Mubadalah.id – Dalam berelasi dengan anak, Islam mengajarkan bahwa kedua orangtua harus mendasarkan pada prinsip kasih sayang yang muaranya pada kepentingan anak.
Ketika berbicara dan berperilaku yang dimaksudkan untuk mendidik anak, pastikan sang anak yang akan memperoleh manfaat.
Pilar ini merujuk Hadis-Hadis tentang prinsip utama relasi dengan anak adalah dasar kasih sayang.
Di antaranya termuat dalam kitab Shahih al-Bukhari Hadis no. 6063 dan Sunan al-Tirmidzi Hadis no. 2046.
Dari az-Zuhri: bercerita kepada kami, oleh Abu Salamah bin Abdurrahman, bahwa Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah Saw. mencium sang cucu, Hasan bin Ali, dengan penuh kasih sayang.
Di samping beliau ada Aqra’ bin Habis al-Tamimi r.a. menimpali:
“Aku punya anak sepuluh, tidak ada satu pun yang aku cium.”
Kemudian, Nabi Saw. memandangnya (penuh heran) lalu berkata: “Orang yang tidak menyayangi (anak, atau orang lain), akan sulit Tuhan dan manusia sayang. (Shahih al-Bukhari, no. 6063).
Dari Ibn Abbas r.a. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: “Bukan dari kelompok kami orang yang tidak menyayangi anak-anak kecil kami dan tidak menghormati orangorang tua kami. Tidak memerintahkan kebaikan dan tidak mencegah kemungkaran.” (Sunan al-Tirmidzi, no. 2046).
Fitrah atau Dasar
Dalam melakukan kerja pengasuhan (mengasuh, mendidik, dan membesarkan anak) harus memahami bahwa anak memiliki fitrah dasarnya sendiri dan dunia perkembangannya sendiri.
Kemudian, anak bukan orang dewasa yang dalam bentuk mini. Bayi usia O-1 tahun, lalu usia 1-3 tahun, kanak-kanak, dan remaja.
Bahkan seterusnya memiliki fitrah dasarnya masing masing, baik secara biologis, psikis, maupun mental. Hal ini merujuk pada teks Hadis di kitab Shahih al-Bukhari no. 1401 tentang fitrah tersebut. []