• Login
  • Register
Minggu, 5 Februari 2023
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Kolom Keluarga

Memaknai Pernikahan Sebagai Akad Pemberian Izin

Pemberian izin tidak berarti hanya dimiliki oleh satu orang. Tetapi dimiliki oleh keduanya. Tidak pula berarti satu orang lebih berhak atas lainnya. Pun hak bersenang-senang dalam pernikahan tidak bisa dimaknai dengan eksploitasi, penguasaan, penjarahan ataupun sejenisnya

Etika Nurmaya Etika Nurmaya
18/09/2021
in Keluarga, Rekomendasi
0
Pernikahan

Pernikahan

137
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Ketika kita memutuskan untuk membangun rumah tangga, tentunya terlebih dahulu harus memahami tujuan dari pernikahan. Pertama, atta’abu (beribadah); kedua, taqorrub (mendekatkan diri pada Allah); ketiga, ittiba’u sunnati Rasul (mengikuti sunnah Rasul); keempat, tahsilul wa annadi (menghasilkan keturunan).

Menuju pernikahan tentu tidaklah instan. Terdapat beberapa tahapan, salah satunya yang harus dilalui yakni aqdun nikah. aqdun berarti perjanjian dan an-nikahu artinya perkawinan. Akad nikah merupakan suatu hal yang wajib dilalui terlebih dahulu. Karena akad nikah merupakan suatu bagian dari rukun dalam pernikahan.

Di dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang menunjukkan bahwa harus adanya suatu perjanjian yang dilakukan dalam suatu pernikahan sebagai suatu ikatan dalam perkawinan antara kedua belah pihak, laki-laki dan perempuan. perjanjian inilah yang disebut dengan aqdun nikah atau mitsaqan ghalizan.

 وَكَيْفَ تَأْخُذُونَهُۥ وَقَدْ أَفْضَىٰ بَعْضُكُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ وَأَخَذْنَ مِنكُم مِّيثَٰقًا غَلِيظًا

Sebagian fuqaha mengatakan bahwa akad nikah adalah bittamlik, baik secara tamlikul ‘ain (kepemilikan barang), bi tamliki manfaah atau bahkan tamliki intifa’. Tetapi, menurut qaul yang paling masyhur dikatakan bahwasanya akad nikah adalah ibahah, bahwa pernikahan merupakan pemberian izin, bukan merupakan kepemilikan. Dalam I’anatu Ath-Tholibin, As-Sayyid Al-Bakri mengatakan bahwasanya nikah adalah kebolehan untuk melakukan hubungan seksual, bukan kepemilikan dan juga bukan kepemilikan manfaatnya. Maka dari itu kebolehan untuk “bersenang-senang” tidak terfokus pada alat kelamin ataupun pada fungsi alat kelamin tersebut itu saja.

Daftar Isi

  • Baca Juga:
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga
  • Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali
  • Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan

Baca Juga:

Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

Kritik Ibn Hazm aẓ-Ẓahiri Terhadap Ulama yang Membolehkan Pernikahan Tanpa Wali

Teladan Bersolidaritas dan Pesan Moral Untuk Masa Depan

Dalam konsep fiqh, kepemilikan terbagi menjadi tiga, tamlikul aini, tamlikul manfaat, tamlikul imtifak. Tamlikul ain, berarti pemilik boleh menjual, memberikan, mewariskan dan meminjamkannya kepada orang lain. Sementara tamlikul manfaat, itu berarti pemilik mempunyai hak untuk memakai atau mengambil manfaat dengan segala akibatnya seperti menyewakan dan meminjamkannya kepada orang lain. Sedangkan tamlikul imtifak, pemilik mempunyai hak dari suatu benda hanya untuk dirinya sendiri, tidak diperbolehkan menjual, menyewakan ataupun meminjamkannya kepada orang lain.

An-nikahu ‘aqdu ibahatin laa ‘aqdu tamlikin. Pernikahan adalah akad ibahah (pemberian izin) bukan akad tamlik (hak milik). Dalam ibahah sama sekali tidak mengandung hak milik. Ibahah hanyalah sebatas pemberian izin. Sementara wujud dan manfaatnya tetap dimiliki oleh pemiliknya, bukan milik orang yang diberi izin. Karena itu dalam ibahah tidak diperkenankan menjual, menyewakan bahkan meminjamkan ataupun diwariskan.

Setelah kita memposisikan pernikahan sebagai akad ibahah, itu berarti tidak pada kepemilikan wujud (farji ataupun bagian tubuh yang lain) dan juga bukan pula kepemilikan atas hak memanfaatkan ataupun hal-hal yang bersifat menguasai lainnya.

Maka dimaknai dalam pernikahan hanya pemberian izin termasuk untuk melakukan hubungan seksual. Disinilah letak bahwa rumah tangga merupakan suatu bentuk kerjasama bukan atas dasar tukar menukar. Andaikata sudah pada titik sepakat, maka berikutnya ialah pemberian izin.

Pemberian izin tidak berarti hanya dimiliki oleh satu orang. Tetapi dimiliki oleh keduanya. Tidak pula berarti satu orang lebih berhak atas lainnya. Pun hak bersenang-senang dalam pernikahan tidak bisa dimaknai dengan eksploitasi, penguasaan, penjarahan ataupun sejenisnya. Hal tersebut tidak bisa dilakukan sesuka hati sesuai halusinasi salah satu pihak, akan tetapi perlu adanya persetujuan antar kedua belah pihak. []

 

Tags: istrikeadilankeluargaKesalinganKesetaraanMubadalahperkawinanpernikahansuami
Etika Nurmaya

Etika Nurmaya

Sarjana Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Malang. Memegang petuah makaryo lan migunani, migunani tumraping liyan.  Hingga saat ini berusaha istiqamah menyuarakan 9 nilai Gus Dur.

Terkait Posts

Hari Kanker Sedunia

Hari Kanker Sedunia: Pentingnya Deteksi Dini untuk Cegah Kanker

4 Februari 2023
Kehidupan Rumah Tangga

Lima Pilar Penyangga Dalam Kehidupan Rumah Tangga

4 Februari 2023
Satu Abad NU

Satu Abad NU:  NU dan Kebangkitan Kaum Perempuan 

3 Februari 2023
Peran Ayah bagi Anak Perempuan

Fenomena Fatherless dan Peran Ayah bagi Anak Perempuannya

2 Februari 2023
Nikah di KUA

Salingers, Yuk Normalisasi Nikah di KUA

2 Februari 2023
Akhlak Manusia

Akhlak Manusia Sebagai Ruh Fikih

1 Februari 2023
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Industri Halal

    Pengembangan Industri Halal yang Ramah Lingkungan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pada Masa Nabi Saw, Para Perempuan Ikut Aktif Terlibat Dalam Politik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • 5 Cara Mendidik Anak Ala Nabi Muhammad Saw
  • Nizar Qabbani Sastrawan Arab yang Mengenalkan Feminisme Lewat Puisi
  • Teladan Umar bin Khattab Ra Saat Bertemu Perempuan Miskin
  • Merawat Optimisme Gerakan untuk Menghadapi Mitos Sisyphus
  • 5 Prinsip Mendidik Anak Ala Islam

Komentar Terbaru

  • Indonesia Meloloskan Resolusi PBB tentang Perlindungan Pekerja Migran Perempuan - Mubadalah pada Dinamika RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, yang Tak Kunjung Disahkan
  • Lemahnya Gender Mainstreaming dalam Ekstremisme Kekerasan - Mubadalah pada Lebih Dekat Mengenal Ruby Kholifah
  • Jihad Santri di Era Revolusi Industri 4.0 - Mubadalah pada Kepedulian KH. Hasyim Asy’ari terhadap Pendidikan Perempuan
  • Refleksi Menulis: Upaya Pembebasan Diri Menciptakan Keadilan pada Cara Paling Sederhana Meneladani Gus Dur: Menulis dan Menyukai Sepakbola
  • 5 Konsep Pemakaman Muslim Indonesia pada Cerita Singkat Kartini Kendeng dan Pelestarian Lingkungan
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist