• Login
  • Register
Rabu, 2 Juli 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Khazanah Hikmah

Hukum Islam Belum Merespon Isu-isu Dasar Hak Anak

Prinsip non-diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, dan penghargaan terhadap pendapat anak sangat sedikit sekali memperoleh perhatian dan pembahasan dalam hukum Islam

Redaksi Redaksi
17/10/2022
in Hikmah
0
anak

anak

354
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Anggota Majlis Musyawarah Kongres Ulama Perempuan Indonesia (MM KUPI) Dr. Faqihuddin Abdul Kodir menyebutkan bahwa pembahasan dan penjelasan hukum Islam mengenai hak – hak anak masih belum merespon isu-isu dasar yang menjadi perhatian realitas masyarakat kontemporer.

Isu-isu kekerasan yang dihadapi banyak anak di berbagai komunitas, baik seksual, fisik, maupun sosial ini, lanjut kata Kang Faqih, belum menjadi perhatian dan pembahasan yang memadai dalam fikih kontemporer.

Begitupun isu-isu khusus untuk perlindungan anak – anak difabel, anak-anak dalam konflik sosial, peperangan, dan anak yang berhadapan dengan hukum.

Kemudian, korban perdaganan orang, pornografi, terorisme, dan kejahatan-kejahatan global, juga masih belum ada pembahasan dalam fikih kontemporer.

Dari empat prinsip dalam Konvensi Hak Anak, hanya prinsip mengenai hak hidup, tumbuh, dan berkembang yang memperoleh perhatian.

Baca Juga:

Dr. Nur Rofiah Tegaskan Pentingnya Mengubah Cara Pandang untuk Hentikan Kekerasan Seksual pada Anak

Jangan Membedakan Perlakuan antara Anak Laki-laki dan Perempuan

Jalan Tengah untuk Abah dan Azizah

Fenomena Inses di Indonesia: Di Mana Lagi Ruang Aman bagi Anak?

Sementara prinsip non-diskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, dan penghargaan terhadap pendapat anak sangat sedikit sekali memperoleh perhatian dan pembahasan dalam hukum Islam.

Artinya, hukum Islam kontemporer mengenai hak anak masih belum benar-benar menjawab kebutuhan-kebutuhan nyata dari masyarakat modern saat ini.

Kang Faqih juga mengingatkan, sebagian besar kajian fikih kontemporer juga masih alpa dalam menuntut tanggung-jawab selain orang tua dan keluarga.

Lebih lanjut, Lembaga Hukum Islam Internasional, dalam sepuluh rekomendasinya pada tahun 2000 di Riyadh Saudi Arabia juga sudah menyinggung peran negara pada poin keempat.

Poin kedelepan, tentang pendidikan kewargaan, juga bisa meminta sebagai pertanggungjawaban negara. Namun, poin-poin ini hanya mengasumsikan pada kondisi anakanak yang tidak ada, atau tidak bersama, dengan orang tua dan atau keluarga.

Lingkungan pengasuhan yang kondusif, misalnya, masih hanya membebankan kepada keluarga, bahkan eksplisit kepada seorang ibu.

Padahal, dalam kehidupan nyata, yang memiliki sumber daya besar untuk memfasilitasi lingkungan ini adalah justru negara dan perusahaan-perusahaan, di samping masyarakat juga bisa kita tuntut tanggungjawabnya. (Rul)

Tags: anakbelumhakHak anakHukum Islamisu-isukKupimerespon
Redaksi

Redaksi

Terkait Posts

Perceraian dalam

Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan

1 Juli 2025
Fikih Perempuan

Fikih yang Kerap Merugikan Perempuan

1 Juli 2025
amar ma’ruf

Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

1 Juli 2025
Fikih

Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

1 Juli 2025
Wahabi

Menjaga Pluralisme Indonesia dari Paham Wahabi

30 Juni 2025
Taman Eden

Taman Eden yang Diciptakan Baik Adanya: Relasi Setara antara Manusia dan Alam dalam Kitab Kejadian

30 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Anak Difabel

    Di Balik Senyuman Orang Tua Anak Difabel: Melawan Stigma yang Tak Tampak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meninjau Ulang Amar Ma’ruf, Nahi Munkar: Agar Tidak Jadi Alat Kekerasan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pergeseran Narasi Pernikahan di Kalangan Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mewujudkan Fikih yang Memanusiakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Egoisme dan Benih Kebencian Berbasis Agama
  • Demianus si ‘Manusia Pembalut’ dan Perlawanan terhadap Tabu Menstruasi
  • Vasektomi, Gender, dan Otonomi Tubuh: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kelahiran?
  • Perceraian dalam Fikih: Sah untuk Laki-Laki, Berat untuk Perempuan
  • Gaji Pejabat vs Kesejahteraan Kaum Alit, Mana yang Lebih Penting?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID