• Login
  • Register
Minggu, 6 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Nyai Pemimpin Pesantren

Nyai Marsiyah tidak hanya berhasil memimpin pesantren Jambu, baik santri laki-laki maupun perempuan, membawahi para staf/ustadz laki-laki dan perempuan, tetapi juga aktif berkiprah di ruang publik sebagai penulis/penyair

Redaksi Redaksi
23/09/2024
in Hikmah, Pernak-pernik
0
Nyai Pemimpin Pesantren

Nyai Pemimpin Pesantren

434
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Pada awal abad 20, kaum perempuan mulai mendapat kesempatan memasuki dunia pendidikan baik sebagai murid, guru, pemimpin atau pendiri sekolah perempuan. Akan tetapi, apa yang membuat putri pertama KH. Hasyim Asy’ari, Nyai Khoiriyah istimewa saat itu sebagai pemimpin pesantren ialah karena ia memimpin pesantren laki-laki.

Bahkan ia juga memimpin sejumlah staf laki-laki melalui pesantren yang didirikannya bersama suaminya KH. Maksum Ali, Pesantren Seblak di Jombang Jawa Timur.

Kiprah keulamaan Nyai Khoiriyah terbilang istimewa, selain menginisiasi dan memimpin pesantren putri yang pertama. Ia juga mendirikan sekolah perempuan pertama di Mekah, Madrasah lil Banat. Madrasah tersebut sebagai tempat ia tinggal selama 19 tahun mengikuti suami keduanya setelah suami pertama wafat.

Sekembalinya dari Mekah, ia kembali memimpin pesantren Seblak dan aktif di berbagai kegiatan sosial keagamaan.

Keulamaan Nyai Khoiriyah juga kita akui di antaranya dengan tercacatnya beliau sebagai ulama perempuan pertama dan satu-satunya yang masuk jajaran Bahsul Masail di PBNU. Serta menjadi anggota Badan Syuriah PBNU yang beranggotakan para kyai senior pada 1960an. Hingga menjadi Ketua Muslimat NU yang pertama.

Baca Juga:

Siapa Pemimpin dalam Keluarga?

Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

Qiyas Sering Dijadikan Dasar Pelarangan Perempuan Menjadi Pemimpin

Membantah Ijma’ yang Melarang Perempuan Jadi Pemimpin

Dalam dunia kepesantrenan, pada umumnya, saat Kyai wafat, Nyai mengambil alih peran memimpin pesantren meski umumnya terbatas pada santri putri.

Jika yang menggantikan putranya, maka Nyai mendapat tempat istimewa sebagai orang yang dimintai nasihat mengenai urusan-urusan kepesantrenan.

Di luar itu, terdapat kasus yang terbilang jarang terjadi yaitu Nyai menjadi pemimpin bagi santri putri dan putra sekaligus. Hal ini dicontohkan dalam kasus Pesantren Seblak yang didirikan pada tahun 1921 yang kerap dijadikan rujukan penting mengenai peran kepemimpinan perempuan di pesantren.

Karena keunikannya itu, pesantren Seblak pun menjadi prototipe bagi model kepemimpinan perempuan di pesantren.

Nyai Masriyah Amva

Dalam konteks Babakan hari ini, dalam kapasitas keulamaan yang berbeda, kita dapat melihat keberhasilan Nyai Masriyah Amva yang memimpin Pesantren Kebon Jambu sepeninggal suaminya, KH. Muhammad, dengan capaian yang terbilang istimewa.

Nyai Marsiyah tidak hanya berhasil memimpin pesantren Jambu, baik santri laki-laki maupun perempuan, membawahi para staf/ustadz laki-laki dan perempuan. Tetapi juga aktif berkiprah di ruang publik sebagai penulis/penyair yang cukup produktif beserta berbagai aktivitas lainnya. Di sini, kemampuan manajerial Nyai dalam mengelola pesantren tampak menonjol.

Peran Nyai semakin penting seiring perkembangan zaman saat para Nyai semakin mendapatkan ruang untuk mengenyam pendidikan formal yang lebih tinggi.

Di sekolah-sekolah formal yang berafiliasi dengan pesantren seperti saat ini di mana pesantren memiliki sekolah tinggi atau kampus, maka para Nyai pun melakukan tranformasi keilmuan itu tidak hanya kepada santri perempuan tetapi juga laki-laki.

Peran Nyai ini meluas sejak tahun 80an, saat majelis taklim merebak, dan anggotanya kebanyakan perempuan. Nyai memiliki peran penting memediasi interaksi pesantren dengan masyarakat. Ia menjadi agen bagi penafsiran modernisasi bagi perempuan di pedesaan. []

Tags: Nyaipemimpinpesantren
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Bekerja adalah bagian dari Ibadah

Bekerja itu Ibadah

5 Juli 2025
Bekerja

Jangan Malu Bekerja

5 Juli 2025
Bekerja dalam islam

Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

5 Juli 2025
Kholidin

Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

5 Juli 2025
Sekolah Tumbuh

Belajar Inklusi dari Sekolah Tumbuh: Semua Anak Berhak Untuk Tumbuh

4 Juli 2025
Oligarki

Islam Melawan Oligarki: Pelajaran dari Dakwah Nabi

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Gerakan KUPI

    Berjalan Bersama, Menafsir Bersama: Epistemic Partnership dalam Tubuh Gerakan KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Jun-hee dalam Serial Squid Game dan Realitas Perempuan dalam Relasi yang Tidak Setara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ISIF akan Gelar Halaqoh Nasional, Bongkar Ulang Sejarah Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Islam Memuliakan Orang yang Bekerja

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kholidin, Disabilitas, dan Emas : Satu Tangan Seribu Panah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Film Rahasia Rasa Kelindan Sejarah, Politik dan Kuliner Nusantara
  • Bekerja itu Ibadah
  • Menemukan Wajah Sejati Islam di Tengah Ancaman Intoleransi dan Diskriminasi
  • Jangan Malu Bekerja
  • Yang Benar-benar Seram Itu Bukan Hidup Tanpa Nikah, Tapi Hidup Tanpa Diri Sendiri

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID