• Login
  • Register
Selasa, 1 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Personal

Hari Santri Nasional: Perjuangan Santri Masa Lalu dan Masa Kini

Dahulu para santri berjuang melawan penjajah menggunakan senjata, saat ini di era teknologi yang semakin kompleks, para santri juga mendapatkan tuntutan untuk berjuang untuk menghadapi kehebatan teknologi

Achmad Nanang Firdaus Achmad Nanang Firdaus
29/10/2023
in Personal
0
Perjuangan Santri

Perjuangan Santri

734
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Perayaan Hari Santri tidak terjadi tanpa alasan. Perjuangan santri sejak masa penjajahan selalu bergelora hingga memperoleh kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, dengan perjuangan ini santri selayaknya dikenang oleh sejarah dalam mempertahankan bangsa Indonesia.

KH. Hasyim Asy’ari adalah ulama sekaligus pejuang spiritual bangsa yang menyerukan dan menggerakkan para santri untuk berjuang melawan penjajah. Beliau seringkali membuat fatwa-fatwa untuk melawan penjajah. Mulai dari mengharamkan kaum muslimin untuk bekerjasama dengan para penjajah hingga mewajibkan berperang melawan penjajah untuk meraih kemerdekaan bangsa Indonesia.

Perlawanan melawan penjajah bermula hanya sebatas perlawanan kultural saja, tapi seiring berjalannya waktu dengan semangat para santri untuk berjuang melawan penjajah, perjuangan ini berubah menjadi perlawanan bersenjata.

Sebagaimana dikutip dari NU Online, sejarah telah mencatat bahwa perlawanan bersenjata ini tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki saja, namun kaum perempuan juga turut serta berperang melawan penjajah.

Seraya berperang dengan senjata, santri juga memperkuat riyadhoh rohaniahnya dengan berbagai wirid, doa, dan hizib yang diajarkan langsung oleh para ulama. Karena mereka percaya bahwa riyadhoh rohaniah ini akan mendatangkan kekuatan, pertolongan, dan keridhoan dari Allah SWT.

Baca Juga:

Meneladani Cak Nur di Hari Toleransi Internasional

Memaknai Samara di Kehidupan Masa Kini

Kilas Balik Perjuangan Santri dalam Kemerdekaan Republik Indonesia

Refleksi Al-Insyirah ayat 7: Move On dari Segala yang Membuatmu Menderita

Banyak peperangan yang melibatkan para santri dan ulama, antara lain perang Ambarawa, perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro, perang Surabaya, dan perang Aceh. Adapun dalam perlawanannya, para santri hanya bermodalkan senjata tradisional yaitu bambu runcing. Bambu runcing diibaratkan sebagai pendirian yang kokoh, kuat, tegak lurus dan tajam.

Berbagi macam strategi para santri dan ulama mengusir para penjajah. Semua hal ini tidaklah mudah bagi para santri, karena sembari menuntut ilmu mereka juga harus ikut berjuang melawan penjajah sehingga para santri, ulama dan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan Indonesia.

Perjuangan Santri Masa Kini

Setiap masa, santri memiliki tantangannya masing-masing. Dahulu para santri berjuang melawan penjajah menggunakan senjata, saat ini di era teknologi yang semakin kompleks, para santri juga mendapatkan tuntutan untuk berjuang untuk menghadapi kehebatan teknologi, mengembangkan dan menyebarkan dakwah melalui media sosial, serta berjuang melawan kejahatan dalam media sosial, khususnya hoaks dan ujaran kebencian “hate speech”.

Berdasarkan kutipan dari kominfo.go.id, pada triwulan pertama tahun 2023, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) mengidentifikasi ada 425 isu hoaks yang beredar di media digital. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 393 isu hoaks.

Hoaks dan ujaran kebencian melalui media sosial merupakan tantangan besar bagi masyarakat bahkan negara. Karena hal tersebut dapat menghancurkan sebuah sistem secara cepat tanpa kasat mata, sehingga masalah ini sangat berbahaya. Masalah ini harus dihadapi oleh semua kalangan, khususnya bagi santri.

Santri mempunyai peran dalam melawan segala kejahatan dalam media sosial, menggunakan pengetahuan dan jari-jarinya untuk berjuang melawan hoaks dan ujaran kebencian. Sehingga segala kejahatan dalam media digital dapat tertutup dengan informasi yang baik dan bermanfaat. Apalagi saat ini di masa pemilu, hoaks dan ujaran kebencian sering terjadi. Hal ini, dapat kita lakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui media sosial.

Hoaks dan ujaran kebencian dilakukan dengan berbagai tujuan, diantaranya menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap masing-masing kandidat, membentuk opini publik yang buruk, merusak citra baik masing-masing kandidat, dan masih banyak lagi yang lainnya. Hal ini memberikan dampak yang sangat negatif dan merugikan bagi semua pihak yang terkena dampak hoaks dan ujaran kebencian.

Peran Santri

Oleh karena itu, santri juga mempunyai peran untuk menolak dan menghilangkan budaya buruk tersebut, mengalihkan segala informasi buruk menjadi informasi yang baik dan akurat. Sehingga pengguna media sosial dapat mengambil manfaat dari dampak positif. Islam sangat menentang segala sesuatu yang menimbulkan kebencian dan menyebarkan berita hoaks. Sebagaimana terdapat dalam surat al-Hujurat ayat 12 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (keraguan), karena sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan jangan mencari keburukan orang dan jangan saling menggunjing. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaramu yang sudah mati? Maka kamu pasti akan merasa jijik padanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Saya sebagai santri Pesantren Luhur Manhajiy Fahmina selalu belajar untuk selalu berpikir kritis, tidak mudah percaya dengan berita yang tersebar di media sosial. Di pondok ini, saya belajar untuk selalu mengklarifikasi setiap berita yang saya dapatkan. Karena tidak semua berita yang ada di media sosial itu benar. Sehingga sebagai pengguna media sosial harus menyerapnya sebaik mungkin.

Semua tantangan ini seharusnya para santri kuasai dan hadapi dengan kemampuan ilmiahnya. Karena pada hakikatnya santri bukan hanya sekedar memahami ilmu agama saja, namun juga perlu paham pengetahuan umum. Maraknya hoaks dan ujaran kebencian di media sosial sangat mempengaruhi kehidupan bangsa.

Oleh karena itu, sudah selayaknya sebagai santri harus berjuang dan melakukan perlawanan dengan kemampuan ilmiahnya untuk memunculkan segala hal-hal yang baik dan informatif, karena perlu kita tekankan bahwa yang harus selalu muncul dan membumbung tinggi adalah segala hal yang baik, informasi yang memberi manfaat dan menyejukkan, bukan hoaks dan ujaran kebencian yang menguasai dan merusak moral bangsa. []

Tags: hariMasa KiniMasa LaluPerjuangan SantriSantri Nasional
Achmad Nanang Firdaus

Achmad Nanang Firdaus

Saya adalah mahasantriwa Sarjana Ulama Perempuan Indonesia (SUPI) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon.

Terkait Posts

Toxic Positivity

Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

30 Juni 2025
Second Choice

Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

30 Juni 2025
Tradisi Ngamplop

Tradisi Ngamplop dalam Pernikahan: Jangan Sampai Menjadi Beban Sosial

29 Juni 2025
Humor Seksis

Tawa yang Menyakiti; Diskriminasi Gender Di Balik Humor Seksis

26 Juni 2025
Kekerasan Seksual

Kekerasan Seksual Bisa Dicegah Kalau Islam dan Freud Ngobrol Bareng

26 Juni 2025
Menemani Laki-laki dari Nol

Bagaimana Mubadalah Memandang Fenomena Perempuan yang Menemani Laki-laki dari Nol?

25 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Toxic Positivity

    Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Women as The Second Choice: Perempuan Sebagai Subyek Utuh, Mengapa Hanya Menjadi Opsi?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ikhtiar Menyuarakan Kesetaraan Disabilitas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi
  • Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian
  • Kekerasan dalam Pacaran Makin Marak: Sudah Saatnya Perempuan Selektif Memilih Pasangan!
  • Melampaui Toxic Positivity, Merawat Diri dengan Realistis Ala Judith Herman
  • Bukan Lagi Pinggir Kota yang Sejuk: Pisangan Ciputat dalam Krisis Lingkungan

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID