Mubadalah.id – 2024 adalah tahun pemilihan umum (pemilu). Hanya beberapa hari lagi kita akan memilih pemimpin Indonesia. Pemimpin yang terpilih nantinya akan memimpin 5 tahun yang akan datang (2024-2029). Pemimpin ini akan banyak menentukan kebijakan-kebijakan yang akan memihak kepada rakyat atau tidak.
Maka dari itu, kita harus memilih pemimpin yang tepat. Dengan memilih pemimpin yang tepat, maka kita akan merasakan dampak kebijakan yang memihak rakyat nantinya. tips memilih pemimpin menjadi penting.
Bagaimana cara kita memilih pemimpin yang tepat? Ternyata, tanpa kita sadar atau tidak dalam hadis sudah ada tips memilih pemimpin. Selain itu juga, pemimpin yang sudah kita pilih sudah memenuhi syarat-syarat pemimpin belum? Yuk kita Simak langsung dari sumbernya langsuing.
Hadis tentang pemimpin
عن أبو هريرة رضي الله عنه قال، رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
إِذَا كَانَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda: “Bila ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud)
Pelajaran yang terdapat di dalam hadist di atas. Yang pertama, hadis tersebut memuat pesan bahwa kepemimpinan adalah hal penting dalam sebuah aktivitas bersama. Perjalanan tiga orang bisa dikatakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh tim kecil.
Artinya, perintah Nabi tersebut tentu lebih relevan lagi bila diterapkan dalam konteks komunitas yang lebih besar, mulai dari tingkat rukun tentangga (RT), rukun warga (RW), desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, hingga negara. Juga ada lingkup-lingkup aktivitas lainnya yang memperlukan kebersamaan.
Yang kedua, Hadirnya pemimpin membuat kerumunan massa menjadi jamaah yang terorganisasi. Sehingga ada tujuan, pembagian peran, dan aturan yang ditegakkan bersama.
Pelajaran yang ketiga, kita bisa membayangkan seandainya sebuah wilayah dengan populasi yang banyak tanpa pemimpin. Tentu kekacauan akan ada di mana-mana karena kehidupan sosial tidak terkontrol, kejahatan tanpa sanksi, dan sumber daya alam tidak terkelola secara tertib.
Tak heran jika ada pendapat yang mengatakan bahwa pemimpin yang zalim lebih baik daripada tanpa kepemimpinan. Tentu ini bukan hendak menoleransi karakter pemimpin yang sewenang-wenang melainkan petunjuk betapa pentingnya mengangkat pemimpin dalam Islam.
Pelajaran keempat, menurut Imam Al-Ghazali mengaitkan pentingnya pemimpin dengan kelestarian agama sebagai berikut:
المُلْكُ وَالدِّيْنُ تَوْأَمَانِ فَالدِّيْنُ أَصْلٌ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لَا أَصْلَ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لَا حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ
“Kekuasaan dan agama merupakan dua saudara kembar. Agama sebagai landasan dan kekuasaan sebagai pengawalnya. Sesuatu yang tidak memiliki landasan pasti akan tumbang. Sedangkan sesuatu yang tidak memiliki pengawal akan tersia-siakan.” (Abu Hamid al-Ghazali, Ihyâ Ulumiddin, tt, Beirut: Darul Ma’rifah, Juz 1, h. 17)
Pelajaran yang kelima, Pertanyaannya, adalah pemimpin seperti apa mesti kita pilih? Sebagaimana yang tersemat dalam diri Rasulullah, kriteria pemimpin setidaknya memiliki empat sifat, yakni shiddiq (jujur), amanah (bertanggung jawab dan dapat terpercaya), tabligh (aspiratif dan dekat dengan rakyat), fathanah (cerdas, visioner).
Syarat-syarat pemimpin
Pelajaran yang keenam, Menurut Al-Mawardi rahimahullah dalam kitab al-Ahkâm ash-Shulthaniyah menyebutkan syarat-syarat seorang pemimpin, di antaranya:
Pertama, adil dengan ketentuan-ketentuannya. Kedua, ilmu yang bisa mengantar kepada ijtihad dalam menetapkan permasalahan kontemporer dan hukum-hukum. Ketiga, sehat jasmani, berupa pendengaran, penglihatan dan lisan, agar ia dapat langsung menangani tugas kepemimpinan.
Keempat, normal (tidak cacat), yang tidak menghalanginya untuk bergerak dan bereaksi. Kelima, bijak, dalam hal ini untuk mengurus rakyat dan mengatur kepentingan negara. Keenam, keberanian, berani untuk melindungi wilayah dan memerangi musuh.
Nilai lebih dalam hal kebijakan, kesabaran, keberanian, sehat jasmani dan rohani serta kecerdikan merupakan kriteria yang mutlak bagi seorang pemimpin. Tanpa memiliki kriteria itu, seorang pemimpin akan kesulitan dalam mengatur dan mengurus negara dan rakyatnya.
Inilah sifat-sifat ideal yang mesti ada dalam diri pemimpin, di mana pun levelnya, apa pun jenis institusinya. []