• Login
  • Register
Kamis, 10 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Publik

Tragedi Perkosaan Massal Mei 1998 itu Nyata !!!

Data-data ini menunjukkan bahwa tragedi perkosaan massal 1998 benar terjadi. Penyangkalan atas kekerasan seksual ini sama saja dengan mengingkari semangat reformasi.

Dalpa Waliatul Maula Dalpa Waliatul Maula
16/06/2025
in Publik
0
Tragedi Perkosaan Massal

Tragedi Perkosaan Massal

1.5k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Untuk kesekian kalinya, pemerintahan Indonesia tidak berhasil memberikan hak kepada rakyatnya terkhusus dalam memberikan keadilan. Tragedi perkosaan massal yang memakan puluhan korban, sama sekali tidak diakui kejadiannya oleh pemerintah. Hal ini disampaikan Menteri Kebudayaan Fadli Zon, dalam sebuah wawancara dengan jurnalis senior Uni Lubis.

Dalam wawancara tersebut Fadli Zon menyatakan bahwa tidak pernah ada perkosaan masal pada Mei 1998, ia menganggap bahwa tidak pernah ada cerita dan fakta yang nyata. Ia juga menyertakan bahwa tidak pernah ada sejarah yang ditulis mengenai perkosaan masal ini.

Pernyataan ini muncul dari seorang Mentri Kebudayaan yang seharusnya memvalidasi fakta sejarah yang sesungguhnya benar terjadi. Sebagai sesama perempuan saya sangat marah mendengar hal ini.

Karena menjadi penyintas kekerasan seksual adalah pengalaman yang sangat buruk bagi seorang perempuan. Proses pemulihannya membutuhkan waktu yang tidak singkat. Apalagi yang terjadi pada Mei 1998 adalah tubuh perempuan yang dilecehkan, diperkosa, dianiaya lalu dibakar semena-mena.

Sangat ironis, saat ini saya menyaksikan pejabat publik tidak mengadili para pelaku tragedi ini. Justru yang terjadi adalah keinginan untuk menghapusnya dari fakta sejarah dengan dalih tidak menemukan bukti sejarah yang mencatat hal tersebut.

Apakah Benar Tidak Ada Bukti dari Tragedi Perkosaan Masal Mei 1998?

Melansir dari Amnesty.id, hasil dokumentasi dan penyelidikan yang dilakukan oleh Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, yang dibentuk oleh Presiden B.J. Habibie pada bulan Juli 1998 mencatat adanya tindakan kekerasan seksual yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya, Medan dan Surabaya dalam peristiwa Mei 1998.

TGPF membagi kategori bentuk kekerasan seksual menjadi beberapa kategori, yaitu 52 korban perkosaan, 14 korban perkosaan dengan penganiayaan, 10 korban penyerangan/penganiayaan seksual dan 9 korban pelecehan seksual.

Baca Juga:

Kasus Francisca Christy: Ancaman Kekerasan di Era Digital itu Nyata !!!

Negara Amnesia, Korban Masih Terjaga: Kami Menolak Lupa atas Tragedi Pemerkosaan 98

Penambangan Nikel di Raja Ampat: Ancaman Nyata bagi Masyarakat Adat

Hai Kids Kekerasan pada Anak itu Nyata dan Ada

Data ini TGPF dapat dari sejumlah bukti dari keterangan korban, keluarga korban, saksi mata dan saksi lainnya seperti perawat, psikiater, pendamping rohaniawan, psikolog hingga keterangan dokter. Besar kemungkinan angkanya lebih besar karena masih banyak korban yang tidak melaporkan kasusnya.

Tragedi perkosaan massal terjadi bersama dengan kerusuhan Mei 1998. Kompas.com mencatat bahwa fakta gelap era reformasi benar adanya, ketika massa demonstrasi mengakibatkan kerusuhan di sejumlah kota besar menimbulkan kekerasan pelecehan dan pemerkosaan terhadap perempuan secara massal. Yang mana mayoritas korban berasal dari masyarakat etnis Tionghoa.

Tragisnya para pelaku tidak berhenti pada memperkosa korban saja, justru mereka membunuh korban. Aksi ini mereka lakukan secara bersamaan dengan pengrusakan, penjarahan dan pembakaran rumah, pertokoan hingga kendaraan di jalan raya.

Data-data ini menunjukkan bahwa tragedi perkosaan massal 1998 benar terjadi. Penyangkalan atas kekerasan seksual ini sama saja dengan mengingkari semangat reformasi.

Lalu Bagaimana Pemerintah Bersikap Terhadap Para Penyintas?

Para penyintas tragedi pekosaan massal merupakan orang-orang yang sangat rentan. Dalam Islam pemerintah adalah ulil amri yang seharusnya mengurus kemashlahatan umat, serta mempunyai kewenangan dalam mengatur suatu pemerintahan. Sebagaimana perintah Allah SWT untuk melindungi kalangan yang rentan dan dilemahkan:

وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاۤءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَخْرِجْنَا مِنْ هٰذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ اَهْلُهَاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّاۚ وَاجْعَلْ لَّنَا مِنْ لَّدُنْكَ نَصِيْرًا

Artinya: Mengapa kamu tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah dari (kalangan) laki-laki, perempuan, dan anak-anak yang berdoa, “Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.” (QS. an-Nisa ayat 75)

Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini sebagai perintah Allah kepada orang mukmin untuk melindungi dan menyelamatkan orang-orang yang lemah.

Melansir dari laman Islami.co, Mutawalli al-Sya’rawi menjelaskan bahwa asbabun nuzul ayat ini berkisah mengenai orang-orang Islam yang mengalami penindasan, penyiksaan yang tidak bisa keluar dari Mekkah.

Bahkan perlu ditekankan juga bahwa makna mustadh’afin tidak dibatasi ruang lingkupnya pada masyarakat muslim saja. Melainkan dapat dimaknai sebagai orang-orang lemah dengan lintas keyakinan dengan berbagai macam perbedaan.

Dalam konteks ini, dengan melihat klaim yang Menteri Kebudayaan sampaikan. Maka dengan memberikan perlindungan kepada penyintas dengan ikut serta menyuarakan tragedi 1998 menjadi sangat penting, agar sejarah kekerasan seksual yang tidak pernah kita lupakan.

Adapun penegakan keadilan terhadap perempuan-perempuan penyintas selayaknya menjadi perhatian utama pemerintah. Sebagaimana yang telah Presiden B. J. Habibie tegaskan bahwa tragedi ini telah mencoreng nama bangsa Indonesia sebagai masyarakat yang beragama dan bermoral.

Maka dari itu seharusnya pemerintah menindaklanjuti tragedi dengan menghukum pelaku, dan memberikan keadilan kepada korban. Hal ini sebagai bukti bahwa negara mampu bertanggung jawab atas sejarah kelam era reformasi. []

Tags: Mei 1998NyataPerkosaan MassalTragedi
Dalpa Waliatul Maula

Dalpa Waliatul Maula

Mahasantriwa SUPI ISIF. Aku senang mendengarkan musik mencoba hal-hal baru, suka menulis tentang isu perempuan dan masyarakat yang terpinggirkan, bisa ditemui di Ig @dalpamaula_

Terkait Posts

Melawan Perundungan

Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

9 Juli 2025
Nikah Massal

Menimbang Kebijakan Nikah Massal

8 Juli 2025
Intoleransi di Sukabumi

Intoleransi di Sukabumi: Ketika Salib diturunkan, Masih Relevankah Nilai Pancasila?

7 Juli 2025
Retret di sukabumi

Pengrusakan Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Sisakan Trauma Mendalam bagi Anak-anak

7 Juli 2025
Ahmad Dhani

Ahmad Dhani dan Microaggression Verbal pada Mantan Pasangan

5 Juli 2025
Tahun Hijriyah

Tahun Baru Hijriyah: Saatnya Introspeksi dan Menata Niat

4 Juli 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Pelecehan Seksual

    Stop Menormalisasi Pelecehan Seksual: Terkenal Bukan Berarti Milik Semua Orang

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengapa Pengalaman Biologis Perempuan Membatasi Ruang Geraknya?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Melawan Perundungan dengan Asik dan Menyenangkan
  • Ketika Perempuan Tak Punya Hak atas Seksualitas
  • Relasi Imam-Makmum Keluarga dalam Mubadalah
  • Mengebiri Tubuh Perempuan
  • Mengapa Perempuan Lebih Religius Daripada Laki-laki?

Komentar Terbaru

  • M. Khoirul Imamil M pada Amalan Muharram: Melampaui “Revenue” Individual
  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID