• Login
  • Register
Sabtu, 24 Mei 2025
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
Dukung kami dengan donasi melalui
Bank Syariah Indonesia 7004-0536-58
a.n. Yayasan Fahmina
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
No Result
View All Result
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
Keadilan dan Kesetaraan Gender - Mubadalah
No Result
View All Result
Home Featured

Berikut Kesederhanaan Yesus Melawan Budaya Konsumerisme

Untaian kata-kata Yesus atau Nabi Isa adalah mutiara yang mengajarkan kita hidup sesuai rel yang telah ditentukan oleh Tuhan yang Maha Esa

Moh Soleh Shofier Moh Soleh Shofier
27/12/2022
in Featured, Hikmah
0
Kesederhanaan Yesus

Kesederhanaan Yesus

551
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Mubadalah.id – Mengutip Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama (Kemenag), Jeane Marie Tulung mengimbau seluruh umat kristiani di Indonesia, agar merayakan Natal 2022 secara sederhana, sebagaimana kesederhanaan Yesus. “Kenapa (harus sederhana), karena perayaan Natal, kelahiran Yesus Kristus itu suatu simbol kesederhanaan dan itu yang harus diteladani oleh umat Kristiani di Indonesia,” sebagaimana melansir dari detikNews pada Selasa (20/12/2022)

Sangat logis statemen dari Bimas Kristen Kemenag, Ibu jeane Marie Tulung yang mengimbau bagi segenap masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Kristen untuk merayakan natal dengan sederhana. Sebab, hari perayaan natal adalah simbol dari kelahiran Yesus yang penuh dengan sederhana. Bagaimana mungkin sosok yang sederhana kita peringati dengan mewah bahkan sangat hedonis, bertolak belakang bukan?

Dalam Islam sendiri nabi Isa as. merupakan salah satu Nabi yang wajib diimani oleh umat Islam. Bahkan, ia menjadi figur dalam kesederhanaan untuk menjalani laku kehidupan dunia ini. Nabi Isa as. dalam Islam merupakan sosok yang menginspirasi agar tidak hidup hedonis dan konsumerisme.

Untaian kata-kata Yesus atau Nabi Isa adalah mutiara yang mengajarkan kita hidup sesuai rel yang telah ditentukan oleh Tuhan yang Maha Esa. Beririsan dengan itu saya akan paparkan beberapa kisah dan nasehat Yesus atau Nabi Isa yang memerangi budaya konsumerisme dan hedonisme sebagaimana terekam dalam khazanah keislaman sebagai berikut.

Kisah unik Nabi Isa atas Kesederhanaan

Suatu ketika Nabi Isa ingin mengistirahatkan diri dan mengambil batu untuk ia jadikan bantal kemudian tiduran. Sayang, tidak seberapa lama setan menemuinya dan menggoda nabi Isa dari ketenangannya. Setan tahu, bahwa Nabi Isa hidup dalam kesederhanaan.

Baca Juga:

Menilik Relasi Al-Qur’an dengan Noble Silence pada Ayat-Ayat Shirah Nabawiyah (Part 1)

Ketika Sejarah Membuktikan Kepemimpinan Perempuan

Merebut Tafsir: Membaca Kartini dalam Konteks Politik Etis

Hal-hal yang Tak Kita Hargai, Sampai Hidup Mengajarkan dengan Cara yang Menyakitkan

Bahkan terlihat “gembel”, alih-alih menjalani hidup mewah. Dengan mengejek setan bertanya, “Engkau sekarang hedon (cinta dunia)?”. Mendengar pertanyaan setan itu, tanpa basa basi Nabi Isa langsung membuang batu dari bawah kepalanya. Ia berujar, “Ini (batu) untukmu beserta dunia.”

Begitulah kehidupan Nabi Isa as yang tak mau terperangkap dengan kesenangan dunia. Dalam hal ini, sesungguhnya bukan soal nilai batunya tetapi dari konsekuensi batu yang termasuk dari harta benda. Imam al-Ghazali menjelaskan mengapa batu itu Nabi Isa buang. Menurutnya, orang yang memiliki batu dan menjadikannya sebagai bantal saat tidur, maka hakikatnya orang tersebut telah memiliki bagian dunia yang akan dijadikan piranti setan untuk menggodanya.

Sebab, orang yang terjaga di tengah malam dan di sampingnya ada bantal (batu) maka kemungkinan besar orang itu akan mengambil bantalnya dan berbaring kembali. Ini perkara batu sebagai bantal, lantas bagaimana dengan orang yang berbantal empuk, kasur mewah dan permadani? Tandas al-Ghazali. (Ihya 3/34)

Dalam kisah yang lain, Nabi Isa dihikayatkan bahwa darahnya adalah lapar, rambutnya adalah ketakutan, pakaiannya adalah kain wol dan doanya adalah setiap musim dingin tatkala matahari terbit, lampunya adalah bulan, alat transportasinya adalah kedua kakinya, makanan dan bauh-buahannya adalah tetumbuhan di segala jagad raya, sore paginya tidak punya apa-apa tapi tiada orang yang lebih kaya darinya. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Isa adalah sederhana dalam hidupnya. (3/212).

Ajaran Nabi Isa agar tidak Konsumtif

Nabi Isa sangat menekankan agar tidak hidup konsumtif. Tidak makan berlebihan, berbelanja tidak berlebihan. Ajaran-ajaran Isa ini sangat terasa relevansinya di era sekarang. Di mana masyarakat Indonesia hampir terjebak dengan budaya konsumerisme. Nabi Isa as. pernah berpesan kepada murid-muridnya, sebagaimana dinukil oleh Abu Thalib al-Makki dalam Qutul Qulub (2/6), untuk mengambil pelajaran kepada burung yang tidak menanam, tidak menuai dan tidak menabung. Allah swt yang akan memberi rezeki hari demi hari.

Namun, jika manusia berdalih bahwa perutnya lebih besar ketimbang burung maka lihatlah binatang lainnya bagaimana Allah menyediakan rezekinya. Selain itu, Imam al-Ghazali juga mendokumentasikan untaian nasehat Isa as. untuk menahan lapar.

“Nabi Isa berkata, “Wahai kalangan hawariyyin, laparkanlah perut-perut kalian barangkali hati kalian melihat Tuhan kalian”.Nabi Isa tidak hanya menekankan dalam soal makan, tapi juga hal-hal lain yang berlebihan. Maka, di tempat lain Nabi Isa as. menandaskan. “Nabi Isa berkata, “Wahai kalangan hawariyyin laparkanlah hati-hati kalian dan telanjangkanlah tubuh-tubuh kalian barangkali hati kalian akan menjumpai Tuhan kalian”.

Nasehat yang nabi Isa berikan sesungguhnya bukan untuk kita miskin melainkan agar berjarak dari dunia ini. Dengan ungkapan lain, Isa mendorong manusia untuk menghindari budaya hedonis dan konsumerisme. Tentu, untuk mengupayakan hal itu harus kita tarik ke jalur ekstrem, sehingga terjadi dealektika antara kecenderungan konsumtif dan nilai-nilai luhurnya agar tidak berlebihan.

Jika langkah ini terlewati maka dengan sendirinya orang itu akan proporsional dalam kehidupannya. Demikian al-Ghazali menuturkan kenapa para Nabi sangat ekstrem dalam mengajarkan suatu nilai yang kadang kala bertentangan dengan keinginan (hawa al-Nafs) khususnya soal makan.

Ajaran Nabi Isa as Agar Tidak Hedonis

Dari pesan-pesan yang nabi Isa sampaikan itu mengindikasikan bahwa kita harus memerangi budaya konsumerisme. Dan untuk memerangi budaya ini maka mau tidak mau harus bertitik tolak dari akarnya yaitu materialisme yang orientasinya adalah barang dan materi dan menyisihkan sisi ukhrawi.

Oleh sebab itu, Nabi Isa memerintahkan manusia agar mengambil jarak dari dunia sebagaimana tergambar pada hal berikut. “Nabi Isa as. berkata, “Cinta dunia dan akhirat tidak ada pada seorang mukmin, seperti air dan api tidak mungkin ada dalam satu bejana.” Bahkan Nabi Isa mengecam atas orang yang hanya memiliki orientasi dunia sebagaimana dikisahkan Al-Baihaqi dalam kitab al-Zuhd al-Kabir (167).

Di sisi lain, Nabi Isa juga memerintahkan untuk rela dengan kerendahan dunia demi keselamatan akhirat. Sebagaimana orang-orang yang rela terhadap kerendahan akhirat demi keselamatan dunianya. Seturut dengan itu, Nabi Isa as. juga mengapresiasi orang-orang yang mampu melewati laju kehidupan hedonis. Imam al-Ghazali mengabadikan dawuh nabi Isa. “Beruntungnya orang yang meninggalkan keinginan duniawi demi janji akhirat yang belum terlihat”, (Ihya Ulumiddin, 3/66). []

 

 

Tags: HikmahkehidupanKesederhanaanNabi IsasejarahYesus
Moh Soleh Shofier

Moh Soleh Shofier

Dari Sampang Madura

Terkait Posts

Filosofi Santri

Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial

23 Mei 2025
KB perempuan

Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

23 Mei 2025
KB dan Politik

KB dan Politik Negara

22 Mei 2025
KB Modern

5 Jenis KB Modern

22 Mei 2025
Kontrasepsi

Bolehkah Dokter Laki-laki Memasangkan Alat Kontrasepsi (IUD) kepada Perempuan?

22 Mei 2025
Azl menurut Fiqh

KB dalam Pandangan Fiqh

21 Mei 2025
Please login to join discussion
No Result
View All Result

TERPOPULER

  • Hj. Biyati Ahwarumi

    Hj. Biyati Ahwarumi, Perempuan di Balik Bisnis Pesantren Sunan Drajat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Benarkah KB Hanya untuk Perempuan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

TERBARU

  • Filosofi Santri sebagai Pewaris Ulama: Implementasi Nilai Islam dalam Kehidupan Sosial
  • Perempuan Bisa Menjadi Pemimpin: Telaah Buku Umat Bertanya, Ulama Menjawab
  • Membaca Bersama Obituari Zen RS: Karpet Terakhir Baim
  • Yuk Belajar Keberanian dari Ummu Haram binti Milhan…!!!
  • Belajar Memahami Disabilitas dan Inklusivitas “Hanya” Dengan Naik Transjatim

Komentar Terbaru

  • Asma binti Hamad dan Hilangnya Harapan Hidup pada Mengapa Tuhan Tak Bergeming dalam Pembantaian di Palestina?
  • Usaha, Privilege, dan Kehendak Tuhan pada Mengenalkan Palestina pada Anak
  • Salsabila Septi pada Memaknai Perjalanan Hidup di Usia 25 tahun; Antara Kegagalan, Kesalahan dan Optimisme
  • Zahra Amin pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Nolimits313 pada Perbincangan Soal Jilbab
  • Tentang
  • Redaksi
  • Kontributor
  • Kirim Tulisan
Kontak kami:
[email protected]

© 2023 MUBADALAH.ID

Selamat Datang!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Aktual
  • Kolom
  • Khazanah
  • Rujukan
  • Tokoh
  • Monumen
  • Zawiyah
  • Kolom Buya Husein
  • Login
  • Sign Up

© 2023 MUBADALAH.ID

Go to mobile version