• Login
  • Register
Selasa, 3 Oktober 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Aktual

Belajar dari Tragedi Guru Budi

Zahra Amin Zahra Amin
05/02/2018
in Aktual
0
Guru Budi
13
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Kamis, 1 Februari 2018 Indonesia telah kehilangan salah satu putera terbaiknya. Ahmad Budi Cahyono, seorang guru honorer meninggal dunia di saat bertugas mengajar di salah satu SMAN di Sampang Madura. Guru Budi meregang nyawa akibat dianiaya muridnya sendiri, karena tidak terima atas perlakuan sang guru yang telah mencoret pipinya dengan cat air. Sebelumnya saat pelajaran menggambar berlangsung, siswanya HI tak peduli, dia terus mengganggu teman-temannya, bahkan kemudian tidur seenaknya di dalam kelas.

Peristiwa ini menghentak kesadaran kita bersama, bahwa pendidikan karakter yang selama ini digencarkan masih belum berjalan dengan maksimal. Kecaman datang dari berbagai pihak, terutama ditujukan pada sang pelaku yang masih anak-anak dan berstatus pelajar. Lupa bahwa sang pelaku menjadi bersikap begitu karena pola pendidikan yang telah salah dia terima. Ada juga peran lingkungan keluarga di mana dia lahir dan dibesarkan.

Peristiwa yang terjadi di Sampang itu setidaknya menjadi bahan introspeksi kita sebagai orang tua tentang bagaimana mendidik anak dengan akhlak yang baik. Sebab mungkin saja suatu hari peristiwa yang sama akan terulang kembali, di mana pelakunya adalah anak-anak kita sendiri.

 

Meski akhirnya pelaku dibebankan ancaman hukuman 7 tahun penjara, namun itu tidak memotong akar masalahnya. Stigma negatif yang melekat pada pelajar sebagai sumber masalah, atau perilaku siswa yang terjebak dalam pola kekerasan harus segera diakihiri. Harus segera dilakukan langkah-langkah preventif, agar ke depan tidak akan ada lagi kekerasan murid terhadap guru, atau sebaliknya guru kepada muridnya, hingga mengakibatkan kematian.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Ethical Implications: Relasi Guru dan Murid dalam Membangun Kesalingan
  • Film Sokola Rimba: Butet Marunung dan Orang-orang Rimba
  • Menilik Kasus Siswa Membakar Sekolah Karena Dibully
  • Tiga Perempuan Guru Syekh Ibnu Arabi

Baca Juga:

Ethical Implications: Relasi Guru dan Murid dalam Membangun Kesalingan

Film Sokola Rimba: Butet Marunung dan Orang-orang Rimba

Menilik Kasus Siswa Membakar Sekolah Karena Dibully

Tiga Perempuan Guru Syekh Ibnu Arabi

Tangung jawab ini tidak hanya dibebankan pada pemerintah sebagai penyelenggara negara, atau pihak sekolah dan guru. Namun juga harus ada keterlibatan orang tua dalam mengasuh serta mendidik anak.

Jika meminjam konsep “Semua Murid Semua Guru” yang digagas oleh Najeela Syihab, putri dari KH. Quraisy Syihab, kita akan menaruh harapan besar terhadap pola pendidikan di Indonesia, yang tidak hanya membangun fisik anak namun juga jiwanya. Bagaimana merangkul semua pihak agar bersama-sama melakukan pola pengasuhan anak, karena kita tidak bisa menyerahkan semua tanggung jawab pada pemerintah. Kemampuan mereka terbatas. Maka harus muncul insiatif-insiatif, di mana masyarakat harus berdaya, serta sektor swasta yang juga bisa berperan aktif dengan menyediakan layanan dan fasilitas pendidikan.

Selain itu, masih menurut Najeela, pendidikan anak itu dimulai dari rumah bagaimana orang tua memberi teladan yang baik terhadap anak-anaknya. Bukan sejak dari sekolah, sehingga salah jika perilaku anak yang kurang baik dibebankan pada gurunya. Kemudian tentang membiasakan tradisi literasi yang tidak hanya soal kemampuan membaca, tetapi melahirkan proses diskusi dan berpikir kritis pada anak. Semua harus diawali dari orang tua yang juga gemar membaca, memberi contoh dan pembelajaran langsung kepada anaknya. Merangsang stimulasi sehinga anak dapat berpikir kritis. Maka literasi harus dimulai sejak usia dini, karena membaca adalah alat untuk mengajarkan pendidikan karakter yang kuat pada anak di kemudian hari.

Melalui keluarga, Najeela menekankan 3 kurikulum utama dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Pertama, disiplin positif, yakni menumbuhkan disiplin dengan memberdayakan anak dan menggunakan pendekatan yang baik. Kedua, hubungan reflektif, setiap anggota keluarga berperan dan berkontribusi dalam menciptakan interaksi yang menyenangkan dan bermakna. Ketiga, belajar afektif yakni pemahaman akan ketrampilan dan sikap yang akan bermanfaat bagi anak dalam menghadapi tantangan di masa depan.

Sedangkan terkait dengan relasi guru dan murid, dalam Maqalah Mubadalah No. 19 disebutkan “Aku memperlakukan orang lain sebagaimana aku ingin diperlakukan dia. Saling memanusiakan tentu adalah yang utama”. Maka jika melihat prinsip kesalingan, antara guru dan murid harus saling menghormati. Guru juga harus bisa memanusiakan murid, tanpa meremehkan, merendahkan, atau pada situasi tertentu guru laki-laki kerap sengaja menistakan murid perempuan yang menjadi korban kekerasan.

Pola relasi antara murid dan guru itu mempunyai ikatan yang istimewa. Tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan dari guru kepada murid, namun juga belajar bagaimana menghargai orang yang telah berjasa, dari tidak tahu apa-apa menjadi tahu segala hal. Kemuliaan guru sebanding dengan orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan kita, sehingga sudah sepantasnya kita memberikan penghormatan lebih, dengan tetap memegang prinsip resiprokal dan memanusiakan manusia.

Jadi melalui tulisan ini, saya mengajak kita belajar dari tragedi guru Budi, sebagai ruang introspeksi diri bagaimana menerapkan pendidikan karakter pada anak, dan tidak melupakan kemuliaan guru sebagai orang yang telah banyak berjasa dalam kehidupan kita. Dengan prinsip Maqalah Mubadalah no. 19 itu, menjadi refleksi kita bersama untuk bisa saling memperlakukan orang lain dengan baik, Dan setiap orang juga belajar bagaimana menjadi guru dan murid yang berkesalingan, sebagaimana konsep “Semua Murid Semua Guru”.[]

Tags: gurumuridmurid pukuli gurupembunuhan gurupenganiyaan guruTragedi Guru Budi
Zahra Amin

Zahra Amin

Zahra Amin Perempuan penyuka senja, penikmat kopi, pembaca buku, dan menggemari sastra, isu perempuan serta keluarga. Kini, bekerja di Media Mubadalah dan tinggal di Indramayu.

Terkait Posts

Ashoka Indonesia

Ashoka Indonesia Kembali Mengadakan Mitigasi Krisis Iklim Melalui SICI

30 September 2023
Hari Santri 2023

Jelang Hari Santri 2023, Kemenag Harap Jadi Momen Glorifikasi Pesantren

17 September 2023
Stabilitas Wakaf

Pengembangan Instrumen Wakaf Dinilai Efektif Jaga Stabilitas Sosial Ekonomi Masyarakat

11 September 2023
Suara Perempuan Pemilu

Suara Perempuan untuk Pemilu 2024: Pertegas Pemilu yang Setara, Adil dan Inklusif

29 Agustus 2023
Perempuan Nasional

5 Rekomendasi Kongres Perempuan Nasional Semarang

27 Agustus 2023
Kongres Perempuan Nasional

Kongres Perempuan Nasional Hasilkan Maklumat Semarang dan 5 Rekomendasi

27 Agustus 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Menolak Perjodohan

    Perempuan Berhak Menolak Perjodohan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Fun Fact tentang Sayyidah Aisyah, Sosok Perempuan Inspiratif dalam Panggung Sejarah Kenabian

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Gambar Perempuan Membatik masih Mewarnai Pamflet Hari Batik Nasional?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah Istri adalah Hiasan Dunia?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Insecurity Laki-laki dan Strategi Ketahanan Mental Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Suami dan Istri adalah Sama-sama Hiasan Dunia
  • Mengenal Mojokerto Melalui Buk Buk Neng
  • Relasi Mubadalah Pastikan Laki-laki Menjadi Saleh dan Perempuan Jadi Shalihah
  • Merayakan Hari Kesaktian Pancasila dengan Refleksi Ulang Implementasi Sila Kedua: Merawat Alam dan Lingkungan
  • Beragam Mitos Stereotip Negatif kepada Pendaki Perempuan

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist