• Login
  • Register
Jumat, 16 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Keistimewaan Wanita Hamil Ala Mubadalah

Al-Mawardī menyebutkan tiga tafsiran wahnan ‘alā wahnin; syiddah ‘alā syiddatin (kesukaran yang berkelanjutan), juhdan ‘alā juhdin (kesungguhan yang terus diperjuangkan) dan du’fan ‘alā du’fin (lemah yang terus bertambah)

Nur Kholilah Mannan Nur Kholilah Mannan
28/09/2022
in Personal, Rekomendasi
0
Keistimewaan Wanita Hamil

Keistimewaan Wanita Hamil

822
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Al-ajru biqadri at-ta’bi, pahala sesuai dengan tingkat kepayahan. Kiranya kaidah ini yang tepat untuk memahami keistimewaan wanita hamil. Surat Al-Luqman ayat 14 mengatakan dengan jelas bahwa mengandung adalah pengalaman yang berat berkelanjutan (wahnan ‘alā wahnin), semakin bertambah tua masa kehamilan semakin berat dan masyakah pembawaannya, melahirkan sampai selesai masa nifas, menyusui kemudian menyapih.

Bukan hal ringan melewati masa itu. Saat hamil di trimester kedua ibu tidak bisa tengkurap dan sering terlentang sebab mengakibatkan janin kekurangan oksigen. Tidak bisa sering miring kanan sebab mengakibatkan pembuluh darah tersumbat. Pun banyak makanan yang harus ibu konsumsi atau hindari demi kesehatan janin. Padahal tidak terbiasa mengkonsumsi itu semua.

Pasca melahirkan pun pendidikan pertama pada anak dilakukan oleh ibu, kadang ia tanggung sendirian. Maka tidak heran jika Nabi Muhammad SAW sampai menyebutkan “ibumu” tiga kali pada seorang sahabat yang bertanya “Kepada siapa aku berbuat baik?” baru ke empatnya menyebut “Bapakmu”.

Tafsir Al-Mawardi

Al-Mawardī menyebutkan tiga tafsiran wahnan ‘alā wahnin; syiddah ‘alā syiddatin (kesukaran yang berkelanjutan), juhdan ‘alā juhdin (kesungguhan yang terus diperjuangkan) dan du’fan ‘alā du’fin (lemah yang terus bertambah). Sungguh tidak bisa dibayangkan rasa nikmat letihnya hamil kecuali merasakannya sendiri. Dan sungguh lalim seorang yang menganggap hamil adalah salah satu bentuk kelemahan perempuan.

Oleh karena kehebatan perempuan menanggung kesulitan tersebut, penulis merangkum sekian keutamaan perempuan hamil. Di antaranya; pertama, diangkat derajatnya. Terbukti dalam surat Lukman ayat 14 Allah memerintah أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ  “..Bersyukurlah pada-Ku dan pada orang tuamu. Hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Allah mensejajarkan perintah berterima kasih kepada-Nya dan kepada orang tua. Karena Allah yang menghendaki adanya manusia di muka bumi dan orang tua menjadi wasilah keberadaannya, menyatunya sperma bapak dan ovum  ibu, dititipkannya di rahim ibu selama 9 bulan, wahnan ‘alā wahnin, semakin hari semakin berat, kemudian dilahirkan dan disusui selama 2 tahun.

Baca Juga:

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Tafsir Hadits Perempuan Tidak Boleh Jadi Pemimpin Negara

Kedua, Allah menghadiahkan predikat mati syahid pada perempuan yang meninggal saat melahirkan sebagai penghapus kesalahannya (Syarh Muwatta’: 2/27) setara dengan para tentara yang berjuang saat berperang melawan kaum kafir Quraisy, menahan beratnya meninggalkan keluarga untuk berjuang yang taruhannya tidak pasti, hidup ataukah mati. Tapi begitulah perjuangan dalam kebaikan, hidup mulia atau mati syahid. Hamil-melahirkan juga begitu, menjalani 9 bulan yang penuh perjuangan maka andai gugur Allah menggantinya dengan predikat syuhada.

Ketiga, membuat Nabi bangga karena berkontribusi memperbanyak umat pengikut nabi Muhammad. فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ الْأُمَمَ sungguh aku bangga dengan banyaknya umatku.  Namun demikian tidak bisa kita ambil kesimpulan bahwa perempuan yang tidak memiliki anak lantas Nabi membencinya.

Memiliki anak adalah suatu kebaikan bila kita didik dengan baik untuk menyebarkan ajaran Nabi, dan berpotensi menjadi keburukan jika kita didik dengan sebaliknya. Tidak ada kebaikan yang independen, selalu ada keterkaitan dengan kebaikan lainnya.

Jaminan Surga

Keempat, masuk surga dengan catatan memiliki relasi baik dengan partnernya (baca: suami). Diceritakan dalam kitab Al-Ātsār li Abī Yūsuf, seorang wanita hamil bersama anaknya yang masih balita datang ke Nabi. Apapun yang ia pinta Nabi selalu memberinya, lantas Nabi berkata “Seorang wanita hamil, menyayangi anak-anaknya, jika tidak karena sikap (menyakiti) pada suaminya niscaya tempat salatnya masuk surga”

Tempat salatnya saja masuk surga apalagi orang yang salat di tempat itu. Namun perlu kita ketahui, membaca hadis ini seyogyanya kita baca dengan prinsip kemitraan (kesalingan) sebagai pilar pernikahan, yakni istri tidak baik menyakiti suami sebagaimana suami seharusnya bersikap baik pada istri.

Lebih-lebih saat hamil, sebab jamak kita ketahui hormon wanita hamil berubah-ubah. Maka hendaknya wanita sebisa mungkin mengontrol emosinya dan lelaki memahmi perubahan tak menentu tersebut.

Konon doa wanita hamil mustajab tapi penulis belum menemukan sumbernya. Namun mungkin logikanya begini, wanita hamil riskan kesakitan baik fisik atau psikisnya, dengan perubahan fisik dan emosional yang tidak menentu. Dan doa orang sakit dalam satu riwayat lebih cepat terkabulkan.

Dalam kitab al-Adzkār an-Nawawī ada riwayat, Nabi menganjurkan menjenguk orang sakit karena doanya sebanding dengan doa malaikat, lebih cepat diijabah. Sebagai catatan, sebagian ulama menganggap hadis ini lemah karena terdapat cacat pada periwayatnya.

Namun bagi penulis hadis ini mengandung pesan bijak yakni menjenguk orang sakit, maka tak masalah mengamalkannya. Dalam syarahnya, Ibn Muhammad ‘Allān menjelaskan bahwa doa orang sakit merupakan doa orang yang terdesak, dan dia baru saja bersih dari dosa.

Akhir kata, selamat mengelola emosi menjadi ladang pahala, bagi wanita hamil, suaminya atau orang-orang di sekeliling wanita hamil. walLahu a’lam. []

 

Tags: Hak Kesehatan ReproduksiIbuKehamilanPengalaman biologis perempuanperempuan
Nur Kholilah Mannan

Nur Kholilah Mannan

Terkait Posts

Kashmir

Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan

16 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Perempuan Fitnah

Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Pendidikan Seks

Pendidikan Seks bagi Remaja adalah Niscaya, Bagaimana Mubadalah Bicara?

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Nakba Day

    Nakba Day; Kiamat di Palestina

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Fitnah Laki-laki? Menimbang Ulang dalam Perspektif Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menggugat Poligami, Menegakkan Monogami
  • Kashmir: Tanah yang Disengketakan, Perempuan yang Dilupakan
  • Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia: Bersama Ulama dan Guru Perempuan, Bangkitlah Bangsa!
  • Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban
  • 5 Kewajiban Suami untuk Istri yang sedang Menyusui

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version