Mubadalah.id – Salah satu dewan penasehat ulama perempuan (KUPI), KH. Husein Muhammad menceritakan kisah menarik tentang kemesraan Siti Aisyah bersama Nabi Saw.
Untuk diketahui, Siti Aisyah adalah putri sahabat Nabi Saw, Abu Bakar al-Shiddiq, sekaligus istri Nabi Muhammad Saw.
Siti Aisyah dinikahi Nabi Saw pasca wafatnya Siti Khadijah, yang 28 tahun lamanya menjadi istri beliau satu-satunya.
Relasi Nabi Saw dan Siti Aisyah sangat menarik dan mesra. Nabi Saw memanggilnya “si Humaera”, si kecil cantik dengan pipinya yang kemerah-merahan, bagai buah ranum.
Menarik sekali hadits Nabi Saw ini :
قالت عائشة : لَمَّا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم طَيِّبَ النَّفْسِ قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللهِ أُدْعُ اللهَ لِى. فَقَالَ : “اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعَائِشَةَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهَا وَمَا تَأَخَّرَ وَمَا أَسَرَّتْ وَمَا اَعْلَنَتْ”. فَضَحِكَتْ عَائِشَةُ حَتَّى سَقَطَ رَأْسُهَا فِى حِجْرِهَا مِنَ الضِّحْكِ. فَقَالَ لَهَا رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : أَيَسُرُّكِ دُعَائِى ؟ فَقَالَتْ : وَمَا لِى لَا يَسُرُّنِى دُعَاؤُكَ ؟. فَقَالَ : إِنَّهَا لَدُعَائِى لِاُمَّتِى فِى كُلِّ صَلَاةٍ “. (صحيح ابن حبان)
Artinya : “Siti Aisyah, isteri Nabi mengatakan : “Manakala aku melihat Nabi sedang senang, aku mengatakan : “Duhai Nabi, tolong do’akan aku, ya?”. Lalu Nabi mengatakan : “Ya Allah ampuni dosa-dosa Aisyah, yang dulu maupun yang akan datang, yang tersembunyi maupun yang tampak”.
Mendengar doa suaminya itu, lanjut Buya Husein, Siti Aisyah tertawa terkekeh-kekeh, sampai kepalanya jatuh ke pangkuan Nabi Saw.
Nabi Saw kemudian mengatakan : “Apakah kau senang dengan do’aku tadi?”.
Siti Aisyah menjawab : “Bagaimana mungkin aku tidak senang didoakan olehmu?”.
Nabi mengatakan lagi : “Itulah do’a yang aku panjatkan kepada Allah untuk umatku pada setiap shalat”.
Ekspresi kemesraan muncul dalam peristiwa lain, yang boleh jadi bisa menimbulkan kontroversi. Suatu saat Rasulullah Saw hendak shalat.
Nah, sebelum keluar kamar beliau mencium kening istrinya. Sesudah itu beliau langsung menuju mushala/masjid, tanpa wudhu lagi. Ini diceritakan oleh Siti Aisyah. Katanya :
قبل النبى بعض نساءه ثم خرج الى الصلاة ولم يتوضا
Artinya : “Nabi Saw mencium salah seorang istrinya kemudian keluar menunaikan shalat tanpa berwudhu dahulu.” (HR Ahmad).
Siti Aisyah menyebut salah seorang istrinya. Padahal ia adalah dirinya sendiri. Ia tak ingin GR.
Peristiwa lain yang lebih menarik dan lebih mesra adalah Nabi Saw mandi bersama istrinya. Lagi-lagi Siti Aisyah menceritakan peristiwa kemesraan ini. Siti Aisyah berkata :
كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ وَنَحْنُ جُنُب
Artinya : “Aku dan Rasulullah Saw mandi bersama dalam suatu wadah air/satu kamar mandi. Waktu itu kami berdua mandi besar (junub).
Riwayat lain menyebutkan :
عن عائشة رضى الله عنها قالت: كنت أغتسل أنا ورسول الله صلى الله عليه وسلم من إناء واحد، يبادرنى وأبادره. حتى يقول: “دعى لي – الماء -“، وأقول أنا: “دع لي”.. (النسائى فى سننه)
Artinya : Siti Aisyah mengatakan : aku dan Nabi mandi bersama. Kami saling menuangkan air. Nabi bilang: “biar aku yang memandikanmu”. Aku bilang: “biar aku saja yang memandikanmu”. Kedua suami istri itu berebut ingin memandikan pasangannya. Aduhai.
Ummu Salamah menceritakan hal yang sama :
وَكُنْتُ أَغْتَسِلُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ قَالَتْ وَكَانَ يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِمٌ
Artinya : “Aku (Ummu Salamah) pernah mandi bersama Rasulullah Saw. Beliau menciumku. Waktu itu beliau sedang dalam keadaan berpuasa”. (Rul)