit Siti Hajar dalam Merawat Kehidupan: Membaca Perjuangan Perempuan Lewat Kacamata Dr. Nur Rofiah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Jam Masuk Sekolah Lebih Pagi Bukan Kedisiplinan, Melainkan Bencana Pendidikan
  • Iduladha: Lebih dari Sekadar Berbagi Daging Kurban
  • Masyarakat Adat dan Ketahanan Ekologi
  • 3 Faktor Sosial yang Melanggengkan Terjadinya KDRT
  • Dari Sapi Hingga Toleransi : Sebuah Interaksi Warga Muslim Saat Iduladha di Bali

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID