• Login
  • Register
Kamis, 21 September 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Figur

Mengenal Dewi Sartika: Tokoh Perempuan Menak Sunda

Dewi Sartika adalah tokoh perempuan Sunda yang menyuarakan aspirasi hak perempuan dalam mendapatkan akses pendidikan

Andri Nurjaman Andri Nurjaman
15/08/2023
in Figur
0
Dewi Sartika

Dewi Sartika

955
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id– Dewi Sartika merupakan satu dari sekian tokoh perempuan Indonesia yang berjasa terhadap perjuangan hak-hak perempuan dalam mengakses bidang pendidikan.

Daftar Isi

    • Pendidikan Masa Belanda
    • Cara Pandang Baru Perempuan Indonesia
  • Baca Juga:
  • Agama dan Budaya: Transformasi Sosial Ala Gus Dur
  • Fakta Sejarah Perempuan Aktif di Masjid
  • Tafsir Surah al-Qasas Ayat 24: Benarkah Do’a Nabi Musa untuk Mempermudah Bertemu Jodoh?
  • Menelusuri Kearifan Etika di Balik Tradisi Upacara Satu Suro di Petilasan Joyoboyo Kediri
    • Dewi Sartika: Tokoh Perempuan Menak Sunda
    • Sekolah Kaumatan Istri
    • Semangat Mubadalah dalam Sejarah Perjuangan Dewi Sartika

Pendidikan Masa Belanda

Pada abad ke-19, penjajah Belanda di Indonesia membuka sekolah kepada masyarakat Indonesia atau bumipoetra sebagai lembaga pendidikan, pelatihan dan keterampilan yang sesuai dengan kepentingan ekonomi kaum penjajah. Ternyata pendidikan inilah yang kemudian menjadi faktor utama dalam proses transformasi masyarakat Indonesia.

Salah satu hasil dari pendidikan, pelatihan dan keterampilan tersebut adalah lahirnya cara pandang baru perempuan Indonesia, pada waktu itu bahwa memang pendidikan adalah alat yang mampu untuk mengubah keadaan ke arah kemajuan bagi masyarakat, termasuk untuk meningkatkan kesejahteraan yang bersifat sosial dan meningkatkan derajat perempuan.

Pada masa penjajahan, kezaliman bukan hanya dirasakan oleh kaum laki-laki, namun juga kaum perempuan yang mungkin lebih mendapatkan kezaliman, hal ini karena adanya pandangan rendah terhadap perempuan yang juga dibawa oleh cara pandang Belanda. Bahkan cara pandang diskriminatif kulit putih kepada kulit berwarna.

Cara Pandang Baru Perempuan Indonesia

Pandangan baru dari para perempuan yang terpelajar ini sesuai apa yang dikatakan oleh Schrieke bahwa pendidikan melepaskan mereka dari cengkraman lingkungan lama sekaligus menghancurkan pandangan lama dalam hal moral dan kaidah-kaidah sosial. Maka perempuan terdidik tadi mulai membuat gerakan kearah perubahan untuk perbaikan dan kesejahteraan sosial melalui jalur pendidikan.

Baca Juga:

Agama dan Budaya: Transformasi Sosial Ala Gus Dur

Fakta Sejarah Perempuan Aktif di Masjid

Tafsir Surah al-Qasas Ayat 24: Benarkah Do’a Nabi Musa untuk Mempermudah Bertemu Jodoh?

Menelusuri Kearifan Etika di Balik Tradisi Upacara Satu Suro di Petilasan Joyoboyo Kediri

Adalah Raden Dewi Sartika yang memulai gerakan perubahannya melalui jalur pendidikan. Ia pernah berkata dalam bahasa Belanda “Wet is het algemeen nooding voor de intelellectueele en moreele opheffing der Inlandzche vrouw ? Naar mijn bescheiden meaning zal dit ten opzichte van de vrouw in dit geval wel wet erg veal verschilen met de manner. Zij zal nevens een behoorlijke opvoeding degelijk geschoold moeten wezen. Uitbreiding van kennis zal van invloed zijn op het moral der Inlandsche vrouw”.

Tokoh yang lahir pada masa penjajahan Belanda, biasanya fasih berbicara dan menulis memakai bahasa Belanda. Dalam hal ini Dewi Sartika mengatakan bahwa;

“Apa yang dibutuhkan pada umumnya untuk meningkatkan moral dan intelektual perempuan pribumi? Menurut pendapat saya yang sederhana perempuan dalam hal ini tidak berbeda banyak dari kaum laki-laki. Dia juga untuk pendidikan yang baik harus disekolahkan dengan baik pula. Pengembangan pengetahuan akan berpengaruh terhadap moral perempuan pribumi”

Dewi Sartika: Tokoh Perempuan Menak Sunda

Dewi Sartika adalah tokoh perempuan Sunda yang menyuarakan aspirasi hak perempuan dalam mendapatkan akses pendidikan. Ia adalah golongan perempuan dari keluarga priyayi terdidik yang lahir pada 4 Desember 1884 yang merupakan anak kedua dan merupakan puteri pertama dari pasangan R. Rangga Somanagara (Seorang Patih di Bandung) dengan R.A. Rajapermas (puteri Bupati Bandung yaitu R.A.A Wiranatakusumah IV).

Status sebagai anak menak Sunda menjadikan sebuah legitimasi baginya untuk memimpin rakyat dalam gerakan perubahannya tersebut yang menunjukan bahwa dia sebagai agen of change, yang bukan hanya diperankan oleh laki-laki, tapi perempuan yang memiliki kepasitas juga mampu untuk memimpin sebagai agen of change tersebut.

Ia mulai belajar di Eerste Klasse School yang  kemudian berkembang menjadi Hollandsch Inalndsche School (HIS), pendidikannya tersebut berimplikasi kepada jiwanya yang demokratis dan memihak kaum lemah serta melahirkan semangat untuk terus belajar dan melahirkan pengamatan yang tajam. Oleh karena itu, Dewi Sartika dan saudara-saudaranya yang lain suka bergaul akrab dengan anak-anak masyarakat kelas bawah.

Sekolah Kaumatan Istri

Dalam bukunya Rochiati Wiriaatmadja berjudul Dewi Sartika, bahwa dalam  mewujudkan cita-citanya, ia mendirikan Sekolah Kaumatan Isteri pada 1904 di Bandung. Sekolah  ini sangat sederhana, namun antusiasme dan semangat yang besar dari para perempuan untuk belajar tidaklah menjadikannya halangan dalam menambah ilmu pengetahuan.

Adapun para pengajar terdiri dari perempuan-perempuan priyayi terdidik dan dengan sukarela membantu perjuangan Dewi Sartika.

Sekolah Kaumatan Istri ini merupakan sekolah yang jelas berbeda dengan sekolah buatan Belanda yang diskriminatif terhadap golongan lemah. Sekolah ini adalah sekolah bagi rakyat jelata, hal ini sesuai dengan sikap dan pandangan hidup dari seorang tokoh perempuan Sunda yang demokratis ini.

Adapun pelajaran di sekolah kaumatan istri adalah pelajaran domestik seperti memasak dan menjahit. Lalu ada pula pengajaran mengenai ilmu-ilmu agama.

Pada tahun 1906, Raden Dewi Sartika menikah dengan R. Kd. Agah Suriawinata, seorang guru yang kemudian menjadi kepala sekolah di Eerste Klasse School Karang Pamulang.

Ternyata, pernikahannya tersebut tidak menghalangi cita-cita dan perjuangannya, bahkan suaminya memberikan pengertian bahkan bantuan sepenuhnya kepada istrinya. Kedisiplinan dan pembagian waktu yang tepat adalah kunci keserasian dan kerjasama suami-istri ini dalam menghadapi pekerjaan dan tugas rumah tangga.

Semangat Mubadalah dalam Sejarah Perjuangan Dewi Sartika

Dari kenyataan sejarah ini, Dewi Sartika menunjukan bahwa peran perempuan dalam sektor publik sangat penting. Terutama dalam perjuangannya terhadap kondisi pendidikan perempuan di tanah Sunda sejak abad ke-19.

Gerakan perjuangannya juga menunjukan sejarah kelam kehidupan perempuan masa penjajahan Belanda. Yaitu adanya ketidakadilan gender dalam hal ruang dan akses pendidikan, dalam hal ini rakyat pribumi, khususil khusus perempuan yang hanya sebagai simbol dan sebagai gundik oleh penjajah Belanda.

Lalu ternyata, kemubadalahan atau kesalingan antara suami-istri dalam menjalankan peranan di sektor publik dan kehidupan rumah tangga sudah pula terlihat juga oleh Dewi Sartika dan suaminya yaitu R. Kd. Agah Suriawinata.

Hal ini menunjukan bahwa pernikahan tidak akan menganggu karir, cita-cita dan perjuangan dari seorang istri dalam perjuangnnya memajukan bidang pendidikan bagi perempuan.

Dalam hal urusan domestik rumah tangga, Dewi Sartika dengan suaminya tersebut menjalin kedisiplinan, kerjasama dan pembagian tugas yang tentunya adil. Inilah semangat mubadalah dalam realitas sejarah dari sosok Raden Dewi Sartika yang patut kita insyafi dan teladani. []

Tags: Dewi SartikaIndonesiaPahlawan PerempuanPerempuan Sundasejarah
Andri Nurjaman

Andri Nurjaman

Akademisi dan Pendidik Minat Kajian : Sejarah Islam, Peradaban Islam, Studi Agama

Terkait Posts

Pejuang Nahdlatul Ulama

Selamat Jalan Pejuang Nahdlatul Ulama Prof Dr Sri Mulyati MA

21 September 2023
Perkembangan Budaya

Putri Ong Tien dan Perkembangan Budaya di Cirebon

18 September 2023
Nyai Hj Dlomroh Lirboyo

Nyai Hj Dlomroh Lirboyo: Bagai Sayyidah Khadijah dari Tanah Kediri

7 September 2023
Prinisp Islam Disabilitas

Prinsip Islam tentang Disabilitas Menurut KH. Afifuddin Muhajir

1 September 2023
Sheikh Hasina Wazed

Sheikh Hasina Wazed: Kontribusi Kuat Perempuan dalam Bidang Politik

31 Agustus 2023
Kasidah Modern

Rofiqoh Darto Wahab: Ulama Perempuan Penyanyi Kasidah Modern Pertama di era 70-an

21 Agustus 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Perempuan Jawa

    Anak Perempuan Jawa: Beban Orang Tua?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perspektif Mubadalah: Konsep Jihad bisa Berada di Ranah Publik dan Domestik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Refleksi Akademi Mubadalah Muda 2023 Part II : Trilogi Fatwa KUPI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bukan Bidadari Surga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Jihad Perempuan di Masa Nabi Muhammad Saw

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Makna Mubadalah dalam Hadis Jihad Perempuan di Dalam Rumah Tangga 
  • Selamat Jalan Pejuang Nahdlatul Ulama Prof Dr Sri Mulyati MA
  • Jihad Perempuan dalam Rumah Tangga
  • Etika Sufi Ibn Arabi (2): Mendekati Tuhan dengan Merawat Alam
  • Jihad di Dalam Rumah Tangga Bersifat Resiprokal

Komentar Terbaru

  • Ainulmuafa422 pada Simple Notes: Tak Se-sederhana Kata-kata
  • Muhammad Nasruddin pada Pesan-Tren Damai: Ajarkan Anak Muda Mencintai Keberagaman
  • Profil Gender: Angka tak Bisa Dibiarkan Begitu Saja pada Pesan untuk Ibu dari Chimamanda
  • Perempuan Boleh Berolahraga, Bukan Cuma Laki-laki Kok! pada Laki-laki dan Perempuan Sama-sama Miliki Potensi Sumber Fitnah
  • Mangkuk Minum Nabi, Tumbler dan Alam pada Perspektif Mubadalah Menjadi Bagian Dari Kerja-kerja Kemaslahatan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist