• Login
  • Register
Senin, 19 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom

Cara Bijak Menasihati Lelaki ala Adham Syarqawi

Ketika komunikasi dijalankan dengan asas saling memahami bukan menghakimi, maka relasi kesalingan akan tumbuh sehat tanpa dominasi.

Achmad Ma'aly hikam mastury Achmad Ma'aly hikam mastury
22/04/2025
in Personal
0
Menasihati Lelaki

Menasihati Lelaki

959
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ada satu adegan rumah tangga yang terasa akrab di banyak kepala: sang istri memberi nasihat, sang suami terdiam, dahi mengkerut, lalu suasana mendadak berubah tegang. Bukannya diterima, nasihat sang istri justru berbalas bentakan oleh suami. Kadang, pertengkaran kecil pun meletus hanya karena keinginan sang istri untuk membantu suaminya. Keinginan mulia yang sering kali keliru dipahami oleh lelaki

Fenomena ini bukan hanya terjadi dalam rumah tangga. Baik di lingkungan kerja, sekolah, maupun pondok pesantren, nasihat perempuan kepada laki-laki kerap berujung pada reaksi dingin, sinis, atau bahkan tertolak mentah-mentah. Penyebabnya bukan hanya soal ego.

Ada banyak faktor lain yang melatarbelakangi hal ini, mulai dari perbedaan cara berkomunikasi, pengaruh budaya, serta stereotip gender. Atasan laki-laki yang tidak suka dengan saran pegawai perempuan, boleh jadi bukan hanya karena perbedaan kelas jabatan. Dan ustad yang acuh tak acuh dengan nasihat istrinya, bukan berarti ia kurang memahami agama.

Adham Syarqawi, penulis muda asal Palestina, memberikan beberapa tips dan solusi menasihati lelaki dan terkait hal di atas dalam bukunya berjudul Lirrijal Faqad. Buku setebal 297 halaman ini mengupas persoalan perbedaan alur berpikir laki-laki dan perempuan, termasuk perbedaan pola interaksi di antara keduanya.

Dari 19 bab, pembahasan berjudul “Hiya Tanshah Anta Tasy’uru bil Ihanah” (Dia menasihati, sementara Anda merasa terhina) adalah bab yang menarik dan relevan dengan topik kita kali ini.

Baca Juga:

Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

Keberhasilan Anak Bukan Ajang Untuk Merendahkan Orang Tua

Pola Relasi Suami-Istri Ideal Menurut Al-Qur’an

Tidak Ada Cinta bagi Arivia

Perbedaan Cara Berpikir Laki-laki dan Perempuan

Syarqawi menjelaskan bahwa hal ini bukan sekadar persoalan ego atau gengsi, melainkan cara berpikir dan cara memproses informasi antara lelaki dan perempuan. Allah menciptakan keduanya dengan keunikan masing-masing, dan perbedaan ini kerap menjadi sumber gesekan jika tidak kita pahami dengan baik.

Menurut Syarqawi, ada beberapa alasan mendasar yang melatarbelakangi penolakan menasihati lelaki .

Pertama, Perempuan tercipta sebagai pribadi yang penuh perhatian, sementara lelaki diciptakan sebagai pribadi yang berfokus untuk bekerja. Perbedaan naluri penciptaan ini menghasilkan logika berpikir yang berbeda. Bagi perempuan, nasihat yang ia berikan adalah ungkapan cintanya pada laki-laki. Ungkapan cinta ini persis seperti pemberian bunga dan cincin oleh lelaki.

Namun, sering kali laki-laki gagal dalam memahami pesan cinta di balik saran dan masukan istrinya. Di telinga mereka, pesan tadi terdengar sebagai bentuk perintah dan mengesankan seolah-olah sang istri lebih tahu segalanya. Alih-alih memahaminya sebagai pesan cinta, nasihat tersebut justru laki-laki terima sebagai bentuk penghinaan kepada dirinya.

Kedua, perbedaan karakter emosional antara laki-laki dan perempuan. Syarqawi menyerupakan perasaan laki-laki seperti biji kenari: keras di luar, namun rapuh di dalam. Laki-laki tidak menyukai sisi rapuhnya terekspos dan diketahui orang lain. Mereka lebih suka berpura-pura tegar dan menyimpan lukanya sendirian. Hal ini menjawab pertanyaan mengapa mereka tidak senang bila ada orang lain yang sering ikut campur urusannya.

Sebaliknya, perempuan justru butuh untuk mengungkapkan perasaan yang sedang ia alami. Mereka butuh menceritakan persoalan hidupnya agar hatinya lega. Dalam hal ini, cerita menjadi obat sakit perempuan yang tidak dipahami oleh sebagian laki-laki.

Ketiga, perempuan lebih peka terhadap ketidakteraturan di sekitarnya. Syarqawi mendasarkan hal ini pada pengalaman empirisnya. Ketika ia berkunjung ke perpustakaan kampus, ia sering mendapati mahasiswa perempuan memperbaiki susunan buku yang kurang rapi di hadapannya. Bukan hanya sekali, ia mendapatinya berkali-kali. Dan dari pengamatannya, tidak ada satu pun laki-laki yang melakukan hal serupa: menata dan menyusun kembali urutan jilid buku yang berantakan.

Opini dan Solusi dari Adham Syarqawi

Syarqawi juga berproposisi bahwa laki-laki lebih fokus pada fungsi. Selama barang tersebut masih berfungsi dengan baik, maka penampilan bukan prioritas. Sementara bagi perempuan, keindahan bentuk luar juga tidak kalah penting dengan fungsinya. Oleh karenanya, nasihat dan teguran perempuan lahir sebagai usaha dia dalam memperbaiki kesempurnaan sesuatu yang sedang ia lihat di hadapannya.

Dengan semua perbedaan ini, Syarqawi menawarkan beberapa solusi yang bisa laki-laki dan perempuan lakukan untuk menghindari konflik ini:

  1. Belajar untuk saling memahami

Hendaknya suami belajar untuk memahami kehendak baik istri di balik menasihati lelaki dan masukan yang ia ucapkan. Belajar memahami bahwa hal itu bukanlah bentuk penghinaan, melainkan sebagai bentuk kasih sayang padanya. Terlihat lemah di hadapan pasangan bukanlah hal yang memalukan, justru itulah tanda kepercayaan.

  1. Memilih waktu yang pas

Syarqawi berpendapat bahwa terkadang laki-laki bukan menolak pesannya, tapi momen penyampaiannya. Perempuan harus cermat dalam menilai situasi kapan ia menasihati lelaki, dan kapan waktunya untuk bersikap dingin. Syarqawi juga berpesan, bahwa menasihati lelaki di hadapan orang lain adalah hal yang sangat menyakitkan hatinya. Ia pun menukil pepatah Arab.

النصيحة على الملأ فضيحة

“Nasihat di hadapan khalayak ramai adalah penghinaan.”

  1. Gunakan gaya bahasa yang lembut.

Boleh jadi, yang sebenarnya didengarkan oleh laki-laki adalah intonasi, sehingga reaksi yang muncul justru bersifat defensif. Syarqawi menawarkan kalimat pujian sebagai alternatif kalimat pembuka, dengan demikian laki-laki akan lebih merasa kita hargai dan lunak dalam mendengarkan aspirasi.

Alhasil, kunci dari semua ini adalah komunikasi. Tips ini bukan hanya berlaku dalam relasi suami-istri, tapi juga di dunia kerja, pendidikan, bahkan dalam pertemanan. Ketika komunikasi dijalankan dengan asas saling memahami bukan menghakimi, maka relasi kesalingan akan tumbuh sehat tanpa dominasi. []

Tags: Adham SyarqawiEgokomunikasiMenasihati LelakinasihatRelasi
Achmad Ma'aly hikam mastury

Achmad Ma'aly hikam mastury

Hanya seorang pemula dalam penulis, bisa disupport melalui akun instagramnya @am_hikam

Terkait Posts

Inspirational Porn

Stop Inspirational Porn kepada Disabilitas!

19 Mei 2025
Kehamilan Tak Diinginkan

Perempuan, Kehamilan Tak Diinginkan, dan Kekejaman Sosial

18 Mei 2025
Noble Silence

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

17 Mei 2025
Suami Pengangguran

Suami Pengangguran, Istri dan 11 Anak Jadi Korban

16 Mei 2025
Keadilan Semu

Membuka Tabir Keadilan Semu: Seruan Islam untuk Menegakkan Keadilan

15 Mei 2025
Memahami Disabilitas

Memahami Disabilitas: Lebih Dari Sekadar Tubuh

14 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Kekerasan Seksual Sedarah

    Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • KUPI Resmi Deklarasikan Mei sebagai Bulan Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Memanusiakan Manusia Dengan Bersyukur dalam Pandangan Imam Fakhrur Razi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Rieke Diah Pitaloka Soroti Krisis Bangsa dan Serukan Kebangkitan Ulama Perempuan dari Cirebon
  • Nyai Nur Channah: Ulama Wali Ma’rifatullah
  • Rieke Diah Pitaloka: Bulan Mei Tonggak Kebangkitan Ulama Perempuan Indonesia
  • Menolak Sunyi: Kekerasan Seksual Sedarah dan Tanggung Jawab Kita Bersama
  • KUPI Dorong Masyarakat Dokumentasikan dan Narasikan Peran Ulama Perempuan di Akar Rumput

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version