Mubadalah.id – Pekan kemarin, tepat di 17 Agustus, Indonesia baru saja merayakan kemerdekaan yang ke-73 tahun. Banyak hal yang membuat kita bangga menjadi rakyat Indonesia, terlepas dari begitu banyaknya persoalan yang harus dihadapi setiap hari. Seperti momentum upacara bendera, di mana secara spontan ikut menyanyikan lagu Indonesia Raya ketika Bendera Merah Putih dikibarkan.
Ada nada gemuruh dalam dada, lalu menjelma embun di sudut mata. Betapa kemerdekaan Indonesia yang telah diperjuangkan dengan segenap jiwa raga, darah, tangis dan air mata para pahlawan, menjadi hal yang patut kita syukuri. Bahkan rasa terimakasih pun tak cukup untuk mewakili semua perasaan itu.
Di suatu tempat Ibukota, ada 68 para putera terbaik bangsa yang terpilih mewakili provinsi di seluruh Indonesia, untuk menjadi pasukan pengibar bendera. Langkah tegap maju bersama, seiring dengan ayunan tangan, menambah semangat optimisme jika masa depan Indonesia akan terus ‘mengada’ di tangan generasi muda yang membanggakan ini.
Baca juga: Kiprah Santri Perempuan dalam Sejarah Indonesia
Lalu di sudut lain Nusantara, tepatnya di Propinsi NTT seorang siswa SMP yang bernama Yohanis Gama Marschal Lau melakukan aksi heroik memanjat tiang bendera karena tali lepas, saat upacara peringatan HUT ke 73 RI dan menjadi viral di media sosial.
Aksi heroik yang telah dilakukan siswa SMP merupakan bentuk cinta yang tulus dan tanpa pamrih untuk Indonesia. Ia mengajarkan pada kita akan pentingnya menjaga dan mempertahankan sang saka merah putih agar tetap berkibar di langit Nusantara.
Tak hanya berhenti sampai di situ. Indonesia yang dipercaya menjadi tuan rumah Asian Games, membuat acara pembukaan event olahraga tingkat Asian itu dengan penuh semarak dan gegap gempita.
Menampilkan potensi sumber daya manusia, kreativitas dan semangat optimisme menjadi sebuah bangsa yang maju. Menambah daftar panjang kebanggaan kita terhadap tradisi dan budaya bangsa.
Baca juga: Perempuan dan Kemerdekaan Indonesia
Torehan prestasi dan pengumpulan medali dari para atlet yang berlaga pada Asian Games 2018, hari ini juga menjadi sesuatu yang turut kita tunggu. Karena sejenak sebagai anak bangsa kita melupakan kontestasi politik yang hampir setiap pesta demokrasi berlangsung selalu mengoyak rasa persaudaraan dan kebersamaan.
Dalam ajang bergengsi olahraga negara-negara di tingkat Asia ini, sudah sepatutnya kita mendukung, karena prestasi para atlet mewakili kebanggaan seluruh rakyat Indonesia. Dimana bendera merah putih akan dikibarkan dan lagu kebangsaan Indonesia raya diperdengarkan dari arena lomba.
Namun di tengah rasa bangga ini, terselip kabar yang tidak menyenangkan tentang pawai Hari Kemerdekaan di Pasuruan Jawa Timur, yang melibatkan anak-anak usia TK. Mereka mengenakan atribut seperti milik ISIS lengkap dengan replika senjata api.
Harus diakui meski HTI telah menjadi organisasi terlarang di Indonesia tapi benih-benihnya telah lama tertanam. Anak-anak yang masih polos dan belum tahu apa-apa, diperintahkan untuk mengenakan simbol pakaian yang merupakan bagian dari identitas kelompok yang ingin mengganti ideologi negara.
Baca juga: 12 Pahlawan Nasional Perempuan Indonesia
Peristiwa yang terjadi di Pasuruan itu, meski sudah mendapat klarifikasi dari pihak pengelola sekolah, bahwa insiden bermula atas ketidaksengajaan dan mereka hanya berpikir praktis kostum berwarna hitam itu adalah inventaris milik sekolah.
Namun hal itu tetap menjadi catatan agar menanamkan cinta tanah air kepada generasi muda harus terus menerus dilakukan. Bahkan sejak usia anak masih dini, agar tak mudah disusupi pemahaman yang keliru tentang Islam dan kebanggaan pada Indonesia.
Sebagaimana yang ditegaskan Habib Muhammad Lutfi bin Yahya. “Bangga terhadap Indonesia bukan sombong, tapi sebagai bentuk rasa syukur pada Allah SWT. Hormat pada merah putih bukan syirik, tapi ungkapan rasa syukur pada Allah SWT untuk memiliki bangsa Indonesia.”
Pada catatan lain Habib Zaid bin Abdurahman bin Yahya seorang Ulama dari Yaman, mengatakan bahwa Hubbul Wathan atau cinta tanah air merupakan satu kewajiban untuk membela tanah air. Islam mewajibkan untuk mempertahankan negaranya. Runtuhnya ka’bah lebih ringan daripada matinya seorang mu’min.
Baca juga: Menebarkan Islam Indonesia, Mengukuhkan Peran Ulama Perempuan
Maka berdasarkan penjelasan tersebut di atas tak ada lagi keraguan bagi kita untuk menyatakan dan mengekpresikan cinta pada Indonesia. Dengan menghormati bendera merah putih, menyanyikan lagu Indonesia raya dengan khidmat, lalu ditambah dengan mendukung event Asian Games 2018, harus diakui telah menyatukan kembali kebersamaan sebagai anak bangsa yang seringkali terkoyak karena perbedaan pilihan politik.
Jadi mari kita dukung atlet-atlet Indonesia yang berlaga di Asian Games 2018. Buat kita semakin bangga menjadi Bangsa Indonesia.[]