• Login
  • Register
Minggu, 22 Juni 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Keutamaan Puasa Sunnah di Bulan Syawal

Puasa sunnah di bulan Syawal merupakan tanda diterimanya amal puasa kita di bulan Ramadan

Rasyida Rifa'ati Husna Rasyida Rifa'ati Husna
19/04/2024
in Featured, Hikmah
0
Puasa Sunnah

Puasa Sunnah

639
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Rasulullah menganjurkan umatnya untuk kembali berpuasa setelah merayakan Idulfitri. Puasa kita kerjakan selama enam hari dan dapat kita mulai dari tanggal dua sampai akhir bulan Syawal. Puasa ini sangatlah Nabi saw anjurkan sebab dapat memberikan hikmah dan keutamaan bagi yang menjalaninya.

Sebagaimana Abu Ayyub al-Anshari meriwayatkan dari Rasulullah bersabda:

مَنْ ‌صَامَ ‌رَمَضَانَ ‌ثُمَ ‌أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَهْرِ

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadan kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka puasanya seperti puasa setahun” (H.R. Muslim) (Shahih Muslim, no. 1164; juz 2, hal. 822)

Hadis di atas mengabarkan kita bahwa salah satu keutamaan puasa sunnah di bulan Syawal berpeluang mendapatkan ganjaran seperti puasa selama satu tahun penuh. Imam Abdurrauf al-Munawi menyampaikan besarnya pahala puasa Syawal karena beratnya melaksanakan ibadah puasa di bulan tersebut.

Baca Juga:

Kisah Ibunda Hajar dan Sarah dalam Dialog Feminis Antar Agama

Menyemarakkan Ajaran Ekoteologi ala Prof KH Nasaruddin Umar

Menyulam Spiritualitas dan Rasionalitas: Belajar Menyebut Nama Tuhan dari Perempuan Abad 16

Keadilan sebagai Prinsip dalam Islam

Dalam syarah kitab al-Jami al-Shaghir yakni kitab kumpulan hadits yang Imam Suyuti tulis, Imam Al Munawi berkata:

“Kekhususan Syawal karena bulan tersebut adalah waktu di mana makanan dibangkitkan (berbagai jenis makanan dihidangkan), karena Syawal terletak setelah bulan Ramadan. Puasa di waktu itu (Syawal) lebih sulit dan pahalanya besar.”

Isyarat Syukur

Keutamaan lainnya, Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab Lathaif al-Ma’arif (h. 219-22) menyebutkan bahwa keutamaan dari melaksanakan puasa enam hari Syawal ialah sebagai isyarat syukur kita kepada Allah. Terutama atas anugerah yang melimpah di bulan Ramadan. Yaitu berupa puasa, qiyamul lail, zakat dan lain-lain.

Puasa di bulan Ramadan sesungguhnya meniscayakan ampunan bagi orang yang menjalankannya. Hal ini berdasarkan hadis masyhur riwayat Abu Hurairah.

Siapa saja yang berpuasa Ramadan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridla Allah, maka dosanya yang lalu akan terampuni.” [dalam riwayat lain]: “Siapa saja yang menghidupkan malam hari bulan Ramadan dengan dasar iman, dan berharap pahala dan ridla Allah, maka dosanya yang lalu akan terampuni.” (Hr. Bukhari dan Muslim)

Oleh karenanya, ampunan ini-lah patutnya kita bersyukur kepada Allah dengan melakukan ketaatan berupa puasa Syawal.

Selain sebagai tanda syukur, berpuasa di bulan Syawal menjadi ibadah yang dapat melengkapi dan menyempurnakan puasa di bulan Ramadan. Ibnu Rajab berkata bahwa puasa sunnah di bulan Syawal dan Sya’ban sama halnya dengan shalat sunnah rawatib seperti salat qabliyah dan ba’diyah. Amal sunnah tersebut akan menyempurnakan kekurangan dan cacat yang terdapat dalam amalan fardlu.

Diterimanya Amal Puasa Ramadan

Keutamaan selanjutnya menurut Ibnu Rajab, puasa sunnah di bulan Syawal merupakan tanda diterimanya amal puasa Ramadan. Karena apabila Allah menerima amal hambaNya, Dia akan menganugerahi taufiq untuk melakukan amal saleh selanjutnya.

Para ulama mengatakan bahwa ganjaran perbuatan baik adalah perbuatan baik setelahnya, maka siapa saja yang berbuat kebaikan kemudian mengikutkannya dengan perbuatan baik lainnya. Maka hal yang demikian adalah tanda diterimanya kebaikan yang pertama. Pun halnya orang yang berbuat baik kemudian mengikutkannya dengan perbuatan buruk maka yang demikian adalah tanda tertolaknya kebaikan yang ia kerjakan.

Dengan berlalunya bulan Ramadan, bukan berarti ibadah yang kita amalkan juga selesai. Namun hendaknya kita berusaha untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah di bulan-bulan selanjutnya sebagaimana di bulan tersebut.

Karena itu mengamalkan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal dapat menjadi salah satu bentuk usaha yang dapat kita lakukan. Yakni untuk melestarikan ibadah yang kita lakukan di bulan Ramadan. Demikianlah beberapa keutamaan puasa sunnah Syawal, semoga kita diberikan taufik dan kemampuan untuk melanjutkan ibadah-ibadah yang telah biasa kita lakukan di bulan Ramadan seperti mengikuti anjuran Nabi saw untuk berpuasa. []

Tags: Bulan SyawalHadis NabiislamPuasa SunnahsejarahSunah Nabi
Rasyida Rifa'ati Husna

Rasyida Rifa'ati Husna

Terkait Posts

Stereotipe Perempuan

Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

20 Juni 2025
Rumah Tangga dengan

Membangun Rumah Tangga dengan Relasi yang Adil dan Setara

20 Juni 2025
Dipaksa Menikah

Belajar dari Khansa binti Khidam Ra: Perempuan yang Dipaksa Menikah Berhak untuk Membatalkannya

19 Juni 2025
Perkawinan

Perkawinan Bukan Perbudakan: Hak Kemandirian Perempuan dalam Rumah Tangga

19 Juni 2025
Pasangan Hidupnya

Jangan Rampas Hak Perempuan Memilih Pasangan Hidupnya

19 Juni 2025
Kekerasan dalam

Saatnya Mengakhiri Tafsir Kekerasan dalam Rumah Tangga

18 Juni 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Fiqh Al Usrah

    Fiqh Al Usrah: Menemukan Sepotong Puzzle yang Hilang dalam Kajian Fiqh Kontemporer

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pentingnya Relasi Timbal Balik dalam Hubungan Intim Suami Istri

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Stereotipe Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Kebaikan Yang Justru Membunuh Teman Disabilitas
  • Urgensi Ijtihad Fikih yang Berpihak Kepada Perempuan
  • Bukan Sekadar “Jangan Bermindset Korban Kalau Ingin Sukses”, Ini Realita Sulitnya Jadi Perempuan dengan Banyak Tuntutan
  • Relasi Hubungan Seksual yang Adil bagi Suami Istri
  • Mengapa Cinta Alam Harus Ditanamkan Kepada Anak Sejak Usia Dini?

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
redaksi@mubadalah.id

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID