Mubadalah.id – Ibunda Nabi Musa begitu tawakkal menyerahkan keselamatan putranya kepada Allah SWT. Ia memohon pertolongan Allah dan meminta perlindungan-Nya atas putra kecilnya. Allah banyak memerintahkan umat di dalam Alquran untuk senantiasa bertawakal kepada-Nya.
Kisah ibunda Musa tersebut termaktub di dalam Alquran surat al-Qashash ayat 3 hingga 13. Kisah ini juga tercantum dalam Bibel. Nama Yokhebed merupakan nama yang tercantum dalam Bibel. Adapun dalam Alquran, tak diketahui nama ibunda Musa. Akan tetapi nama ibunda Nabi Musa yang populer di dalam Islam adalah Yukabad.
Bani israil kala itu memiliki sebuah raja yang sangat kejam yang bernama Fir’aun. Salah satu peraturan kejam yang Raja Fir’aun tetapkan adalah membunuh setiap kelahiran bayi laki-laki, dan membiarkan hidup bayi perempuan. Ia takut bayi laki-laki tersebut akan tumbuh menjadi pemuda yang akan melawan dan menggoncang pemerintahannya. Maka, setiap putra Bani Israil tak diizinkan melihat dunia meski sekejap mata. Nasib nahas itu pun menimpa Nabi Musa As.
Alih-alih bahagia melahirkan seorang anak, ibunda Musa, Yukabad dirundung kecemasan yang teramat sangat. Bagaimana jika ia harus menyaksikan bayi laki-lakinya itu terbunuh. Tentu saja, ia tak rela kehilangan si buah hati. Begitu melahirkan Musa, semakin cemaslah Yukabad karena yang ia lahirkan merupakan bayi laki-laki.
Kisahnya Tertulis dalam Al-Qur’an
Sehari, sebulan, hingga tiga bulan lamanya, Yukabad menyembunyikan putranya, Musa. Setiap hari ia dirundung kekhawatiran, takut jika soal kelahiran Musa terbongkar. Hingga kemudian, ibunda Nabi Musa berpikir untuk menyelamatkannya. Karena, lama kelamaan Musa pasti akan petugas kerajaan ketahui. Kebingungan melanda yang teramat sangat, ia pun kemudian mendapat ilham dari Allah untuk menghanyutkan Musa ke Sungai Nil. Sebagaimana Firman Allah di dalam Qs. al-Qashah ayat 7 ;
Artinya; “Dan kami ilhamkan kepada ibunya Musa “susuilah dia (Musa), dan apabila engkau khawatir terhadapnya maka hanyutkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah engkau takut dan jangan (pula) bersedih hati, sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya salah seorang rasul”.
Yukabad pun kemudian membuat sebuah peti tertutup dan memasukkan Musa ke dalamnya. Dengan linangan air mata, ia menghanyutkan keranjang mengikuti aliran sungai terpanjang di dunia tersebut. Yukabad begitu diliputi kesedihan dan kekhawatiran.
Air matanya bercucuran. Hampir saja ia berteriak kepada orang sekitar untuk menyelamatkan Musa yang hanyut terbawa air. Tapi, sang ibunda akhirnya memasrahkan Musa kepada Allah. Cukup Allah yang akan menyelamatkan buah hatinya.
Sebagai upaya, sang ibunda meminta putrinya Miryam untuk mengikuti kemana peti terbawa aliran sungai. “Ikutilah dia,” kata ibunda kepada Miryam dengan kesenduan di wajahnya. Kakak perempuan Musa tersebut pun diam-diam mengikuti aliran sungai. Atas kehendak Allah, peti Musa menuju sungai di dekat istana.
Saat itu, istri Fir’aun Asiyah, tengah berada di kebun istana dekat sungai bersama para pelayannya. Ketika melihat peti yang hanyut, ia pun meminta pelayannya untuk mengambil peti tersebut. Terkejutlah mereka ketika melihat bayi yang lucu berada di dalam peti.
Nabi Musa dalam Pengasuhan Asiyah
Sekali melihat Musa, Asiyah langsung jatuh hati. Allah menurunkan rasa sayang pada setiap orang yang melihat si kecil Musa. Tapi, Fir’aun telah melarang setiap bayi laki-laki untuk hidup. Maka, Asiyah pun membujuk suaminya untuk mengadopsi Musa sebagai anak angkat.
“Ia adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya. Mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak” ujarnya. Maka, diangkatlah Musa menjadi putra angkat keduanya. Maka, selamatlah Musa. Miryam merasa lega melihat adiknya dapat selamat. Meski demikian, Yukabad terus dirundung kesedihan karena kehilangan bayi mungilnya. Tapi, Allah Maha Pengasih dan Penyayang.
Dengan demikian, Asiyah dengan rasa bahagia bahwa kehadiran Nabi Musa mereka terima untuk hidup di wilayah kerajaan. Selang beberapa waktu memelihara bayi laki-laki (Musa), Asiyah ingin memberikan ASI untuk perkembangan hidupnya.
Pesan Moral
Namun yang terjadi bahwa Nabi Musa tidak mau meminum ASI selain dari ibundanya sendiri, Yukabad. Berbagai usaha Asiyah lakukan, untuk mencari sosok ibu yang bisa memberikan ASI nya kepada Musa. Namun, dari beberapa usaha tersebut, hasilnya tetap sama bahwa Musa tidak mau meminum ASI selain dari Ibundanya. Sebagaimana Firman Allah di dalam Qs. al-Qashah ayat 12 :
Artinya : “Dan Kami cegah dia (Musa) menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah dia (saudaranya Musa) “maukah aku tunjukkan kepadamu keluarga yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik padanya?”
Akhirnya, Miryam segera menawarkan bantuan untuk mencarikan wanita yang bisa menyusui bayi tersebut. Tentu saja, Asiyah membutuhkan wanita yang dapat menyusui anak angkatnya, Musa. Ahlu bait yang ditawarkan Miryam tersebut bukan lain adalah ibunda Musa, Yukabad.
Asiyah pun menerima tawaran tersebut. Maka, Yukabad pun dapat kembali memeluk putranya tercinta. Sesuai dengan janji Allah di Qs. al-Qashash ayat 13 itu, sungguh maha benar Allah atas janji-Nya, namun kebanyakan mereka tidak mengetahuinya.
Pesan moral dari kisah Yukabad dan anaknya (Musa) adalah, perjuangan seorang ibu yang rela berpisah dengan anaknya. Ia lakukan demi keselamatan dan keberlangsungan hidup sang anak di masa yang akan datang. Pepatah mengatakan;
“Jika sepuluh orang anak terjatuh ke dalam sebuah sumur, maka pasti seorang ibu akan langsung melompat untuk menyelamatkan mereka. Namun sebaliknya, jika sepuluh orang anak melihat seorang ibu terjatuh ke dalam sebuah sumur, maka belum tentu sepuluh orang anak tersebut akan langsung melompat untuk menyelamatkannya.” Wallahu A’lam. []